Chapter Three - River, The 'Dickhead'

623 39 2
                                    

TRAILER ON THE SIDE =


***

Untuk pertama kalinya sejak dia melangkah ke ruangan ini, dia melihat ke arahku. Seketika, senyumnya menghilang. Sebaliknya, wajahnya penuh kebingungan saat memeriksa wajahku. Dan layaknya seperti orang idiot, pipiku terasa panas-sangat panas sampai-sampai kalau kau menempelkan tanganmu pada pipiku, aku yakin tanganmu akan terbakar.

Dia mencoba mengingat siapa aku.

Ya, aku pergi ke sekolah yang sama dan kami berada di kelas yang sama untuk bahasa Inggris, namun kau masih tidak tahu siapa aku. Idiot.

Aku ingin berteriak padanya-tapi tidak jadi, karena mengingat keadaanku. Ini bukan berarti bahwa aku ingin dia tahu siapa aku, tapi itu fakta bahwa kita sudah berada di sekolah yang sama selama hampir lima tahun, dan dia bahkan tidak mengenaliku-seberapa buruk itu?

Aku tahu aku bukan anak eksis, tapi aku tidak menyadari bahwa aku benar-benar tak terlihat.

Setelah sekitar lima detik dari pemeriksaan wajahku-yang aku yakin terlihat sangat merah-dia memalingkan pandangannya. Sial, seharusnya aku berpaling pertama. Apakah aku menatap terlalu lama? Mungkin dia mengira aku orang aneh.

"Senang bertemu denganmu," dia mengangguk hormat terhadap orang tuaku. Dia pasti mengira aku aneh. "Tapi aku agak lelah, jadi mau tidur, selamat malam." Dia menyatakan, yang membuatku lega. Setidaknya jika dia tidak di dalam ruangan, aku tidak akan begitu tegang.

River bangkit dari sofa. Kemudian, ia melangkah menuju pintu ruang tamu. Dalam setiap langkahnya ada semacam keyakinan yang terpancar-bagaimana dia melakukan itu?

Tangannya dimasukkan ke saku mantelnya, dan dia menatap ke bawah saat ia berjalan. Ini membuat rambut warna keemasan jatuh ke dahinya.

Meskipun sebagian dariku bersyukur bahwa dia pergi, bagian yang lain menyesal tidak ada kehadirannya lagi; aura yang ia pancarkan pada orang tak bisa dideskripsikan. Tidak ada yang bisa menyangkal itu, bahkan aku.

River adalah jenis orang yang melakukan segalanya dengan sempurna-dari berjalan, berbicara, belajar, atau hanya menjadi manusia normal.

Rupa tidak berarti apa-apa, dia brengsek di dalam.

"River, bisa tolong antar Lea ke kamar?" ucap Brenda, membuat River berhenti. Hatiku merosot ke lantai, kemudian kebali lagi.

Oh, holy crap. Jika kupikir pipiku memerah sebelumnya, maka mereka terbakar sekarang.

Jika aku memiliki gelembung kedap suara yang mengelilingiku saat ini, aku akan berteriak sekuat tenaga dengan kata-kata makian yang paling menjijikkan yang kutahu. Secara naluriah, denyut nadi meningkat, dan aku mulai merasa pusing. Jika jantungku tidak dikelilingi oleh tulang rusuk sekarang, maka yakin itu akan melarikan diri dari dadaku dan lari.

Lea, kau tidak boleh pingsan.

Oke, aku cukup yakin jantungku akan melompat keluar dari mulutku.

Mengapa kau begitu gugup, tenang sedikit.

Aku tidak bisa tenang. Dia bukan hanya laki-laki biasa. River Parker adalah seseorang yang luar biasa, dan aku akan mengakui itu. Dia menonjol dari kerumunan, mudah terlihat dan gampang disenangi-untuk penampilannya terutama. Namun, sangat disayangkan kepribadiannya tak seindah rupanya.

"Uhm ..." Aku mencoba untuk memikirkan alasan untuk menghindari pergi ke kamar, sendirian, dengan River. Sayangnya, tidak ada muncul dalam akalku, dan aku bergumam tidak karuan dalam hatiku.

Mr. Popular And ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang