"Aku tidak tahu Satoru. Bahkan dalam hidupku. Aku tidak pernah sekalipun berfikir akan membesarkan seorang anak. Bahkan sama sekali tidak berani membayangkan untuk memiliki sebuah keluarga." Nagisa meluapkan pemikiran yang telah ia simpan. Merasa tidak dapat menanggung semuanya sendiri, mengetahi Nobi-chan yang telah kembali, saatnya ia membagi semua deritanya.

"Kau masih memilikiku. Aku akan menjadi ayah untuknya," suara tulus itu menggetarkan hati Nagisa. Ia menatap Satoru dalam rasa terimakasih mendalam untuk sahabatnya itu. Tapi entah kenapa, pernyataan itu sama sekali tidak mengejutkan untuk Nagisa. Bahkan Ia telah menebak kata-kata itu. Seolah ada yang telah berbisik, bahwa 'Satoru adalah ayahnya.'

"Kau tidak perlu melakukan hal itu Nobi-chan. Kau akan jadi ayah dari anak-anak Haruka." Nagisa teringat siapa dirinya, dan siapa Satoru. Hal yang membuat dirinya merasa sendiri lagi.

"Tidak lagi Nagisa. Kami sudah memutuskan untuk berpisah." Satoru tersenyum penuh arti pada Nagisa.

. . . . ...........................

"Hah?" satu kata Nagisa yang mngartikan seribu pertanyaan.

"Apa kalian mau mendengarkan penjelasanku tentang anak kalian?" Potong Ito dengan riang, merasa telah mendapatkan durian runtuh. Interseksual yang hamil anak direktur rumah sakit tempatnya bekerja.

"Iya Ito-Sensei silahkan." Kata Satoru mempersilahkan." Nanti akan aku ceritakan di rumah." Pada Nagisa yang masih menujukan wajah penuh tanya.

"Aku senang kau tidak jadi menggugurkannya Nagisa. Tapi kita memiliki masalah lain. Kau lihat disini!" Ito menunjuk sebuah titik dalam monitor

"Aku akan menjelaskaan dengan cara yang paling mudah agar kalian mengerti," pengertian Ito terhadap Nagisa.

Demi membalas kebaikan hati si Dokter. Untuk pertama kali dalam dua bulan terakhir, Nagisa menyuguhkan kembali senyum manis berlesung pipi miliknya. Ito pun balas tersenyum dengan ikhlas. Baru pertama kali Ito melihat Nagisa tersenyum, dan ia mampu melihat ketulusan yang besar disana. 'Dia orang yang baik,' pikir Ito.

"Kau lihat, kau punya organ laki-laki. Disekitar organ itu, banyak terdapat pembuluh darah dan sayaraf yang berhubungan dengan respon dari otak. Kalau pembuluh darah pada sekitar area rahim mengalami kontaraksi pada saat akan melahirkan. Jalan lahirnya akan membelah area vagina sampai area organ reproduksi priamu. Pembukaan itu akan menyebabkan pembuluh darah utama pada testis juga ikut sobek. Dan yang paling buruk adalah, pendarahan hebat akibat sobeknya area vital yang akan membuat Nagisa kehilangan banyak darah. Hal tersebut sangat berbahaya untuk Nagisa maupun bayinya. Kemudian kemungkinan besar organ reproduksi laki-lakimu tidak akan dapat berberfungsi, walau kau telah menjalani oprasi."

Deg

Nagisa yang masih berada di atas ranjang pemeriksaan, langsung mencengkram lengan baju Satoru. Hatinya tidak terima. Dia tidak akan bisa menjadi laki-laki seutuhnya. Walaupun organ laki-lakinya tidak pernah berfungsi. Setidaknya saat ini ia masih punya harapan untuk dapat menjadi laki-laki seperti impiannya. Tapi bila harapan itu juga kandas. Apa yang akan ia lakukan? Juga bayinya. Bgaiamana dengan bayinya? Apakah Satoru akan bersedia merawat anak yang bukan darah dagingnya bila dirinya mati. Seluruh pikiran itu membuat badanya bergetar takut dan lebih mempererat cengkraman pada lengan baju Satoru.

Satoru melepas cengkraman tangan Nagisa dengan lembut, dan mengganti dengan tangan kirinya. Hingga kini mereka saling bergandengan tangan. Nagisa yang terduduk pada ranjang pemeriksaan, diarahkan kepalanya untuk bersandar di dada Satoru yang kini berdiri di sampingnya. Ia mengusap rambut Nagisa dengan lembut untuk menenangkan.

Ito yang melihat wajah kehawatiran pada pasiennya. Akhirnya melanjutkan penjelasan.

"Kalian tidak perlu setakut itu. Kita bisa mencegah hal tersebut agar tidak sampai terjadi. Kau bisa mejalani oprasi caesar. Kita akan menunggu sampai bayimu cukup siap untuk dilahirkan. Tanpa menunggu jalan lahirnya terbuka, kami akan mengeluarkan bayimu, hingga baik keselamatan ibu dan bayi akan terjamin setelah melahirkan." Ito memberikan senyum terhangat pada Nagisa.

Sepertinya kata-kata sudah tidak mampu melambangakan perasaan mereka saat ini. Kelegaan yang dirasakan tidak dapat terungkap dalam sebuah kata maupun kalimat. Satoru memeluk Nagisanya lebih erat sebagai rasa trimakasih. Sedangkan Nagisa hanya dapat menagis dalam dekapan Satoru. Ia menumpahkan segala kegelisahan dan kebahagiaanya dalam pelaukan orang yang beberapa jam yang lalu, sangat ia rindukan keberadaanya. Tidak ingin menyianyiakan kebersamaan mereka lagi.

Seandainya mungkin, Nagisa ingin memiliki Satoru seutuhnya. Dengan egois, tidak bersedia membaginya dengan siapapun juga.

Dilarang copy fic ini

Cup Chocochip

Nagisa tertidur ditengah perjalanan pulang. Satoru langsung mengendongnya ala bride style ketika mereka sampai. Tori sempat heran dengan Nagisa yang digendong Satoru ke dalam kamar dengan kondisi kurus dan perut membuncit.

"Apakah Nagisa-sama sedang sakit Satoru-sama?" tanya Tori setelah Satoru menidurkan Nagisa di atas ranjangnya.

"Tidak, Dia hamil." Kata Satoru sambil menyelimuti Nagisanya.

"O hamil.....-"

......

"HAMIL?" teriak Tori, baru sadar perkataan Tuannya.

"Tori-san. Tolong ambilkan celengan ayam dalam mobilku dan bawa kemari." Tori hendak bertanya lebih lanjut, tapi sepertinya tuannya masih belum menghendaki. Maka ia pun langsung menuruti perinatah tanpa bertanya lagi.

Satoru membuka lemari kaca di samping tempat tidur. Memperhatikan satu lagi celengan berbentuk mobil sport yang pernah ia berikan pada Nagisa. Nagisa lupa tidak membawa pulang celengan tersebut. Tapi Satoru setidaknya tidak pernah lupa memberi makan celengan itu. Suatu saat nanti, Nagisa pasti akan kaget mengetahui nominal yang ada di dalamnya.

Satoru menerima celengan Ayam dari Tori beberapa saat kemudian. Dia langsung merobek tulisan Aborsi yang menempel, mengambil kertas stiker baru di laci, membubuhkan tulisan di atasnya, kemudian ditempelkan pada celengan ayam Nagisa.

Satoru mendekati Nagisa yang tengah tertidur nyenyak di atas ranjang. Menggenggam tangan Nagisa yang terlihat sangat kurus dan lebih putih daripada kulit normalnya. Kulit tan mencolok dan selalu kontras dengan kulit putih milik ras Hasegawa, kini hampir tidak dapat dibedakan lagi dengan miliknya. Mungkin juga karena Nagisa jarang keluar ruangan karena tidak bekerja lagi, ditambah dengan anemia ringan yang harus segera di atasi, kalau tidak ingin membahayakan janinnya.

Satoru duduk di pinggiran ranjang. Membelai keningnya, kemudian mendekatkan bibirnya ke wajah Nagisa, dan mencium keningnya dengan lembut (akhirnya). Perasaan tenang dan damai menyelimutinya. Menghilagkan segala prasaan cemas dan takut yang menghantuinya sejak beberapa minggu kemarin. Pengalamannya selama di Hawai dan segala hal yang terjadi di sana menyadarkan Satoru, betapa berarti Nagisa bagi dirinya. Yang ternyata perasaan tersebut berujung pada sebuah kenyataan yang menampar dirinya ketika kembali. Kenyataan bahwa dirinya kini adalah seorang calon ayah bagi anak yang Nagisa kandung.

"Aku akan mengtakan pada ibumu tentang diriku nanti. Tapi sekarang aku ingin kau bekerja sama denganku untuk menjaganya. Kau harus tumbuh dan sehat selalu. Untuk Ibumu, dan Ayahmu," Satoru mengusap perut Nagisa lembut, berdiri dari posisi untuk meninggalkan kamar. Membiarkan Nagisa tidur dalam damai bersama dua celengan yang terpajang dalam lemari kaca di samping tempat tidur. Celengan Ayam yang kini memiliki tulisan baru nan rapi milik Hasegawa Satoru. Ditulis berdasarkan doa dan harapan barunya, yang ia nyatakan dalam dua deretan kata:

'Untuk Persalinan' .

Bersambung........................

Hola.....

Ada yang pingin Up cepat sepertinya...

100 vote untuk Up cepat.... He3... kagak mungkin juga dapet vote sebanyak itu....

Long kiss good bye untuk sabtu depan...

O iya, nikmati saat-saat terakhir aku jadi Ruru Si Angel karena Ochi Si Preman bakalan balik lagi... Ha-ha-ha...

Apapun Dirimu (TAMAT)Where stories live. Discover now