Weird Position

9.2K 202 2
                                    

Still krick pov,

Tanpa terasa sudah sejam berlalu dan aku hanya berdiri memandangi gerbang panti ini tanpa melakukan apapun. Aku tahu kehidupan yang kujalani sekarang adalah yang paling terbaik yang kudapatkan seumur hidupku. Memiliki seseorang yang berarti bagiku untuk kulindungi dan kujaga. Walau selama ini tentunya zian tidak akan pernah tahu dan yah aku juga tidak berniat memberitahunya. Hanya saja mendengar apa yang drian katakan tentang bagaimana dia akan kembali menjauhkan aku dari zian membuat aku.... sedikit takut. Drian selama ini telah melakukan banyak hal berusaha membuatku terbujuk dengan tawarannya. Tentunya dia yang memang sudah menyimpang itu berusaha membuat aku seperti dirinya. Aku menyesal telah mengenalnya dan melakukan ide gila itu dulu. Mungkin kalau tidak kulakukan apakah zian juga dapat dekat dan percaya padaku melebihi siapapun seperti saat ini? Itu yang membuatku ragu dan menggangguku saat ini. Sayangnya tepat untukku mengadukan kekesalan, kesedihanku dan kecemasanku sudah tak ada lagi. Bahkan zian tidak pernah mendengar keseluruhan kisah hidupku. Aku menutupinya, karna terlanjur ingin menarik perhatiannya. Aku terlanjur menyukainya hingga membuatku lupa bisa saja setelah zian tahu aku ini seorang pembohong yang mengatakan masa kecilnya bahagia ini akan membuatnya juga membenciku. Terlepas dia tahu atau tidak soal kebohonganku yang lainnya tentunya.:D

Aku berjalan meninggalkan gerbang itu beserta mobil yang tadi kubawa. Aku melangkahkan kakiku tanpa ada tujuan. Kebiasaan lama yang telah kulakukan untuk menghilangkan kegelisahanku sejak bunda dewi pergi. "Hahh kenapa aku jadi merindukan kalian sih para bunda??" Aku menendang kerikil di jalan dengan kesal. Berbicara dengan diriku sendiri sepertinya tidak membantu. Cinta sebuah keluarga yang sempat kudapatkan setelah aku diangkat anak oleh seorang malaikat baru yang memintaku memanggilnya bunda Windu. Nama seorang malaikat yang cantik kan, Winduri. Bunda windu bersama suaminya yang saat ini mungkin tidak benar-benar menganggapku anaknya lagi itu menjadikan aku anak angkat mereka tepat setelah sebulan kepergian bunda dewi. Sepasang suami istri yang tidak memiliki anak dan sangat mencintaiku itu,membuat aku sempat merasa lebih hidup dari sebelumnya. Tapi lagi-lagi tentunya kesialan tak ingin melepaskanku begitu mudah. Bunda windu telah lama mengidap penyakit kanker rahim stadium tiga yang kuketahui setelah aku mulai memasuki masa kuliah. Cinta bunda windu yang begitu besar padaku membuat beliau sangat suka mengkhawatirkan aku berlebihan. Hingga suatu hari telponku mati ketika aku ingin mengabari bunda kalau aku pulang terlambat malam itu. Kupikir bunda akan mengerti dan mungkin akan menungguku saja di rumah. Tapi seperti yang kubilang, hati dan kepalanya sama-sama keras. Bunda pergi ke tempat kuliahanku hanya untuk melihatku aman dan selamat saking khawatirnya beliau karna tak mendapat kabar dariku. Tanpa memberitahu ayah mengenai kepergiannya, bunda pergi sendiri padahal saat itu penyakitnya kambuh dan bunda harusnya beristirahat di rumah. Hahahaha kebodohanku dan ketidakpekaanku dengan perasaan bunda windu membuatku harus menerima kenyataan pahit itu, lagi.

Bunda windu sedang dalam perjalanan menuju ke kampusku menaiki sebuah taksi. Tapi dalam jarak kurang dari seratus meter dengan kampusku, bunda windu dan taksi yang ia naiki ditabrak truk yang remnya blong hingga membuat mobil yang bunda windu naiki terguling dan hancur berantakan setelah menabrak tiang listrik di dekat lampu merah yang berjarak 50 meter dari mobilnya. Aku bahkan hingga saat itu terjadi tidak juga menyadari siapa yang mengalami kecelakaan tidak jauh dari kampusku itu. Aku sedang sibuk berusaha mencari taksi ditengah kemacetan yang disebabkan kecelakaan itu. Aku takut bunda windu khawatir jadi aku berusaha secepat mungkin untuk pulang. Hingga yang kudapati ketika sampai di rumah setelah kemacetan panjang yang kualami hanpir satu setengah jam adalah rumahku ramai dengan mobil polisi dan sebuah ambulance. Aku kaget dan berlari kedalam rumah untuk melihat apa yang terjadi. Disana, kulihat ayahku menangis histeris sambil memeluk seseorang yang tengah ditutupi sehelai kain. Aku terdiam, dengan langkah pelan aku berusaha melangkahkan kakiku mendekati ayah.

"A-ayah, aku pulang. Mm-mana bunda yah?" Aku berusaha memanggil ayahku yang hampir tidak menyadari keberadaanku didekatnya. Tapi ketika mata ayahku melihat ke arahku dia kemudian meninju wajahku tepat di dekat bibirku hingga kurasakan bibirku sedikit sobek.

Just Say Yes,Please!?!Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora