Ji Changwook : 우리 (WE)

Mulai dari awal
                                    

Yoona menatap suaminya yang menyantap makanan disana dengan lahap, ia terkekeh melihat kerakusan suaminya itu. "Tadi siapa yang bilang tempat ini tidak higienis."
Changwook menggeleng dan melahap makanannya tanpa menoleh.
Yoona tersenyum dan menuangkan soju ke cangkir lalu mendorongnya pelan. "Oppa hati-hati nanti tersedak."
"Hmm." Sahutnya lalu menyeruput kuah dari mangkuk itu. "Woaah enaknya."
Yoona terkekeh. "Enak?"
"Sangat enak. Lain kali kita ke sini lagi ya."
"Nee."
Changwook tersenyum dan meneguk minumannya.

Changwook melirik kesebelahnya dimana kepala sang istri bersandar dengan kaca jendel bis. Pria itu tersenyum dan memindahkannya ke pundaknya lalu menaruh sebelah tangannya di belakang tubuh istrinya untuk memeluknya. Hari ini mereka memang tidak ingin pergi menggunakan mobil mereka karena Yoona ingin menghabiskan sepanjang perjalanan seperti mereka sedang berkencan dulu.
"Nee. Aku akan membawanya. Sekarang aku sudah di kios bunga. Nee." Pria itu memutuskan sambungannya dan menatap kearah perempuan cantik yang tersenyum ramah kepadanya.
"Ada yang bisa saya bantu?" tanyanya.
Changwook terdiam mematung.
"Tuan."
"Aah jweisonghamnida." Ujarnya dan melihat sekitarnya. "Saya ingin membuat buket bunga untuk teman saya yang baru saja wisuda S2."
Gadis itu mengangguk. "Teman perempuan atau..."
"Teman laki-laki." Potongnya cepat membuat gadis itu tersenyum lalu mengeluarkan sebuah album.
"Disini sudah ada contoh buketnya, Anda bisa memilih sendiri."
"Aah nee ghamsamnida."

Yoona berdiri dari tempatnya saat melihat Changwook masuk kedalam kiosnya. "Selamat datang."
Changwook melihat sekitarnya. "Agassie."
"Nee."
"Bisa bantu saya?"
"Apa itu?"
"Hmm. Siapa nama Anda?"
"Yoona. Im Yoona imnida."
Pria itu mengangguk. "Yoona-ssi, bolehkah saya minta nomor ponsel Anda?"
"Ye?"
Changwook menggaruk lehernya. "Apa boleh?"
"Aaah." Yoona mengeluarkan sesuatu dari dompetnya lalu memberikannya pada pria itu. "Itu kartu nama saya."
"Ghamsamnida."
"Nee."
Changwook tersenyum mengingat kejadian lima tahun yang lalu. Kejadian saat pertama kali ia bertemu dengan istrinya dan pertama kalinya ia mengetahui kalau nama gadis yang sering di kios bunga itu adalah Im Yoona.
Yoona melenguh pelan kemudian menoleh. "Apa kita belum sampai?"
"Belum mungkin sebentar lagi. Ah itu haltenya."
Yoona mengusap wajahnya kemudian bersiap-siap.

When I quietly hear the sound of your breathing
It's so comfortable, as if I came back from a long trip
Your touch that touches me
Makes me exist
I will only look at you

Yoona sibuk dengan ritual malamnya saat sang suami baru saja keluar dari kamar mandi. "Ah segarnya." Seruan itu membuatnya tersenyum dan kembali mengoleskan krim di wajah dan tubuhnya.
"Tanpa krim itu kau sudah terlihat cantik sayang."
"Aku tahu."
Changwook menggeleng. "Aku dengar, wanita yang sering memakai krim seperti itu kulit wajahnya akan cepat tua dan menggelap."
"Aniyo. Aku memakai produk yang tidak akan membuat kulitku seperti itu."
"Jinjja? Darimana kau bisa tahu."
"Oppa." Rengeknya.
Changwook terkekeh dan memakai pakaiannya.
"Oppa bisa memakainya di sana."
"Aku ingin kau melihatnya."
"Tsk. Aku selalu melihatnya."
"Wae? Kau ingin main malam ini?"
Yoona menggeleng pelan kemudian berbalik. "Aku lelah."
Changwook tersenyum. "Arrayo. Cepat selesaikan ritualmu setelah itu tidur."
"Tidak mau."
"Wae?"
"Aku ingin tidur dipelukanmu."
"Arrasseo."

Yoona menatap wajah suaminya yang sudah tertidur dengan nyenyak bahkan saat seperti itupun wajah suaminya begitu tampan. Yoona mengelus wajah sang suami dengan lembut, takut membangunkan pria itu. Seharian ini mereka memang disibukkan melayani pelanggan sebenarnya dirinya sudah benar-benar mengantuk tapi pelukan suaminya berhasil membuat jantungnya berdebar dengan kencang seakan ingin keluar dan itu semua menghilangkan rasa kantuk matanya. "Aah aku benar-benar mencintainya." Gumamnya.
"Aku juga mencintaimu." Gumam Changwook lalu membuka matanya berlahan.
"Oppa." Wajahnya memerah. "Oppa mendengarkanku?"
Changwook mengangguk dan mengelus rambut sang istri. "Siapa yang bisa tidur bila di sentuh oleh orang yang kau cintai. Kau tahu jantungku berdetak sangat kencang."
Yoona terkekeh. "Nado.."
Changwoo mengeratkan pelukannya kemudian mengecup dahi istrinya. "Sudah malam, besok kau harus bekerja lagi."
"Apa besok oppa kerja?"
"Tentu. Aku harus pergi ke Jeju untuk melihat keamanan disana. Aku harus mendapatkan banyak uang untuk menghidupimu dan calon anak kita."
Yoona tersenyum. "Jangan bekerja terlalu keras. Kita hidup seperti ini saja sudah cukup bagiku."
"Arra. Tapi kita masih banyak kekurangan sayang. Kita harus menyiapkannya sebelum kekurangan itu datang."
"Baiklah."
"Saranghae." Bisiknya.
Yoona tersenyum. "Nado saranghae."

Yoona and The BoysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang