SATU

6.3K 69 2
                                    

Aku tidak mau……aku tidak mau pindah dari sini……ini kota kelahiranku, aku sudah nyaman tinggal di sini !!”, kataku penuh amarah.

“Tetapi kita harus pindah nak, pekerjaan ayah yang mengharuskan kita pindah ke sana. Ayahmu sangat dibutuhkan di sana, dr. Mahyudin sudah pensiun karena sakit, karena itu ayahmu sangat dibutuhkan untuk mengisi kekosongan posisi kepala Puskesmas di sana. Pangandaran tidak jauh dari Jakarta kok nak, meskipun nanti kita hanya tinggal di kecamatan kecil saja, namun tidak kalah dengan Jakarta kok. Pemandangan di sana pun sangat indah, kamu bisa sepuasnya memandang laut nanti….”, ucap ibu lembut. Penjelasan ibu hanya kudengar sebelah telinga saja, semuanya tidak penting, yang terpenting bagiku adalah aku tidak ingin pindah dari Jakarta, kota kelahiranku tercinta.

“Ini semua sangat mendadak. Mengapa kita harus pindah bu? Aku bisa tinggal bersama nenek di Bandung, aku lebih mengenal Bandung dari pada Pangandaran. Ayah dan Ibu memang tidak mengerti perasaanku!!”, ucapku dengan kesal sembari meluapkannya dengan melempar barang apapun yang bisa kuraih di dekatku.

Ayahku pun bereaksi keras setelah melihat kelakuanku dan berkata “Cantika cukup…! Ayah dan Ibu mengerti perasaanmu, tetapi pekerjaan ini tidak bisa dibatalkan. Suka atau tidak, kita semua akan pindah, titik!!!”

Aku sangat terkejut melihat kemarahan ayah, aku hanya bisa menahan tangis penuh kekecewaan. Aku kemudian berlari menuju kamarku, membanting pintu, dan menangis sejadi – jadinya sampai aku kelelahan dan tertidur.

##########


Matahari mulai terbit dari ufuk timur, sinarnya yang cerah dan hangat mamasuki setiap celah jendela kamarku. Sontak aku terbangun ketika Jam Waker di kamarku berbunyi dengan keras.

“Ya ampun jam 7?!! Aku telat..!!!”, kataku kaget seraya berlari menuju kamar mandi.

Setelah semua selesai, aku bergegas turun untuk menemui Ibu. Aku melihat ibu sedang memasukkan barang – barang ke dalam kardus.

“Ibu mengapa tidak membangunkanku? Aku sudah telat bu…”, ucapku memelas.

“Kamu tidak usah pergi ke sekolah sayang, Ibu sudah mengurus surat kepindahanmu. Lebih baik siapkan semua barangmu, besok kita akan pindah ke Pangandaran “, kata Ibu menjelaskan.

Aku hanya diam terpaku mendengar kata – kata Ibu. Tak satu kata pun mampu terlontar dari mulutku. Semua telah terjadi, aku harus pindah ke Pangandaran dan meninggalkan semua hal yang aku sayangi di Jakarta. Rumahku, teman – temanku, sekolahu, les Tariku, semuanya semakin memudar bagaikan riak air dalam pikiranku seraya berganti menjadi Rumah baru, teman baru, lingkungan baru. Apa yang harus kulakukan? Apa yang akan terjadi selanjutnya? Aku takut, dan rasa takut itu menghantui pikiranku. Aku hanya bisa tertunduk dan menatap kosong ke lantai, lalu kemudian berjalan perlahan ke kamar untuk menyiapkan semua barang – barang yang akan dibawa esok hari.

############

H

ari yang tak ku harapkan pun tiba. Ya, hari ini aku pindah ke Pangandaran. Aku berjalan masuk ke dalam mobil dengan langkah gontai dan hati yang gundah. Di dalam mobil aku hanya diam melamun, sampai akhirnya tertidur.

“Cantika ayo bangun. Kita sudah sampai di rumah…”, Ibu membangunkanku seraya mengguncang – guncangkan tubuhku.

“Hmmmm…..”, dengan malas aku keluar dari mobil.

Aku melihat sebuah rumah yang luas, cukup besar untuk ukuran rumah dinas, bercat putih dengan pagar berwarna hitam. Di depan rumah terdapat sebuah halaman yang cukup luas dengan pemandangan langsung ke arah laut yang indah.

Setelah diberitahu di mana letak kamar tidurku, aku beranjak menuju kamarku. Sesampainya di kamar, aku menjatuhkan tubuhku di atas kasur yang empuk untuk melepas lelah setelah seharian diperjalanan, dan tak lama kemudian akupun tertidur pulas.


############


Hai setelah baca ceritanya jangan lupa vote and coment ya...
Sampai bertemu di bab selanjutnya...

Sang Penari (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang