1.4 Luke dan Strawberry

740 137 37
                                    

#14 - Fragola
Strawberry

⭕⭕⭕

"Kenapa lo?" Luke menyenggol pundak perempuan itu pelan, kemudiam mengambil kursi tepat di depannya. Tanpa melihat wajahnya pun Luke sudah tahu ia siapa.

Perempuan itu masih menenggelamkan wajahnya dalam-dalam di meja kantin, sama sekali tak menggubris pertanyaan lelaki di depannya.

"Lo cabut?" tanya Luke lagi. "Wah sama. Gue ngantuk banget nih, Sejarah." ujarnya sambil memalsukan gerakan orang sedang menguap.

"Luke..tinggalin gue, tolong," Rianna kali ini memilih untuk menjawab. Begitu Luke memandang mata lawan bicaranya yang sudah merah dan sembab, detik itu juga Luke menyesali niat menganggu yang sempat ada di pikirannya.
"Gue capek."

"Karena?" tanya Luke.

"Banyak nanya lo," balas Rianna tak acuh.

"Karena?" ulang Luke sekali lagi.

"Karena fisika," balas perempuan itu sekenanya. "Puas? Lo masuk kelas, gih. Gila aja lo cabut."

"Lo kali yang gila, fisika pake cabut-cabutan segala," jawab Luke sambil tertawa. "Lo abis nangis ya? Biasanya anak cewek 'kan nangis di toilet, kok lo di kantin, sih?"

"Ya kok lo yang ngurus?" balas Rianna heran. "Kebanyakan baca novel lo, Luke. Gue sih mending nangis di kantin, bisa makan."

"Jadi bener abis nangis, ya?" tanya Luke sambil tersenyum iseng.

Rianna diam saja. "Calum..gimana?" tanyanya pada akhirnya dengan nada-yang Luke tahu-khawatir.

Luke ikut terdiam. "Baik. Slowly but sure, he gets better everyday."

Setelah itu hening lama. "Kata polisi, kecelakaannya murni kecelakaan tunggal. Faktor utamanya jalanan licin sama jarak pandang yang udah bener-bener enggak aman lagi untuk nyetir."

Rianna mengangguk. "Iya..gue udah denger." Kemudian ia melanjutkan, "Coba gue enggak jadi pergi sama dia hari itu ya, Luke? Semuanya enggak bakal kayak gini."

Luke tersenyum kecil, "Kata siapa? Kata pacar lo itu?"

Rianna menggeleng. "Gue sama dia udah putus. Dia bilang udah gak mungkin buat dilanjut lagi."

Luke lagi-lagi tersenyum kecil. "Kalau itu yang dibilangin mantan pacar lo, gila kali ya dia? Dia udah kehilangan kepercayaan apa gimana?"

Rianna hanya diam menunggu kelanjutan kalimat Luke. "Denger, Al. Yang namanya jodoh, kelahiran, jenis kelamin.. termasuk juga kematian, itu semuanya udah diatur sama Tuhan. Jadi, mau lo enggak pergi sama kak Mali, mau dia ngurung di kamar seharian, mau dia enggak di mobil, kalau udah ditakdirkan, ya pasti bakal terjadi."

Luke terdiam cukup lama. "Lo tahu apa yang sedang lo lakuin sekarang ini?" tanyanya kemudian.

Rianna tak menjawab. "Lo itu sedang menyalahkan diri lo sendiri buat sesuatu yang bahkan di luar kehandak lo." Luke tertawa kecil, "Alana, sekaramg gue tanya, apa hak lo? We are all human, Al. Kita seharusnya menerima, bukan mempertanyakan. Seharusnya berdoa, bukan memberontak. Seharusnya bangkit, bukan nangis. Seharusnya--"

Gelato // [cth] ✔حيث تعيش القصص. اكتشف الآن