"Oliver, Fino? Bisa ikut Om sebentar?" tanya Hardi menatap kedua lelaki itu dengan tatapan serius.

Olivia meremas seprainya karena tegang melihat perilaku Ayahnya yang tiba-tiba dingin. Oh, sialan. Demi apapun Olivia membenci situasi seperti ini. Ia lupa bahwa Ayahnya adalah orang yang sangat protektif apabila Olivia memiliki teman lelaki.

Fino dan Oliver mengangguk. Kemudian mereka mengikuti Ayahnya untuk ke bawah. "Bunda, itu Fino sama Oliver gak diapa-apain kan?" tanya Olivia gugup.

"Udah, tenang aja. Kalo mereka baik, pasti Ayah bakal melakukan hal yang serupa. Mending kamu minum obat dulu," Dinda mengambil aspirin yang dipegang Milo lalu memberikannya pada Olivia. Setelah meminum obat, Olivia hanya menunduk sambil meremas seprainya gundah.

"Sebenernya lo su-"

"Milo." peringat Dinda tajam saat anaknya memanggil Olivia dengan sebutan gue-lo.

Mendesis, Milo kembali mengutarakan pikirannya. "Sebenernya kamu itu suka siapa Liv? Oliver atau Fino? Dulu bangun dari koma aja malah nangisin Oliver, sekarang disaat udah ada Oliver kamu beralih sama Fino."

Dinda bingung. "Bangun dari koma, nangisin Oliver?"

"Iya, dia nangisin cowok itu karena Oliver ada di dalam mi-" ucapannya terpotong disaat mendengar suara jeritan Olivia.

"Abang!"

"Jelasin semuanya. Kalian jangan bohong. Bunda tau wajah kalian kalo lagi bohong." Dinda berucap dengan nada suara yang serius. Olivia yang tadi menjerit lantas menunduk kembali, dan meremas seprainya.

"Olivia, Milo! Jelasin semuanya!" perintah Dinda lagi.

Dinda kalau memarahi anaknya memang kejam. Ia akan terus menyudutkan anaknya apabila berbohong, hingga akhirnya mereka akan mengaku juga.

"Waktu koma selama sebulan, Oliv mimpi, dan ada Oliver di dalam mimpi itu, dia berperan sebagai pacar Oliv. Padahal kita gak kenal, dan saat bangun dari koma, Oliv nangis karena ternyata selama ini Oliver itu gak ada." jelas Olivia pelan, sambil menundukkan kepalanya.

Olivia melanjutkan ucapannya lagi. "Bunda inget waktu kita ke pernikahan anaknya Tante Fazra? Disitu ada Oliver. Oliver yang ada di dalam mimpi Oliv. Oliv gak sengaja nabrak dia waktu mau nambah makanan, dan yang lebih menyakitkan lagi, dia gak kenal sama Oliv. Justru, dia udah punya pacar, Alisha namanya."

"Alisha yang meninggal itu?" tanya Dinda menatap serius kearah anaknya.

"Ya, dia yang nyuruh Oliv buat ngegantiin posisinya jadi pacar Oliver kalau dia meninggal."

Dinda bingung sekarang. Ia tidak mengerti apa yang dikatakan anaknya. Sementara itu, Milo baru tahu kalau Alisha menyuruh adiknya untuk menjadi pacar Oliver.

"K-kok bisa gitu?" tanya Milo.

"Karena Alisha memiliki mimpi yang sama dengan Oliv."

"HOLY SH-ASTAGHFIRULLAH ITU BENERAN?" jerit Milo tidak percaya pada apa yang dikatakan Olivia.

"Mimpi itu bukan hanya terjadi sama Alisha, tapi Fino dan Chandra yang notabenenya temen Oliver juga mengalami mimpi yang serupa."

Dinda mendesis. Baginya itu semua tidak masuk akal. "Kamu kebanyakan menghayal Olivia."

"Mungkin bagi Bunda kedengeran gak masuk akal. Tapi itu semua bener. Kalau Bunda gak percaya, tanya sama Fino. Atau bahkan, Neneknya. Katanya, orang-orang yang ada di dalam mimpi itu, bakalan memiliki mimpi yang sama. Termasuk Bunda dan Milo juga." Olivia malu sekali menjelaskannya. Ya Tuhan, bagaimana kalau itu semua terjadi? Bunda dan Milo memimpikan kisahnya, dan berakhir dengan mereka yang menggodai Olivia.

Meet In the Real LifeKde žijí příběhy. Začni objevovat