02. Diary Aika

2K 327 257
                                    

"Aku tidak tau seberapa puitisnya aku merangkai kata. Kata itu terbuat dari hati yang berdialog dalam pikiran. Mungkin dari sinilah kalimat itu tertuang."

Senin adalah hari yang menyebalkan bagi Aika. Setiap pagi harus siap siaga berangkat ke kantor. Dan intinya jika terlambat, gaji bulanan pun ikut terpotong. Sebenarnya setiap hari pun diwajibkan datang sebelum jam masuk kerja. Namun entah mengapa hari Senin lah yang paling berat bagi Aika.

Aika menyupir mobil seorang diri. Hari ini Alen tidak bisa mengantar Aika karena ia berangkat ke Bandung. Walaupun harus menyupir mobil sendiri, setidaknya Aika dapat bernafas lega saat Alen tidak ada. Karena kemanapun Aika mau pergi, ia tidak harus bersama Alen atau membuatnya jungkir balik untuk memikirkan alasan yang rasional di kepala Alen. Bisa dibilang Alen itu tipe orang proktektif.

"Pagi Non Aika!" seru satpam kantornya.

Aika hanya membalasnya dengan senyum tipis tanpa berkata sedikitpun untuk membalas sapaan satpam.

Ya, dimanapun Aika berada, ia selalu bersikap dingin. Jauh berbeda dari masa SMA-nya dahulu. Petakilan, periang, ramah dan lucu. Mungkin sikap itulah yang dirindukan oleh orang-orang yang menyayanginya.

Aika akhirnya sampai di ruang kantornya. Baru saja Ia terduduk di kursi kerja, mata abu-abunya tanpa sengaja melirik sebuah tanggal yang terconteng tanda merah. Ya, kurang lebih tiga minggu lagi tahun baru tiba. Ia menggantung seluruh harapannya di tahun depan. Salah satunya, berharap sosok yang ia rindukan kembali secepatnya sebelum dirinya benar-benar menjadi milik orang lain.

Tok.. Tok.. Tok...

Lagi-lagi ketukan suara pintu membangunkan Aika yang sedari tadi bengong memandang masa lalu. Ya, masa lalu.

"Masuk." Jawab Aika sambil membereskan meja kerjanya.

Seorang bawahan Aika berjalan masuk ke dalam ruang kerja Aika sambil membawa sebuket bunga mawar putih nan cantik. Entah dari siapa itu, tapi gadis itu yakin kalau bunga tersebut berasal dari calon suaminya..

"Ini dari Tuan Al-"

"Iya saya tahu. Letakan saja di situ!" jawab Aika sambil melirik ke meja kerjanya.

Asisten Aika hanya manut tanpa protes, setelah itu ia segera meninggalkan ruangan Aika.

Aika hanya memutar matanya malas melihat bunga itu, sudah ribuan bunga yang ia dapat dari Alen. Aika benar-benar muak dengan seluruh bunga mawar yang Alen beri. Tidak ada satupun yang bermakna baginya. Dan pada akhirnya, semua itu jatuh begitu saja ke tong sampah atau paling tidak ia berikan pada pembantunya di rumah. Kata lainnya, Aika tidak pernah menyimpan satu pun pemberian dari lelaki itu.

Ting Tong...

Suara itu berasal dari ponsel milik Aika. Sejak semalam, ponselnya hanya terbaring di atas ranjang tanpa disentuh sedikitpun.

Tidak ada angin lewat ataupun petir di tengah panasnya hari, tiba-tiba saja Aika meraih ponselnya yang sekarang terlantar begitu saja di meja kerja. Pengirim pesan itu tidak lain dan tidak bukan adalah orang-orang yang sama-sama petakilan, lucu, heboh, dan tak kalah periangnya. 'biang onar', ya, biang onar adalah sebuah nama persahabatan yang mereka sepakati bersama.

Aika segera membuka chatting-an dari grup Line miliknya.

Qanita : Happy birthday cuantikkk...

Kara : Met ultah Ai!

Keno : Selamat ulang tahun ya macan
tidur!

REUNITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang