Pearl dan Ruby

36 8 0
                                    

"Ini benar-benar lezat. Dimana ibu membelinya?" tanyaku sembari memakan pizza miniku. "Ibu membelinya disalah satu tetangga. Seingat ibu namanya teh Rina, kakaknya temenmu, Steven itu" ujar ibu. "Ooh"

Setelah makan aku memilih untuk pergi ke rumah Steven. Aku akan membawa serta buku jurnald nenek. Tapi yang paling aku tak tahu, di mana rumahnya? Ibu!

"Eehh... Kakak di mana ibu gue mau bertanya rumah Stev-" belum selesai bicara, aku sudah dibungkam kak Daffa. "Ssstt.. Jangan berisik. Lo pasti mau meneliti buku itu kan?" tanya kak Daffa. "Iya. Emang kenapa kak?" tanyaku balik. "Sebenarnya.... Kita ke rumah Steven" jawabnya singkat. "Ibu, Kami pergi ke rumah teh Rina ya" ujarnya ketika bertemu ibu di koridor. "Tentu saja. Ibu izinkan"

Kami bersepeda ke rumah Steven. Rumahnya tidak terlalu jauh juga tidak terlalu dekat dengan rumahku. 15 menit kemudian, kami sampai di rumah Steven yang cukup besar.

"Assalamualaikum! Steven!" teriakku. "Waalaikumsalam. Wah ada Daffa dan Elodi. Ayo masuk. Steven! Ada temenmu!" sambutan hangat teh Rina membuatku khawatir. Takut ketahuan. "Ayo El, kak. Masuk kita di kamarku saja" ajak Steven.

"Huh. Hampir aja kita ketahuan. Kakak gue itu agak ganas hehehe" ujar Steven "Bukannya kakak lo bisa membaca tulisan permata?" tanya Kak Daffa. "Oh iya ya. Kakak!" teriak Steven. "Iya kenapa dek?" tiba-tiba teh Rina muncul. "Tolong kami untuk menerjemahkan isi buku ini" ujarku sambil menyodorkan buku jurnald nenek.

Seketika teh Rina tercengang membaca isi buku itu. Bukannya membacakan untuk kami, malah dia membaca sendiri tanpa suara.

"So... Gimana teh? Apa isinya?" tanyaku mencari topik. "Bentar lagi selesai" jawabnya singkat.

"Kita harus mencari dua wanita ini. Ruby dan Pearl. Ada alamat di balik foto itu" ujar teh Rina sembari mengedarkan foto dua wanita.

"Alamat ini terlalu jauh Rin. Gue bisa bawa mobil, tapi mesti minta izin sama ibu dan ayah yang berarti semua ini mesti kebongkar dan ikut campur tangan ayah-ibu" ujar kak Daffa. "Gak masalah kok. Asal kita tau apa yang terjadi sama kita" celetukku.

"Jadi siapa yang mau cerita sekaligus minta izin lo, gue, atau kita semua?" tanyaku. "Semua aja biar adil" jawab Steven. "Oke kita langsung ke rumah kami saja. Jadi bisa siap-siap lebih cepat" ujar kak Daffa.

Setelah semua setuju kami langsung bersepeda ke rumahku.

"Assalamualaikum. Kami pulang"
"Waalaikumsalam. Oh kalian ayo masuk Steven, Rina" sambut ibuku. "Eh... Iya tan"

"Ibu di mana ayah? Kami berempat mau bicara dengan kalian berdua" tanya kak Daffa. "Ayah baru saja pergi ke luar kota. Ada tugas dari kantornya. Kalian mau membicarakan apa?" jawab ibu. "Ayo ke ruang rekreasi. Ini rahasia. Kami perlu izin" ujar kak Daffa yang disambut ibu dengan anggukan.

The Mirror BlueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang