Setelah mengetahui niat Satoru untuk menjaga Nagisa selama kehamilanya kemarin, dan berujung pada kesimpulan bahwa Nagisa harus tinggal bersamanya. Nagisa yang awalnya menolak dengan apa yang di inginkan sahabatnya itu, akhirnya menyerah dengan enggan. Ancaman Satoru mengenai hal-hal buruk yang mungkin terjadi ketika dalam keadaan hamil, membuat Nagisa tidak mau ambil resiko kehilangan anaknya.
Dalam apartemen Nagisa. Hal pertama yang dilakukan si ibu hamil saat pertama kali memasuki kamar adalah berlari menuju kamar mandi untuk muntah. Rupanya bau busuk yang dulu dirasakan Satoru saat pertama kali memasuki apartemen Nagisa, baru disadari pemilknya saat ini. Nagisa merasa malu dengan kondisi aprtemennya yang berantakan dan bau. Kalau saja ia tahu akan seperti ini, Nagisa lebih memilih melakukan sendiri, dari pada membuat semua orang membantu membersihkan tempatnya yang kotor dan jorok. Setidaknya ia tidak memperalukan diri dengan memperlihatkan sisi buruknya di depan semua orang dalam ruangan.
Saat ini, Tori sedang mengvakum lantai, pembantu lain tengah mengepel lantai, ada yang sedang menurunkan barang-barang pecah-belah dari atas rak dapur, dan mengumpulkan sampah-sampah sesuai aturan* untuk memasukanya dalam kresek besar (Jepang punya sistim pengelompokan sampah berdasarkan jenis sampah, hingga dapat di daur ulang secara sempurna).
Satoru sedang mengepak baju-baju milik Nagisa untuk di masukan dalam koper yang telah disiapkan. Juga tidak lupa celengan katak dan lebah dadakan yang telah bertengger rapi di pojokan dalam koper.
Lalu apa yang dilakukan Nagisa. Nagisa tengah duduk manis di atas sofa di depan televisi yang ia hidupkan tanpa berniat untuk fokus melihat chanel yang ia tonton. Setelah acara muntah-muntah tadi, Satoru memastikan Nagisa tidak akan menyentuh apapun barang miliknya. Maka setiap apapun yang akan dibereskan oleh Nagisa selalu didahului oleh orang lain. Akhirnya Nagisa menyerah dan memutuskan untuk duduk dan menonton televisi.
Nagisa melihat sebuah kardus yang ia simpan di bawah kasurnya telah terambil dan hendak dibuang.
"Tunggu sebentar Kisa-san." Kata Nagisa pada salah satu pembantu Satoru. Berjalan mendekat untuk mengambil kardus yang berisi pecahan gerabah dari tanah liat yang merupakan pecahan celengan. Kemudian dalam tatapan sedih memunguti jazad dari peliharaannya itu.
Satoru yang telah selesai dari pekerjaanya, mendekati Nagisa kemudian menepuk punggungnya untuk menenangkan.
"Aku akan menguburkan mereka dengan layak." Kata Nagisa sedih. Menatap pecahan-pecahan tersebut, seolah melihat sebuah foto memoriam seorang teman yang telah meninggal.
++++Dilarang mengcopy fic ini: Cup Chocochip++++
Omake or Not
C. Raito
JESSSSSSSSSSS
Suara ombak pantai menghempas daratan terdengar lembut di telinga Nagisa. Saat ia tengah duduk diatas pasir pantai sambil menikmati sore yang indah. Panorama alam dan kesejukan aingin yang tersuguh, membuat Nagisa enggan untuk memalingkan wajah dari hamparan air aisin itu.
"Sayang! Suruh Raito tidak terlalu jauh saat bermain." Nagisa mendengar suara yang tidak asing di telinga. Ia menoleh dan melihat ke arah sumber suara. Kemudian menemukan sosok Satoru yang tengah duduk tidak jauh darinya.
"Nagisa, apa kau tidak mendengarku? Huh~ Ok, biar aku saja. RAITO... JANGAN TERLALU JAUH NAK. KEMARILAH! KAASAN MEMANGGILMU." Satoru berteriak cukup keras pada sesosok anak kecil berusia 4-5 tahun yang sedang bermain di pinggir pantai menggunakan skrup kecil plastik yang ia bawa. Anak laki-laki itu segera berlari kearah Nagisa dengan senyum menghiasi wajah. Semakin dekat, hingga ia dapat melihat sosok anak tersebut. Hanya dua kata yang mampu ia katakan saat ini. Replika Satoru. Bisa dibayangkan apabila ia kembali pada masa saat Satoru berusia 4 tahun, mungkin ia akan melihat sosok yang sama seperti yang ada di hadapanya saat ini. Mata hitam tegas intimidasi, rambut hitam sedikit bergelombang, kulit pucat, dan segala sesuatunya merupakan ciri fisik milik Satoru. Tapi ada satu hal yang berbeda. Senyum anak itu, adalah senyum khas miliknya. Satoru tidak akan pernah dapat melakukan senyum berlesung pipi seperti yang dilakukan anak kecil itu. 'Syaraf wajah si Nobi-chan kan sudah mati, makanya ekspresi wajahnya selalu datar.' Pikir Nagisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Apapun Dirimu (TAMAT)
RomansaCACAT FISIK apa yang membuatmu DIBENCI oleh semua orang? . -Bagaimana dengan cacat klamin. Satu orang memiliki dua jenis klamin dalam satu tubuh. Karena cacatku ini, semua orang menganggapku menjijikan. Bahkan tidak berani membaca cerita ini. . Ter...
Apapun Dirimu 7
Mulai dari awal
