Part 9_End

2.9K 205 33
                                    

Sinar mentari mulai masuk melalui celah-celah tirai yang tak tertutup rapat, suara burung mulai terdengar menyanyikan lagu paginya yang terdengar merdu.

Jiyeon, gadis itu perlahan membuka matanya dia merasakan sesuatu yang berat tengah melingkar dipinggangnya, Jiyeon tersenyum kecil. "Jadi, itu semua bukan mimpi" Bisik Jiyeon sambil menatap wajah damai yang tengah tertidur didepannya, sekali lagi Jiyeon bisa melihat wajah yang sekian lama ia rindukan bahkan Jiyeon masih merasa jika ini semua adalah mimpi.

Jiyeon membelai lembut wajah yang ada dihadapannya, wajah yang selalu membuatnya merasa damai ketika senyum terlukis di wajah tampannya. "Kau tahu oppa? Aku sangat merindukanmu" Kata Jiyeon masih menikmati wajah tampan Myungsoo.

"Aku juga merindukanmu Jiyeon" Jiyeon kaget mendengar suara Myungsoo yang disusul dengan terbukanya mata bening milik Myungsoo. "Hey, jangan bicara hal manis seperti itu saat aku sedang tertidur dan tidak baik menatap wajah seseorang terlalu lama" Myungsoo semakin mempererat pelukannya pada pinggang Jiyeon.

"Aish, kau tidak pernah berubah oppa"

"Kau pun juga tidak pernah berubah"

Jiyeon terkekeh pelan. Wanita itu sudah sembuh satu minggu yang lalu bahkan dia juga sudah kembali kerumahnya yang dulu, bagi Jiyeon tidak ada yang berubah dengan rumah ini tetap sama seperti sebelum dia pergi dari sini. "Oppa, bisalah kau lepaskan ini? Aku harus membangunkan anak-anak ini sudah pagi dan mereka harus sekolah" Jiyeon berusaha melepaskan pelukan Myungsoo tapi tetap saja tidak bisa.

Myungsoo menutup matanya sambil tersenyum manis. "Jika aku tidak mau bagaimana? Aku masih merindukanmu Ji dan ingin seperti ini lebih lama" Tolak Myungsoo malah semakin mengikis jaraknya dengan Jiyeon.

Jiyeon tersenyum mengerti dengan sikap manja Myungsoo, dia sendiri juga merindukan pria ini tapi tetap saja sekarang prioritas utamanya bukan hanya Myungsoo masih ada dua bocah lagi yang harus ia urus. "Baiklah, lima menit" Kata Jiyeon lalu menempelkan dahinya pada dahi Myungsoo tapi belum saja sampai lima menit suara ketukan dan teriakan di luar kamar membuat aktivitas mereka terhenti.
"Eomma!! Appa!! Cepat bangunn... Eomma! Lauren ngompol...."Teriak Leo. Jiyeon menghela nafas Myungsoo mengacak rambutnya frustasi.

"Sepertinya kita harus bangun sekarang Oppa"

"Aish, kenapa ada acara ngompol segala sih"

Jiyeon terkekeh geli lalu beranjak bangun dari tidurnya begitu juga dengan Myungsoo. "Dimana Lauren sekarang?" Tanya Jiyeon saat pintu kamar itu sudah terbuka.

"Dikamar mandi eomma, Lauren menangis karena takut dimarahi"

"Ayo lihat"

Jiyeon berjalan lebih dahulu menuju kamar anak-anaknya sedangkan Myungsoo dan Leo menyusul di belakang.

"Lauren, sayang kenapa kau menangis" Jiyeon berjongkok menyamakan posisinya dengan gadis manis yang terduduk menangis dibawah. "Bukankah hal biasa jika kamu mengompol sama seperti dulu saat dirumah Soyeon ahjuma"

Myungsoo dan Leo memperhatikan dua orang itu dari depan pintu kamar mandi. "Eomma, Appa tidak marah bukan jika aku mengompol? Dia tidak akan memarahiku bukan?"

Jiyeon mengerti sekarang kenapa putrinya ini menangis, gadis manis ini hanya takut jika Myungsoo marah padanya. Myungsoo tersenyum lalu ikut berjongkok. "Hey, untuk apa Appa marah sayang, benar kata eomm itu adalah hal biasa" Myungsoo mengusap pelan kepala Lauren. "Sekarang cepatlah mandi dan Appa akan mengantarkan kalian kesekolah" Jiyeon tersenyum bahagia melihat senyum indah terlukis di bibir Lauren, kebahagiannya semakin sempurna sekarang.

"Eomma!! Liahatlah... Appa memakan rotiku" Adu Leo pada Jiyeon yang tengah membuat susu untuk Lauren.

"Yak! Oppa!! jangan mengganggu Leo, aku sudah menyiapkan sarapan untukmu" Teriak Jiyeon dari dapur. lauren hanya terkekeh pelan melihat Oppa dan Appanya yang tengah berebut roti.

Because Of You, Jiyeon-ah ✓️ Where stories live. Discover now