4. Apa?

13 2 0
                                    

Gemersik air dari sebuah pompa air di tengah kolam ikan berair hijau tampak mengalir indah seirama dengan detak jantung seorang gadis yang kini duduk di tepian kolam itu.

Gadis berjilbab putih dengan aksen serut di belakang kepalanya itu tampak menatap lurus ke depan. Wajahnya yang cantik dengan bibir tipis pink berkilau alami tanpa harus menggunakan lipgloss itu tampak terlihat lelah.

Dia mendesah keras, saat kembali fokus ke arah bawah, dimana lukisan buatannya yang belum sempat terselesaikan itu kini terpampang nyata di depannya.

Besok, hari ulang tahun orang yang dia sukai dari dulu akan berlangsung. Dan kini hadiah lukisan yang sebenarnya ingin dia hadiahkan itu belum jua usai karena dia mendadak kehilangan mood akibat kejahilan teman kelasnya yang selalu membuatnya merasa kesal.

"Aren!" Teriakan suara bass yang menggelegar di koridor dekat kolam ikan itu membuat gadis berjilbab tadi makin mendesah keras.

Gawat. Orang yang selalu menyiksanya itu kini sudah berlari mendekatinya, ia yakin, lukisan sketsa wajah itu sebentar lagi akan hancur.

Buru - buru dia menutup lukisan yang belum jadi itu dengan kain yang tadi dia gunakan untuk menutup lukisan dari kain kanvas itu. Setelah itu, dengan gerakan yang hampir menyamai batas kekuatan seribu cahaya, gadis itu menarik erat lukisannya ke dalam pelukan, karena tahu, remaja laki - laki seumurannya yang memanggilnya Aren tadi akan merebut untuk melihat lukisannya.

"Yah, pelit banget dah," gerutunya seraya mengatur napasnya.

Aren atau gadis berjilbab tadi yang sebenarnya bernama Naren berdecak lidah.

"Apa sih Yang! Please deh. Stop godain gue. Sehari ini aja, oke!" Naren masih kekeh memeluk lukisannya, sedangkan remaja yang dipanggil Naren dengan sebutan 'Yang' itu mengerucutkan bibir.

"Oke," ucap 'Yang' atau nama panggilan jelasnya 'Ayang' itu berucap singkat.

Senyum Naren mengembang, tapi sesaat kemudian senyumannya hilang mendadak karena Ayang melanjutkan bicaranya.

"Oke.. Tapi gue gak bisa janji."

"AYANG NGESELIIIINNN!"

Naren berteriak kencang seraya merenganggkan pelukannya pada lukisan tadi saat tiba - tiba sebuah angin kencang berhembus. Dan otomatis, kain yang tadi digunakan untuk menutup lukisan tadi terbang diikuti pekikan keras Naren yang panik.

Gadis itu cepat - cepat berlari untuk mengambil kain itu, tapi naas, kain itu terbawa angin dan masuk ke tengah - tengah kolam ikan.

Saat Naren berbalik, dia kaget dengan Ayang yang kini menatapnya dengan alis bertautan. Wajah putih remaja laki - laki yang di mata Naren selalu manja itu tampak heran, tapi sesaat kemudian senyumnya mengembang.

Ayang mendekati Naren, lalu tanpa basa - basi, Ayang langsung memeluk Naren dalam pelukannya.

Karena kaget, Naren langsung mendorong Ayang menjauh, dan akibatnya Ayang sampai mau terjatuh ke belakang.

"Lo tuh gak usah modus!" cibir Naren kesal sambil mencoba menutupi rona di pipinya.

Ayang menggeleng, "Lo juga gak usah jaim." seketika pipi Naren kembali bersemu.

Dia menatap wajah Ayang tepat di kedua mata cowok itu.

"Makasih," Ayang berkata begitu tiba - tiba sebelum mengecup pipi kanan Naren dan pergi begitu saja.

"AYANG!! KURANG AJAR!" panik Naren seraya menutup pipinya.

"I LOVE YOU TOO, AREN! BYE! AYANG ADA LES!" Ayang menjawab tanpa menoleh dan itu membuat Naren semakin kesal.

ClarityDove le storie prendono vita. Scoprilo ora