Bruk...

Anak kecil yang bernama Raito itu langsung menabrak Nagisa untuk memeluknya.

"Kaasan, Raito ngantuk." Kata Raito manja.

"A— Tidurlah...." Nagisa tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Anak kecil yang kini menempel pada tubuhnya memanggilnya Ibu. Jadi, apa anak ini adalah anaknya?

Nagisa mulai menberanikan diri memeluk tubuh kecil itu, dan menepuk-nepuk punggungnya agar anaknya cepat tertidur.

"Baiklah, sebaiknya kita pulang. Raito kelihatanya juga lelah. Biar aku gendog." Satoru berdiri dari tempatnya, menepuk-nepuk celana pendek untuk melepas pasir pantai yang melekat. Kemudian bergerak menuju Nagisa, membungkuk dan....

Cup....

Bibir Satoru mengarah langsung pada bibirnya. Lembut dan basah. Ciuman dan lumatan bibir yang diberikan Satoru sangat memabukan untuknya. Ia menutup mata dan menikmati sensasi yang Ia terima dari ciuman dasyat itu. Ciuman pertama Nagisa yang ia tunggu-tunggu. Hal itu berlangsung cukup lama. Hingga membuat Nagisa kehabisan oksigen dan membuka mata.

Masih dalam kondisi terengah-engah karena kehabisan oksigen. Hal pertama yang dapat ia lihat saat membuka mata, bukanlah Satoru maupun pantai. Tapi adalah atap sebuah kamar mewah nan megah milik Satoru. Ia sedang tidur di ranjang king size nyaman, dengan Satoru yang berada di sebelah kanannya, yang juga tengah tertidur dengan posisi membelakangi Nagisa. Mengetahui kenyataan tersebut, entah kenapa membuatnya merasa kecewa.

Tapi ada yang aneh dari mimpinya tadi. Nagisa masih bisa merasakan efek dari ciuman dalam mimpinya. Bibirnya masih terasa basah dan lembab, seperti ia benar-benar melakukanya beberapa saat yang lalu. Yang pastinya membuat wajahnaya memerah saat ini.

Kruuuk~

Bunyi yang keluar dari perut menyadarkan Nagisa akan kondisinya yang lapar. Seusai mengubur celengannya tadi, ia lebih memilih mendekam di kamar untuk menenangkan diri, dan tertidur karena kelelahan.

"Hem? Kau lapar ya?" Kata Nagisa mengelus anaknya.

Nagisa menyingkirkan selimut yang menutupi tubuh, dan menginjakan kakinya pada karpet lembut di bawah ranjang. Memakai sandal yang telah tersedia dan mulai melangkahkan kaki menuju pintu keluar.

"Kau mau ke mana?" tanya Satoru yang rupanya masih terjaga.

"Aku lapar. Aku akan kedapur sebentar." jawab Nagisa.

"Kau tidak perlu melakukanya. Aku akan memanggil Tori untuk membuatkanmu sesuatu. Apa yang kau inginkan?" Satoru mengambil gagang telfon, siap menghubungi kepala pelayannya.

"Tidak perlu, aku tidak ingin membangunkan orang tengah malam hanya untuk membuat seporsi makanan. Lagi pula aku ingin memasak."

Satoru meletakan kembali telfonya.

"Baiklah, aku akan menemanimu." Ia beranjak dari kasur dan membukakan pintu kamar untuk Nagisa.

Mereka telah sampai di dapur besar milik kediaman Hasegawa Satoru. Dimana segala bahan makanan tersedia lengkap bahkan mengalahkan supermarket tempat Nagisa pernah bekerja part time saat SMA.

"Sekarang apa yang ingin kau makan?"

"Aku tidak tahu." jawab Nagisa singkat.

"Kau lapar tapi tidak tahu apa yang ingin kau makan?" Satoru menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.

"Aku bingung ingin makan apa. Salahkan kulkasmu yang penuh bahan makanan. Sekarang aku tidak bisa memutuskan apa yang ingin aku makan." Sambil menunjuk kulkas dapur kediaman Hasegawa yang mewah.

Apapun Dirimu (TAMAT)Where stories live. Discover now