9. Sah

49.1K 2.9K 146
                                    

Setelah meninggalkan Meta seorang diri. Zico pergi ke sebuah club, dia membutuhkan pelampiasan.

Sudah lama sekali dia tidak minum karena Meta selalu melarangnya pergi. Sudah beberapa gelas diteguknya, tak perduli dengan rasa pusing yang mulai mendera, dia membutuhkan pelampiasan untuk menghilangkan stres.

"Hai," seseorang menepuk pundak Zico pelan, duduk disampingnya.

"Nando? Kapan kamu balik ke Indonesia?" sahabat lama yang sudah tidak dijumpainya hampir delapan tahun. Bahkan tidak ada kabar sama sekali.

"Dua Bulan lalu," katanya sambil memesan satu gelas. "Baru kali ini aku lihat kamu minum. Sejak kamu berpacaran dengan Mentari kamu tidak pernah minum lagi. Aku kira kamu sudah taubat."

Zico tertawa mendengar perkataan sahabatnya itu. "Aku lagi pusing. Banyak masalah akhir-akhir ini."

"Pusing? Bertengkar dengan Mentari?" ada raut khawatir, sepengetahuan Nando mereka tidak pernah bertengkar sampai-sampai Zico minum diclub. Ternyata sepeninggalnya dia, banyak yang berubah.

"Salah satunya." Zico memperhatikan isi gelas yang dipegangnya. "Aku marah sama tingkah dia. Selama delapan tahun pernikahan kita, aku selalu mencoba untuk setia. Tidak ada seorang wanita pun yang masuk dalam hidupku. Tapi sekarang! Dia menyuruhku untuk berpoligami." cerita Zico. Dia sudah sangat percaya dengan Nando, mereka tidak pernah menyimpan rahasia apapun sejak kecil. Bagi Zico, Nando seperti adiknya sendiri, sedangkan bagi Nando, Zico adalah kakaknya.

Nando menggelengkan kepala, terkejut dengan pengakuan sahabatnya itu. "Kamus serius! Kamu diizinkan untuk berpoligami?" Zico mengangguk.

"Hanya satu tahun sampai anakku lahir. Aku menikah dengan Aina hanya untuk mengandung anakku. Setelah lahir kita akan bercerai," meminum gelasnya.

"Kamu gila! Mentari gila! Kalian gila! Kamu menikah dengan Aina hanya karena ingin mempunyai seorang anak. Kalian bisa mengadopsi, bukan malah mengancurkan masa depan Aina."

Zico tertegun, menghancurkan masa depan Aina? Tentu saja bukan hanya Aina saja yang hancur, istri dan dirinya juga akan hancur. Dalam kontrak ini tidak ada yang tidak dirugikan. Bahkan bayi yang akan dilahirkan nanti akan mendapatkan imbasnya.

Semua manusia tidak akan tahu apa yang akan terjadi dalam waktu satu tahun kedepan. Apakah semua keinginan Meta akan tercapai? Dengan Zico dan Meta akan hidup bahagia bersama anak Zico dan Aina. Sedangkan Aina, pergi entah kemana meninggalkan anaknya yang tidak akan pernah memanggilnya dengan sebutan ibu atau sebaliknya.

"Adopsi? Bagaimana bisa aku mengadopsi jika Meta menginginkan anak kandung dariku?" ejeknya. "Dia terlalu terobsesi untuk memberikanku seorang penerus keluarga." lirih Zico.

Nando diam tidak menjawab, tidak tahu solusi terbaik untuk masalah sahabatnya itu.

"Aku sudah memutuskan untuk menikah dengan Aina. Apapun resiko yang akan datang. Aku akan bertanggung jawab, walaupun harus kehilangan Meta disisiku." Zico bangkit berdiri, melangkah keluar club walaupun dengan jalan yang sempoyongan.

Nando menghela napas, tidak mungkin dia membiarkan sahabatnya itu seorang diri. "Aku antar kamu pulang." memapah Zico dan menuntunnya kedalam mobil Nando. "Rumah kamu dimana?" tak ada jawaban dari Zico. Nando melihat Zico yang sudah tertidur dibangku belakang mobil.

"Maaf ya aku ngelakuin ini." ucap Nando pada Zico yang sudah tak sadarkan diri, kemudian merogoh saku Zico dan menemukan apa yang dia cari. Nando melihat daftar panggilan ponsel Zico, dia menemukan orang yang dia cari.

Tiga kali menelpone tapi belum juga diangkat. "Kemana Mentari sih? Kenapa tidak diangkat?" kesalnya. Karena tidak ada jawaban akhirnya Nando membawa Zico ke apartementnya.

Aku, Kamu Dan DiaWhere stories live. Discover now