Chapter 6

78.6K 4.3K 61
                                    

Aku masih tertegun dengan apa yang ada di hadapanku sekarang. Aku diculik. Iya, diculik hanya 10 meter dari ruang ganti. Tapi bukan penculikan sadis seperti di film-film.

"Sorry ..." ucapnya.

Dia adalah seorang pria dewasa dengan balutan tuxedo dan kemeja putih yang begitu pas di badannya. Tampangnya? Tampan. Bahkan lebih tampan dari Kak Ken. Tapi ekspresinya tampak sangat kalut.

"Apa lo menikah hari ini?" tanya dia dengan santai dan seakan kita sudah akrab.

"Nggak," jawabku santai juga. "Gue sedang pemotretan aja. Emang lo nikah hari ini?" Dia mengangguk lemah.

Jadi, acara di gereja ini adalah acaranya. Kok dia sedih ya mau menikah? Apa calon istrinya jelek? Eh? Aduh! Otakku jadi konslet. Tapi tunggu dulu. Sepertinya aku pernah melihat pria ini. Di mana, ya? Rada-rada tidak asing saja di lihat.

"Eng ... apa kita pernah ketemu sebelumnya? Kok muka lo nggak asing, ya?"

Aku mengamati setiap inci wajahnya dan jujur saja dia memang tampan maksimal. Damn it!

"Eng ... may be," dia mengerutkan alisnya menatapku. "Tapi ... ya juga ya ... kayaknya gue pernah lihat lo, deh!"

"Mungkin lo lihat gue di majalah. Kan gue model."

Model yang dipaksa, lanjutku dalam hati.

Aku tertawa sombong, padahal aku tak pernah masuk majalah fashion terkenal. Sesekali majalah lokal pernah, itu juga yang lebih diekspos adalah rancangan Jenny. Aku tak mau wajahku terpampang pada media apa pun. Bisa kacau urusannya.

"Haaa!!!" Aku terkejut karena tiba-tiba dia memekik. "Lo cewek yang hampir dijambret itu, kan?"

Otakku memutar kembali pada kejadian tak mengenakan waktu lalu. Dari perawakan dan tampangnya, dia seperti pria penyelamat itu.

"Lo ... Dave?" Dia mengangguk. "Pantas aja gue ngerasa pernah ketemu lo." Aku terkekeh basi. "Lo ngapain di sini? Entar calon bini lo nyariin." Dia tersenyum sinis.

"Justru gue lagi nyariin dia," wajahnya murung. "Pernikahan gue harusnya sudah mulai sejam yang lalu. Tadi gue pikir lo itu dia. Sorry, gue culik lo." Dia terlihat sangat putus asa.

"Eng ... emang cewek lo nggak dateng atau...?" tanyaku hati-hati, rada sungkan.

"Dia---"

"Dave, ayo semua nunggu pe---" Pintu tiba-tiba terbuka dan muncullah sosok tegap berwibawa yang berdiri mematung menatap kami.

Seketika tubuhku menegang dan takut. Takut karena aku tidak punya alasan untuk melawan lagi. Kenapa? Karena sosok yang muncul itu adalah Dad.

"Rara? Apa yang---" Suara Dad tertahan dan langsung menatap tajam pada Dave. "Dave, jelaskan pada Om," tuntut Dad dengan emosi yang tertahan.

Tubuhku mendadak beku, mulutku terkunci, keringatku mulai menetes. Alamat sekarang aku bakal diseret pulang ke LA. Mimpi buruk. Sial!

"Eng ... Om kenal dengan Keyra?" Pertanyaan Dave sangat konyol.

"Tentu saja," tegas Dad. "Keyra adalah putri Om. Apa hubungan kalian?" desak Dad dengan aura horornya.

Jantungku sudah berjumpalitan. Dave tercenung, mungkin dia terkejut mendengar fakta itu. Fakta jika aku adalah putri dari pria dewasa yang dia panggil Om. Jadi Dave adalah putra dari temannya Mom?

"Om ...." Dave memberanikan diri menatap Dad. "Keyra adalah calon istriku."

Jederrrr!!!

Trapped in WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang