Jalan Kabut Putih no. 13

32 9 0
                                    

"Kak, bener nih jalannya? Kok ada kabutnya? Nanti salah jalan" ceracauku. "Ini udah bener El. Tinggal masuk gang dan cari rumah nomor 13" ujar teh Rina.

Kami sudah melewati berbagai gang dan.... Akhirnya sampai. Rumah yang bergaya indisch berwarna putih dan biru.

"Permisi! Permisi!"
"Iya! Ehm... Kalian siapa? Wah Coni! Kau rupanya! Ayo masuk" jawab pemilik rumah.

"Emm bibi, saya bukan Coni, saya anaknya Elodi. Ini kakak saya Daffa, di sampingnya teh Rina, dan di ujung itu sahabat saya Steven. Kami datang ke sini ingin mencari orang yang bernama Ruby dan Pearl. Apakah mereka ada di sini?" ujarku panjang lebar.

"Oh ini rupanya anak Coni. Aku Ruby. Panggil saja aku kak Ruby. Umurku masih 20 tahun" jawabnya.

"Yang benar saja 20 tahun. Namamu ada di dalam jurnald usang berusia 200 tahun lebih ini. Tak mungkin bila usiamu masih 20 tahun" kilah teh Rina.

"Bagaimana kalian bisa tahu. Yah aku akui. Usiaku sudah 300 tahun. Pearl sudah lama pindah dan berkeluarga. Usianya 400 tahun lebih. Dan ibumu 150 tahun. Nenekmu lebih dari 700 tahun. Dan yang kau temui itu bukan buku nenekmu. Itu buku Coni. Tertinggal karena pindah ke Bandung. Dan kini kalian tiba. Apa yang bisa aku bantu?" ujarnya panjang lebar.

"Kami ingin tahu siapa kami"
"Kalian manusia kan? Kenapa bertanya"
"Kami punya kekuatan. Apa bisa di sebut manusia?"
"Gak mungkin kekuatan bisa turun kepada kalian. Kalian setengah manusia dong"
"Itulah yang ingin kami ketahui. Apa yang terjadi pada kami hingga bisa kebingungan. Kami hanya ingin tahu kenapa kekuatan kami tidak terkendali"
"Itu karena kalian takut/panik"
"Takut? Panik? Emangnya kami korban gempa Aceh?"
"Kalian bingung karena tidak di beritahu ortu kalian. Masa iya ortu gak ngasih tau anak sendiri soal jati dirinya?"
"Kami tak bisa seperti ini terus!"
"Cobalah bertanya pada leluhur kalian!"
"Tanya siapa? Mereka berdua sudah yatim piatu. Dan kami? Ibu kami saja selalu diam 1000 bahasa"
"Oh ya Allah. Susah sekali menjelaskannya! Baiklah kita akan ke rumah Pearl"

Setelah debat antara kak Daffa dan kak Ruby, kami segera pergi ke rumah Pearl. Hanya dia yang bisa menjelaskan secara rinci, kata kak Ruby.

Dan perjalanan kamipun berlanjut ke diri Pearl. Aku harap ada yang bisa dipecahkan dari masalah permata ini. Dan aku harap ada yang bisa diberi tahu dari cermin biruku.

Permintaanmu akan aku kabulkan.





Hai! Maaf aku baru bisa update malam. Soalnya lagi liburan ke pangkal pinang jadi nulis cuma pas lagi nyetop atau pas makan.🙏😊😀

The Mirror BlueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang