"Kau harus mulai memikirkan nama untuknya." Satoru menghentikan kegiatanya untuk menatap Nagisa. Nagisa tidak menyia-nyiakan kesempatan dengan menarik selimut tebal di kaki untuk menutupi perutnya. Setidaknya ia tidak ingin Satoru mengelusnya lagi . Karena akan membuat persaan aneh itu muncul dan pastinya juga membuat jatungnya berdetak tidak karuan lagi.

"Sudah. Namanya Raito." Kata Nagisa singkat sambil memandang si jabang bayi. Membayangkan anak kecil yang ada dalam mimpinya tadi, tengah tertidur di dalam perutnya.

"Raito? Kenapa Raito?" Satoru tidak paham.

"Setidaknya lebih terlihat intelek dibanding Nobita," secara tidak langsung tengah menghujat Satoru.

Satoru hanya memutar matanya sekali, akibat tatapan merendahkan Nagisa pada dirinya yang sangat menyukai tokoh utama serial kartun Doraemon.

"Kau salah Nagisa, namanya bukan Raito. Tapi Light. Light Yagami. Karena aksen mayoritas warga jepang tidak terbiasa menyebut huruf L dengan benar, maka mereka memanggil Namanya Ra-i-to," penjelasan Satoru mengenai mana tokoh salah satu animasi detektif terkenal, dengan gaya CEO.

"Ral-rrr-rl-ito?" Lidah Nagisa tersandung gigi sendiri. Kelemahanya dalam bahasa inggris selalu dapat menjadi bahan olokan bagi Satoru.

"Itu! Kau bahkan tidak bisa menyebutnya dengan benar,"

"Tapi aku suka Nama Raito,"

"Aku ragu kau bisa memanggil nama anakmu kelak. Bagaimana kalau Hikari (光; cahaya), light berarti cahaya dalam bahasa ingris," bujuknya.

Nagisa menggeleng keras, "Aku tidak suka shogi (catur jepang)," katanya, malah membahas sebuah kartun tentang catur jepang berjudul Hikari no go.

"Tuhan, jadi kau benar-benar ingin memberi nama anakmu sesuai nama tokoh kartun?"Satoru mengacak-ngacak rambutnya kesal.

"Lalu?" kata-kata Nagisa terkesan menantang.

Satoru mencoba lagi, menurunkan level volume suara, intonasi nada, dan panasnya hati. Hanya untuk Nagisa.

"Nagisa kau tidak boleh main-main dengan nama anakmu,"

"Raito! Aku tidak main-main ingin memberinya nama itu," masih keras kepala.

"Bagaimana kalau Tsubasa saja," Satoru ikut permainan.

"Kenapa tidak Wakabayshi?"

"Gohan..."

"Pikolooo," Satoru membetuk dua sungut di atas kepala dengan dua acungan tangan.

"Ha-ha-ha... Tapi jangan! Harus tokoh utama...!" Nagisa semakin tidak masuk akal.

"Doraemon," Satoru mulai bosan.

"Apa kau ingin menjadikan Anakku robot kucingmu Nobi-chan?"

"Pi-man,"

"Dia bukan sayuran (ピマン; piman; lobak besar, semacam paprika),"

"Kenshin..."

"Hatori," Nagisa asal sebut tokoh pahlawan cilik dunia ninja.

"Kau suka Ninja? Bagimana dengan, Naruto..." usul Satoru.

"Iya Teme..." jawab Nagisa manja.

"Dasar Dobe!" Satoru tertawa.

"Kalau begitu biar aku pilihkan nama perempuan untuknya." tanawar Satoru.

"Tidak! Kau sudah memberikan nama Raito. Biar aku saja yang cari nama perempuan." Nagisa tetap tidak mau kalah.

"Aku tidak pernah memberinya nama Raito, Nagisa. Kau sendiri yang memanggilnya Raito!" Kata Satoru jengkel.

"Karena kau yang pertama memanggilnya Raito dalam mimpiku!"

Satoru melongo dengan jawaban Nagisa, tidak tahu harus menghadapi ini dengan cara apa lagi.

"Kalau begitu Aku menarik nama Raito. Ia akan aku beri nama Kento bila laki-laki dan Rin bila perempuan." Satoru menyatakan pendapat.

"Jangan salah, namanya akan tetap Raito bila laki-laki, dan Shizuka bila perempuan,"

"Shi— kau gila? Kau memberi nama anak kita seperti seseorang yang tergila-gila padaku?" Satoru tergagap oleh pernyataan Nagisa yang mengejutkan.

"Eits, jangan salah! Kau lah yang tergila-gila padannya. Kasihan Jaiko. Padahal dia lah jodohmu sesugguhya," elak Nagisa, tepat sasaran.

"J-jaiko? Cukup! Tidak ada lagi Raito, Shizuka, ataupun J-jaiko. Tidak ada lagi nama kartun untuknya!" tergagap oleh ketakutanya akan sosok wanita gendut yang hampir menjadi pasangan Nobita, membuat Nagisa terkikik melihat gelagat Satoru saat menyebut nama Jaiko.

"No way! Dia adalah Raitoku. Dia akan menuruti kataku. Karena aku Kaasannya." Kata Nagisa sambil melotot dan menujuk diri dengan bangga.

Satoru yang melihat hal itupun tidak tinggal diam.

"Ya sudah. Kalau begitu biar aku berbicara sendiri padanya." Satoru langsung beranjak dan menempelkan wajahnya pada perut Nagisa, dan melingkarkan tanganya pada pinggulnya.

"Kyaaaa..... apa yang kau lakukan!"

Nagisa meronta meminta Satoru melepaskannya. Tapi sama sekali tidak digubris oleh Satoru. Saat ini ia malah asik tiduran di atas paha Nagisa untuk berbicara pada perut buncitnya, sambil beberapa kali memberi ciuman hangat dengan gemas. Nagisa yang sempat berontak, akhirnya memilih bungkam oleh aksi Satoru. Ia lebih memilih untuk menenagkan jantungnya yang mendadak berdetak hiperaktif, dari pada meladeni aksi konyol Nobi-channya saat ini.

Ya, begitulah kisah pertarungan ranjang atau adegan ranjang yang tercipata dari calon orang tua yang berebut memberi nama pada anak pertama mereka. Mungkin terlalu panas bila cerita ini diteruskan. Maka akan kita akhiri dengan situasi pagi hari ketika mereka tertidur dengan saling berpelukan satu sama lain akibat kelelahan yang timbul oleh adegan ranjang mereka.

Tentunya tanpa situasi rate M yang saat ini sedang kalian bayangakan. Biarkan saja malam ini berlalu masih dengan seribu tanya. Karena wujud kehudupan itu sendiri juga merupakan pertanyaaan bagi kita.

.

Bersambung......


Jadi.... 120 vote untuk up cepat, atau tunggu sabtu depan...

Yang kemarin baru gabung di cerita ini, mohon dukunganya dengan vote chap 1-6 ya... 

Karena cerita ini juga masih dalam masa promo, sedikit saja dukungan kalian sangat berarti buatku. Kan udah baca gratis. Minta vote dikit masa gak boleh?

Kalau gak mau vote ya...

Resiko di tanggung penumpang. Soalnya supirnya lari.

Wkwkwkw... 

bye-bye...

Apapun Dirimu (TAMAT)Место, где живут истории. Откройте их для себя