UG 3 | Sooji

3.5K 602 88
                                    

Aku menggigit bibir dengan perasaan kalut, setelah fase menegangkan yang tadi kualami ketika melihat sosok putra bibi Sooae yang ternyata salah satu pelanggan club tempatku bekerja, aku dipaksa untuk tetap masuk ke dalam rumahnya. Dipaksa mengganti pakaian dengan menggunakan pakaian putri bibi Sooae, dan terakhir aku dipaksa untuk bergabung bersama di meja makan.

Aku memiliki rumah sendiri dan jaraknya hanya berapa langkah dari rumah ini tapi bibi Sooae bersikeras menahanku dirumahnya dan melarangku pulang sebelum menghabiskan sarapan yang ia siapkan. Dan akhirnya aku tidak mampu menolak, aku hanya pasrah diseret ke meja makan. Berusaha untuk menghindari kontak mata langsung dengan putra bibi Sooae.

Demi tuhan! Dia salah satu pria itu, pria yang berada di ruang VIP laknat itu. Dia salah satu pria yang ikut mengerjaiku.

Ah, ya--Sehun telah mengatakan jika pria-pria kurang ajar itu adalah teman karibnya dan mereka menyampaikan permintaan maaf padaku atas kekonyolan mereka. Saat itu Sehun mengatakan dengan santainnya jika teman-temannya hanya bercanda, disaat aku sudah setengah mati menahan kesal dan malu karena diperlakukan seperti wanita murahan mereka dengan entengnya mengungkapkan permintaan maaf? Bahkan tidak secara langsung.

How gentlement they are!

Dan sekarang aku terjebak bersama salah satu dari mereka. Macam orang yang sangat kuhindari selama ini.

Aku bukannya tidak menyadari tatapan pria itu saat ini, namun sebisa mungkin aku mengabaikannya. Tidak ingin terlibat lebih jauh dengan kumpulan orang-orang bodoh seperti mereka.

"Oh ya Sooji, kenalkan ini anakku. Namanya Myungsoo," aku dengan sangat terpaksa mengangkat wajah dan menatap bibi Sooae, mengulas senyum kecil pada wanita itu sebelum melirik putranya.

"Kim Myungsoo. Kita bertemu lagi?"

Astaga, kenapa pria ini malah mengatakan hal tersebut? Seharusnya ia berlaku biasa saja, berpura-pura tidak mengenalku. Ia bahkan mengulurkan tangannya padaku. Melirik bibi Sooae sekilas kemudian dengan enggan aku menerima uluran tangan itu.

"Bae Sooji," aku tersenyum kecil lalu dengan cepat menarik tanganku. Pria itu masih saja memperhatikanku yang mana itu sangat mengganggu.

"Kalian sudah pernah bertemu ya? Dimana?"

"Dia bekerja di club tempat Sehun, Bu."

Aku hanya diam mendengarkan, tidak ingin memperpanjang pembicaraan tentang masalah ini. Biar saja pria itu yang menjelaskan pada ibunya, toh ia yang mengungkit masalah pertemuan kami.

Misiku saat ini hanya perlu menghabiskan makananku dan pulang untuk tidur. Aku butuh tidur.

"Sooji, sarapannya ditambah ya?"

Aku menoleh pada bibi Sooae dan tersenyum enggan, "tidak perlu bi, aku sudah kenyang." Tolakku dengan hati-hati, tidak ingin menyinggung perasaannya.

Wanita itu terlihat sedikit kecewa membuatku merasa bersalah, "makanan bibi sangat enak," ucapku kemudian aku melihat senyumnya terukir.

"Aku senang memasak Sooji, lain kali kita masak bersama ya?"

Ajakan itu sama sekali tidak pernah terpikirkan olehku. Bagaimana bisa bibi Sooae mengajak wanita sepertiku untuk memasak bersamanya? Diajak makan bersama saja aku sudah merasa tidak pantas, lalu mengapa--

"Anak-anakku tidak senang membantuku memasak. Tapi kamu mau kan?" Mata bibi Sooae mengerjap penuh harapan, aku tertunduk gelisah. Jika aku menerima tawarannya itu berarti aku setuju untuk terus berhubungan dengan keluarganya. Aku tidak sedang dalam kondisi yang baik untuk menjalin hubungan sosial bersama orang lain.

Uptown Girl [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang