UG 6 |Myungsoo

3.5K 502 69
                                    

Sudah berulangkali kutekankan jika aku memang telah kehilangan akal sehatku semenjak bertemu gadis itu. Dan sekarang aku tau jika apa yang telah kulakukan adalah perbuatan yang benar-benar gila.

Aku sadar dengan apa yang kulakukan pekan lalu ketika dengan bodohnya memberi kode pada Sooji jika aku ingin memiliki salah satu koleksi foto kecilnya, dan bagian yang paling mengejutkan adalah ketika ia dengan senang hati memberikannya untukku. Benar-benar gila.

Selembar foto itu kini telah berakhir didalam sebuah bingkai yang kini berdiri kokoh diatas meja kerjaku dan sekarang aku sedang menatapnya. Oh perlu kutambahkan sedikit informasi jika itu adalah salah satu kegiatan favoritku akhir-akhir ini.

Aku aneh? Tentu saja!

Siapa orang yang tidak akan meneriakiku dengan sebutan freak jika mereka tau bahwa aku terpesona pada sesosok gadis berusia lima tahun dalam selembar foto. Sooji juga pasti memikirkan hal yang sama tentang keanehanku, aku bahkan merasa seperti seorang psikopat namun aku tidak peduli. Selama hal yang kulakukan tidak melanggar hukum alam, aku tetap melakukan apa yang kuinginkan.

Ada satu hal yang membuatku semakin tidak merasa peduli atas keanehanku yaitu reaksi Sooji. Aku yakin jika ia memang merasa sikapku tidak wajar namun ia terlihat menghargai dan bahkan terkesan baik-baik saja untuk bergaul denganku setelah hari itu.

Itulah yang membuatku semakin tidak mempermasalahkan apa yang telah terjadi padaku. Karena sejujurnya aku memang tidak mengerti apa yang sedang terjadi padaku saat ini. Sangat asing namun terlalu nyaman untuk kuhindari.

Aku berharap Sooji juga merasakan hal yang sama.

"Kak?"

Aku langsung mengangkat wajahku ketika pintu ruanganku terbuka, Jiwon? Sesuatu yang sangat langka melihat wanita itu datang ke kantorku apalagi dihari sibuk seperti saat ini.

"Aku butuh bantuanmu," tanpa kusuruh untuk masuk wanita itu telah masuk lebih dulu dan duduk dihadapanku, aku menatapnya penuh tanya.

"Setelah sekian lama tidak bertemu kakakmu. Kamu datang hanya karena dalam masalah? Sudah lupa masih punya kakak?"

Ia tersenyum saat mendengar ledekan sarkasmeku, sebenarnya itu salah satu teguran untukknya karena tidak menemuiku setelah pulang dari perjalanan jauh.

"Ayolah kak, kamu tau aku sangat sibuk."

Aku menghela nafas panjang, Jiwon bekerja disalah satu hotel besar di Seoul. Pekerjaannya sebagai Human Resource Director mewajibkannya selalu standby jika dibutuhkan. Pekerjaan yang menyita banyak waktu namun sangat disenanginya.

"Ya sudah. Katakan apa masalahmu?"

"Kartu ATMku entah kemana. Mungkin aku kehilangannya saat di Jeju kemarin," ucapnya dengan wajah memelas.

"Kenapa bisa kehilangan benda sepenting itu Jiwon?"

"Jangan menceramahiku kak, please? Aku butuh ATMku diblokir dan gantinya secepat mungkin."

Aku berdecak, sudahkah aku mengatakan aku bekerja dimana? Yup, seperti yang dikatakan Jiwon, aku bekerja di sebuah Bank swasta ternama di negara ini dan aku bersyukur bisa menempati posisi yang cukup menjanjikan.

Sebagai Kepala Kantor Cabang. Itu adalah posisi yang tidak mudah untuk kuraih, bukan hanya setahun dua tahun aku habiskan untuk bisa sampai dititik ini. Setelah kuliah aku langsung magang di Bank ini dan bekerja sebagai CSO setelah dua tahun pangkatku naik menjadi Account Officer dan setelah mengabdi selama lima tahun baru akhirnya aku memikiki kualifikasi untuk menjadi kepala cabang, itupun kudapatkan tidak secara gampang. Banyak tes dan prasyarat yang diberikan namun beruntungnya aku melewati semuanya.

Uptown Girl [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang