Chapter 16

60.5K 3K 11
                                    

Moodku hari ini sangat tidak baik. Aku memutuskan keluar dari rumah Dave setelah pagi tadi semua keluarga bubar, pun usai perdebatan tak penting dengan Dave. Dia langsung keluar untuk bertemu Bianca dan aku juga memutuskan mengunjungi Jenny di butiknya.

Hanya Jenny yang bisa aku temui untuk sementara waktu, karena kalau ketemu Joe, dia akan curiga jika aku sudah kembali lebih awal. Dia tahu jika Dad tidak akan memberikan aku izin kembali lebih awal, yang ada pasti memperlambat kepulanganku.

"HAHHAHA ..."

Menyebalkan. Jenny semakin terbahak-bahak setelah aku menceritakan kejadian heboh tadi pagi. Itu adalah hal memalukan dan menyebalkan seumur hidupku.

Sungguh, aku seperti bermimpi bermain paralayang, tubuhku melayang ringan, kemudian mendarat sempurna di sebuah tanah lapang dengan rumput yang empuk.

Detik itu aku berpikir, di mana ada lapangan dengan rumput empuk? Namun sebuah suara yang sudah sangat aku kenal menggelitik telingaku. Tak hanya itu, pipiku juga terasa ditepuk-tepuk.

Kalian tahu? Aku begitu terkejut saat mendapati mama mertuaku duduk dengan senyum mengembang di depanku. Dia berada di dekatku dan bermain paralayang ternyata hanyalah mimpi.

Keterkejutanku tak hanya sampai di sana. Kenyataan jika aku terbangun bukan di kamar yang aku sangka adalah kamarku, tetapi sebenarnya adalah kamar Dave.

Mama mertuaku tampak bingung dengan kondisi linglungku. Namun suara Dave kemudian terdengar dan mengatakan jika aku baru saja tertidur, jelas terkejut karena mama mertuaku membangunkan.

Aku tak tahu jika hari sudah pagi. Mataku mengintip sedikit di balik punggung mama mertuaku, di sana Dave berdiri dengan santainya. Aku masih tidak paham bagaimana tubuhku bisa berada di atas kasurnya.

Mama mertuaku meminta maaf, lalu memberitahu jika sebentar lagi mereka semua akan pulang. Aku agak lega, tapi pertanyaan mama mertuaku kembali membuatku bingung.

"Apa kamu bisa bangun?"

Mungkin karena cara bangunku tidak bagus, sehingga membuat otakku lambat mencerna. Tapi, kenapa aku sampai tak bisa bangun? Tetap saja pertanyaan mama mertuaku itu sangat aneh.

Melihat kelinglunganku, mama mertua akhirnya memutuskan keluar kamar, sedangkan aku langsung melesat ke kamar mandi--tentu saja kamar mandi milik Dave.

Aku hanya butuh membasuh wajahku, setidaknya sedikit mendapatkan penyegaran dan sadar jika aku benar-benar terbangun di kamar Dave.

Usai membasuh wajah, aku kembali dan menatap tajam pada Dave. Dia tampak santai, terkesan acuh tak acuh dengan peristiwa aneh ini. Aku meminta penjelasan, dan dia mengatakan akan menjelaskan setelah menemui seluruh keluarga yang telah menunggu karena sebentar lagi mereka semua akan pulang.

Kami berdua turun dan menemui keluarga dengan saling bergandengan tangan layaknya pasangan yang harmonis dan saling mencintai. Semua mata memandang kami bahagia, pun Neta kembali kumat dengan segala keusilan dan godaanya yang membuatku harus menahan emosi.

Satu persatu memeluk kami, mencium pipi kami sebelum mereka pergi. Orang tuaku juga demikian, dan meminta aku dan Dave untuk makan malam di hotel nanti malam bersama mereka karena besok mereka akan pulang ke LA.

Seperti biasa, Dave yang mengambil alih dan menyatakan kesediaannya untuk makan malam nanti malam bersama keluargaku.

Setelah semua keluarga pulang, rumah besar ini mendadak sepi. Dave melenggang lebih dulu meninggalkanku naik tangga dan kembali ke kamarnya. Aku langsung menyusulnya dengan amarah yang menumpuk.

Tak dielakan, begitu sampai di kamarnya aku langsung menyemburnya dengan rentetan pertanyaan. Segala tuduhan aku layangkan padanya, tapi justru dia membalasku dengan sinis dan mengatakan aku terlalu percaya diri karena sejatinya dia juga ogah tidur seranjang denganku.

Trapped in WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang