"Wah... Ternyata bibi Pearl penyuka wayang dan lukisan kuno" pujiku. "Iya yah aku yakin ini digambarnya sendiri. Lihat di setiap lukisan ada tanda tangannya" ujar Steven.
"Assalamualaikum! Aku pulang!" teriak seseorang dari depan rumah. "Waalaikumsalam! Alvi ayo masuk ada tamu di sini" ucap bibi Pearl.
Ketika kami sampai di ruang tamu, aku langsung terpana melihat seseorang di depanku. Anak laki-laki yang usianya mungkin diatas kak Daffa, berwajah tampan, dengan kulit agak seperti sawo matang, pipi tirus, dan tinggi yang melebihi aku.
"Siapa mereka berdua bu?" tanya kak Alvi. "Mereka anak teman ibu. Masih ada dua lagi mungkin masih melihat-lihat rumah. Ini Elodi dan Steven" kami pun di kenalkan oleh bibi Pearl. "Alvi" jawabnya singkat sambil menyalami kami.
"Kakak kelas berapa? Kami berdua kelas 9" tanyaku.
"Aku kelas 12 tapi umurku 15 tahun"
"Kakak rupanya lebih muda dari kakak kami" ujar Steven.
"Apa kakak punya kekuatan?" tanyaku.
"Punya. Kekuatan angin yang menurun dari ibuku"
"Wow" koor kami.
"Kalo aku pengendalian tumbuhan. Sedangkan Elodi air" jawab Steven.
"Sepertinya kita harus mencari kakak kalian"
"Why?"
.
.
.
.
.
.
KYYAAAAA!!!!
TOLONG! TOLONG KAMI!"KAKAK!" teriakku.
"Ayo cepat sepertinya dilantai atas!" teriak kak Alvi.
"Ayo cepat!"Dan perang akan dimulai.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Mirror Blue
FantasyAir naik atas gerakanku! Tidak mungkin bila manusia biasa seperti Elodi bisa mengendalikan air tanpa menyentuhnya. Bukan hanya itu saja ia juga menemukan cermin unik di loteng rumahnya. Akankah Elodi menemukan jati dirinya?