Apapun Dirimu 8

Magsimula sa umpisa
                                        

"Aku tidak akan berbicara padamu, sampai kau minta maaf pada Haruka, mengusir para fans grilmu, dan para selingkuhanmu," Kata-kata yang masih teringat jelas dibenak Nagisa hingga kini.

Keesokan harinya, ancaman itu rupanya hanya dianggap angin lalu oleh Satoru. Hal yang dilakukannya saat ini semakin membuat Nagisa geram. Dengan santainya semakin akrab dengan fans girl dan pacar-pacarnya. Nagisa yang kalap, langsung menerjang, mencengkram kerah baju Satoru untuk berdiri, dan disertnya menuju tengah kantin yang bebas dari kursi.

Tidak ada aba-aba pada pukulan pertama, hanya sebuah suara keras yang kelur dari tangan dan rahang yang saling membentur. Semua orang menoleh kaget, tersikap oleh peristiwa yang terjadi, dan pukulan kedua yang kini menyerang.

"Kenapa aku bisa berteman dengan pria brensek sepertimu. Nobita BAJINGAN!" Kata Nagisa di sela pukulanya yang masih membabibuta.

Persetan dengan perjanjianya. Yang pasti saat ini ia sedang ingin menghajar Satoru sampai sadar akan kesalahannya. Tapi tindakan Satoru selanjutnya malah membuat Nagisa jengkel setengah mati.

Nagisa masih terengah-engah setelah selesai meluapkan amarah dalam pukulannya. Satoru yang tidak sedikitpun membalas perlakuan Nagisa, masih terduduk di lantai sambil mengusap bibir yang robek. Semua orang dalam kantin menatap dua orang itu dalam pandangan heran dan takut. Karena mereka adalah saksi mata, peristiwa pemukulan anak pengusaha kaya, oleh seorang yatim piatu miskin.

"Kau! Berani-beraninya kau masih bermesraan dengan mereka, bahkan ketika Haruka bersamamu! Kalau kau tidak mencintainya, kumohon jangan menyakiti dia!" Amuk Nagisa dalam amarah. Kemudian menatap ke arah Haruka yang terlihat menguap lebar menonton pembelaanya, seolah tidak tertarik dengan apa yang ia lakukan untuknya.

Heran dengan tingkah Haruka yang tidak peduli, Nagisa melihat lagi ke arah Satoru yang masih duduk pada posisi setelah ia pukuli. Mengetahui tatapan penuh tanya Nagisa, Satoru memilih menyeringai. Untuk kemudian berdiri, memamerkan tinggi badanya yang agung, dan badan yang lebih jangkung. Menatap lawanya dengan penuh cerca, seraya megutarakan maksud.

"Kalau memang kau tidak suka dengan tindakanku. Katakan saja langsung! Jangan bawa-bawa Haruka," Satoru tersenyum dengan bibir robeknya. Menantang lawan melalui matanya, dan tangan yang mulai terangkat tepat pada kepala Nagisa.

Nagisa bergeming. Memejamkan mata siap menerima balasan pukulan, tapi nyatanya tidak pernah terjadi. Tangan Satoru malah mencapai surai coklat Nagisa, mengacak-acaknya dengan lembut, kemudian pergi bahkan tanpa menoleh sama sekali.

Satoru meningglkan kantin dengan suasana yang lebih damatis. Ditemani Haruka yang mengamit lengan tunanganya dengan santai, seolah-olah tidak terjadi apa-apa, seolah ia baru saja tertawa oleh sebuah lelucon yang di bawakan Nagisa.

Haruka yang bersamanya, menganggap tingkah Nagisa hanya angin lalu. Bukan perkara berat yang melibatkan dirinya, bukan masalahnya, dan bukan urusanya. Sama sekali tidak ada perasaan marah ataupun kesal yang ditampakan Haruka, pada Satoru yang dengan jelas berselingkuh di depanya.

Jadi apa gunanya ia memukuli Satoru? Bila Haruka tidak peduli dengan pembelaan yang dia lakukan.

Dan untuk apa dirinya marah? Ketika tunangannya sendiri menerima tindakan serong sang kekasih yang jelas-jelas berkencan dengan gadis lain.

Jadi kenapa dia marah?

Malu.

Itulah satu-satunya rasa yang ia terima saat itu. Ketika dirinya sadar, telah melakukan tindakan sia-sia. Pembelaan yang tidak berguna.

Cinta sehati, membuang seluruh rasa cemburu yang ada di dalam hati. Mungkin itu yang dirasakan kedua sahabatnya. Saling percaya yang dilakukan oleh Haruka dan Satoru, sudah tidak dapat dinalar oleh akalnya. Sedang Nagisa yang sama sekali belum pernah merasakan cinta seorang kekasih, tidak mengerti akan hal tersebut. Itu adalah apa yang ada di benak Nagisa. Tapi ia tidak tahu, bahwa hakikat cinta menyatakan;

'besar perasaan cinta, adalah sebesar perasaan cemburu yang menyertainya.'

****

"Kenapa kau diam?" Kata Satoru saat mendapati Nagisa tiba-tiba bergeming dengan mata berkaca-kaca. Satoru yang menyadari bahwa perkataan kasar sangat mudah melukai perasaan ibu hamil di depanya, mulai merasa bersalah, dan mencoba untuk meminta maaf .

"Nagi-"

"Tetap di sana dan jangan mendekat!" perintah Nagisa ketika melihat pergerakan Satoru.

Ia marah. Merasa harga dirinya terluka sekali lagi oleh ingatan masa lalu. Kenangan pahit yang membuatnya tiba-tiba merasa malu, dan diperlamukan. Nagisa berusaha sekuat mungkin menahan emosi yang akhir-akhir ini sulit di tebak. Mungkin juga karena efek kehamilnya, Ia merasa menjadi lebih mudah marah dan cengeng hanya karena hal-hal kecil. Seperti sekarang. Ia merasa marah pada Satoru dan Haruka hanya karena sesuatu yang hampir terlupa. Bahkan ingin menangis sekeras-kerasnya karena kenangan menjengkelkan itu.

Satoru bingung. Bagiamana cara menenagkan emosi Nagisa yang berubah secara tiba-tiba. Atau cara meminta maaf pada kesalahan yang sama sekali tidak ia ketahui.

"Baiklah, aku minta maaf ok. Sekarang hari minggu. Bagaimana kalau kita jalan-jalan? Aku akan mengantarmu kemanapun kau mau," Satoru mencoba mendekati Nagisa lagi.

"Jangan mendekat dan jangan mengalihkan pembicaraan!" Nagisa mundur beberapa langkah dengan gegabah. Membuat Satoru was-was, takut ibu hamil itu terjatuh dan melukai dirinya.

Merasa jarak telah aman, Nagisa melanjutkan kalimatnya, "Sebelum kau mengijinkanku untuk mengajar di panti asuhan, aku tidak mau kau mendekatiku dalam jarak lebih dari dua- oh tidak, tiga meter. Kau-kau tidak boleh mendekatiku dengan jarak lebih dari tiga meter." Kata Nagisa terbata.

Satoru menyipitkan matanya, menatap Nagisa dalam keraguan.

"Kau kekanak-kanakan lagi Nagisa," cemoh Satoru dalam ekspresi bosan.

"Terserah kau mau menyebutku apapun itu. Yang pasti, saat ini, kau tidak boleh mendekatiku. Titik!" Nagisa menyalak marah.

"Ya sudah, kita lihat. Siapa yang pertama melanggar janji. Maka dia yang harus menuruti keinginan pemenangnya. Bagaimana Na-gi-sa?" Kata Satoru menantang dengan optimis.

"Baiklah, kita mulai sekarang!" Nagisa tidak mau kalah.

Deklarasi perang telah berkumandang. Dengan masing-masing dari mereka yang ingin menang dan menuruti egonya.

Bersambung....

Siapa yang menang?

a. Nagisa

b. Satoru

c. Seri

Di tunggu jawabanya di review.. siapa tahu dapet kejutan dari Ochi....#jgnpercya

Hola... Akirnya episode baru..........

Aku lebih suka 2k aja. Soalnya kalau 3K ngetiknya booo......

Tapi belum koflik.... Kofliknya nanti aja.....

Fast Up date 120 vote... atau tunggu sabtu depan....

Bay-bay......

Apapun Dirimu (TAMAT)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon