On The Way

36 10 0
                                    

"Baiklah ibu mengerti kalian ingin mengetahui siapa kalian. Tapi mungkin kalian perlu ini" seketika ibu mengeluarkan senjata seperti yang terjadi dengan jurnald nenek. "Wow..."

"Gue cop pedang biru ini!" seruku langsung memilih. "Kalo gue... Busur aja deh!" celetuk Steven. "Wow... Ada kipas besi ini saja" ujar teh Rina. "Jadi tinggal perisai. Gue itu saja" ujar kak Daffa.

Usai memilih senjata, ibu mengajak kami ke kebun belakang yang terdapat tanah lapang. Di situ kami akan belajar cara menggu nakan senjata. Aku pikir ibu hanya  ibu rumah tangga  biasa, rupanya dia juga mahir menggunakan senjata.

"Elodi, tekuk kaki kananmu dan luruskan tanganmu! Yak begitu kamu bisa padukan dengan gerakan tari. Luruskan Steven! Dan... Lepaskan! Baru pemula kalian cepat mahir!" seru ibu sebagai pengajar sekaligus pengamat kami. "Hah... Hah.." desahan lelah kami terasa nyata.

"Mungkin sekarang kita pulang dan kemas-kemas. Kami pamit dulu tante Coni. Assalamualaikum" pamit Steven. "Waalaikumsalam"

"El gih lo packing. Jadi bisa cepet tidur. Tepar" ujar kak Daffa. "😗 kakak jadi kepiting rebus hahaha!" ledekku.

Dan sekarang aku di kamar. Aku mengambil ransel biruku. Aku membawa beberapa barang penting seperti, hp, buku diary, jurnald nenek, beberapa baju, sisir,  baju perang (ibu memberikan kami masing-masing satu set), dan juga pedangku beserta sarungnya.

*************************************
Pagi ini kami berangkat. Bangun jam 3 pagi dan berangkat jam 4 pagi. Ibu membekali kami satu dus makanan instan. Yang pasti itu mudah dimakan dan sehat.

Kantukku cepat sekali menyerang. Baru duduk di mobil aku sudah tidur dengan lelap. Bahkan saat Steven duduk di sampingku aku tidak bergeming sama sekali. Aku seperti mayat saja kata teh Rina. Aku bangun dengan ekspresi aneh. Rambut berantakan dan mata makin sipit.

"Lo bener-bener mayat hidup" celetuk Steven ketika aku bangun. "Apha... Hhooaamm.... Mhayhat?" tanyaku masih menguap. "Nggak! Zombie" ujar Steven ditambah gelak tawa kak Daffa dan teh Rina.

"Gue bosan" keluh teh Rina. "Peluk gue aja. Dijamin gak bosan" goda kak Daffa. "Iiihhh gombal" ucap teh Rina.

"Kalian ini. Manusia penggombal" ujar Steven sambil cemberut yang di hadiahi gelak tawa teh Rina dan kak Daffa yang berarti bibir dan dahi Steven makin mengkerut.

"Nih Ipod. Isinya lagu-lagu yang gue buat sendiri. Beberapa ada duet gue sama kak Daffa" saranku sembari menyodorkan Ipod. "Thanks"

The Mirror BlueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang