Chapter 4

18.6K 1.2K 3
                                    

Lelah. Pegal. Senang. Puas.

Bayangkan saja selama 3 jam lebih kami bertiga keliling mall berburu big sale. Untung saja Kak Ken memberiku kartu kredit unlimited miliknya. Jadi tabunganku hemat dan utuh.

Saat ini kami bertiga sedang menikmati makan siang di sebuah restoran, masih di kawasan mall. Bukan makan siang sebenarnya karena ini sudah sore. Dan kalian tahu? Dua setan modis di depanku sudah makan dua porsi.

Bip!! Bip!!

Sebuah notifikasi dari sebuah aplikasi pesan muncul di ponselku. Begitu tahu siapa yang menyapa, langsung saja aku buka.

Hai, baby. Lagi di mana?

Lagi di mall, sama Jenny & Nessa
Kamu ke mana aja sih?


Sorry, aku sibuk
Jangan marah ya?
Besok kita ketemu, bisa?

Gimana ya... ada Kak Ken

Loh, kok?
Jadwal kunjungannya nggak sekarang, kan?

Iya... emang bukan
Tapi Mom dan Dad mau datang

Oh....

Kamu di mana sekarang?

Di rumah
Besok aku call, ya?
Aku ada kerjaan dikit
Bye, baby...

Aku menghela nafas, antara sedih dan kecewa. Baru sebentar kami dapat berbincang, tapi dia sudah sibuk kembali. Aku memasukkan kembali ponsel ke dalam tas. Punya pacar tapi berasa masih jomblo.

Hampa.

"Lo kenapa, Key?" tanya Jenny yang menatapku penasaran.

"Nggak apa, kok! Joe pengen ngajak ketemu besok, tapi kan ada Kak Ken. Bisa digorok Kak Ken kalau aku nemuin Joe."

"Kakak lo aja nggak setuju, Key. Lo jangan sampai berbuat kayak Keyla. Ngeri gue bayanginnya."

Aku hanya menunduk lesu jika sikapku dikaitkan dengan masa lalu Keyla. Sifatku jelas tak seperti Keyla, tapi selalu saja disamakan.

"Keyla nggak salah," aku membela saudari kembarku. "Dia benar karena memperjuangkan hatinya. Hanya caranya yang kurang benar." Aku sungguh merindukan kakak kembarku.

Kenanganku kembali menerawang jauh ke belakang ketika tawa dan sedihnya yang aku lihat untuk terakhir kalinya. Kala itu, aku merasa bukan melihat Keyla yang pendiam dan penurut, tapi Keyla yang pemberontak.

~~•~~

Untuk pertama kalinya, aku melihat Keyla dengan senyum mengembang yang tidak bisa aku artikan. Walaupun dia pendiam dan penurut, tapi dia selalu tampak ceria jika mendengar cerita lucu dariku.

"La, kok sekarang kamu sering senyum-senyum, sih? Cerita dong ...." desakku dan dia hanya tersipu malu.

"Ra, kayaknya aku jatuh cinta, deh!" Dia mengatakan itu dengan mata berbinar.

"Siapa cowok itu? Aku kenal?" tanyaku antusias.

"Eng ... nggak tahu, deh ...." Keyla tampak berpikir. "Dia bukan most wanted di kampus. Dia mahasiswa beasiswa, Ra. Dia senior kita, mahasiswa tingkat akhir." Nada bicaranya sungguh menyiratkan dia jatuh cinta.

Trapped in WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang