ABORSI
Satu kata itu membuat Satoru segera menyadari apa yang sedang terjadi. Ia menatap sosok Nagisa yang berada tidak jauh darinya. Sejenak memperhatikan sosok pendek, wajah lelah sepucat mayat, mata yang menonjol dengan kantung mata dan lingkar hitam, dan yang paling tidak dapat di maafkan adalah tonjolan di perut yang sama sekali tidak berimbang dengan tubuh kurus itu. Satoru merasakan amarah yang besar pada dirinya sendiri. Bagaimana hal ini bisa terjadi pada Nagisa? Apa itu adalah hasil perbuatanya dulu. Ataukah ada orang lain selain Satoru?
Satoru segera bergerak menuju Nagisanya. Menghentikan apa yang sedang dilakukannya saat ini.
"Bisa kau jelaskan apa ini?" Satoru menunjukan celengan tersebut kepada Nagisa.
"Bukan urusanmu." Nagisa mengambil celengan tersebut dari Satoru dengan kasar.
"Nagisa, Kau hamil?" Satoru merasa hatinya tertekan atas berita yang baru saja ia terima. Yang lebih mengherankan adalah ekspresi Nagisa yang tidak peduli.
"Tidak akan lama. Ini akan segera berakhir." Nagisa hendak beranjak pergi, sebelum Satoru menghentikanya dengan sebuah cengkraman pada lengan.
"Nagisa?" Kata Satoru memohon untuk mendapat penjelasan.
"Kebetulan kau ada di sini. Bisa kau antar aku ke rumah sakit Tokyo?" Tanya Nagisa santai.
"Untuk apa kau ke sana?"
"Kau tidak mendengarku? Aku akan mengakhiri ini. Aku akan mengeluarkannya." Dalam nada tak berpersaan.
"Nagisa, kau akan menggugurkan janinmu?" Terkejut oleh tindakan sahabatnya. Nagisa yang ia kenal adalah seorang penyayang yang menghormati setiap kehidupan. Nagisa yang menengorbankan payungnya untuk memayungi anjing terlantar, dan memilih pulang basah kuyup. Ingin membunuh darah dagingnya sendiri.
"Ya, kau benar. Jadi, apa kau tidak mau mengantarku? Kalau begitu aku akan pergi sendiri saja." Nagisa hendak meninggalkan kamar sebelum lengan kanannya ditarik kembali.
"Baik, Baik aku akan mengantarmu." Kata Satoru cepat. Ia sudah kehilangan daya untuk berpisah dengan Nagisa. Mungkin ia akan mencoba membujuknya perlahan agar mengurungkan niatnya.
Satoru melihat Nagisa telah mengenakan swtter coklat gelap nyaman dan membawa celengan ayam bersamanya.
"Untuk apa kau membawa celengan itu?"
"Isi celengan ini yang akan mengelurkan benda dalam tubuhku segera. Walau masih belum cukup, itulah kenapa aku sangat berterimakasih atas kedatanganmu hari ini. Kau pasti menolongku kan, Satoru?"
Terkejut oleh tawaran Nagisa yang secara tidak langsung mengajak Satoru, untuk bersekongkol membunuh darah daging mereka.
"Na-Nagisa? Apa yang terjadi padamu. Kenapa kau sangat kejam pada anak kandungmu sendiri?" Satoru hampir ingin menampar Nagisa. Bukan dalam artian ingin menyakiti ataupun marah. Tapi hanya ingin menyadarkan sahabantnya agar kembali pada sosok lamanya. Bukan sosok pembunuh berdarah dingin seperti yang ia temui saat ini.
"Dunia ini kejam Nobi-chan. Jika kau ingin selamat, maka kau harus lebih kejam dari itu." Kata Nagisa lancar. Sudah tidak tersisa lagi belas kasih dalam hatinya untuk maluk yang berada di perutnya saat ini.
Kini Satoru sadar, cahaya itu sudah lenyap dari mata Nagisa. Mata yang selalu bersinar ketika berbicara padanya. Kini telah redup dan kosong tanpa nyawa.
"Nagisa."
Satoru bergerak maju untuk memeluk Nagisa dengan erat. Nagisa hanya berdiri tanpa membalas pelukan pria itu. Tidak ingin menyerah, Satoru mempererat pelukanya. Tapi yang Ia rasakan hanya seperti sedang memeluk benda mati, dimana tidak ada penolakan maupun respon dari penerimanya.
YOU ARE READING
Apapun Dirimu (TAMAT)
RomanceCACAT FISIK apa yang membuatmu DIBENCI oleh semua orang? . -Bagaimana dengan cacat klamin. Satu orang memiliki dua jenis klamin dalam satu tubuh. Karena cacatku ini, semua orang menganggapku menjijikan. Bahkan tidak berani membaca cerita ini. . Ter...
Apapun Dirimu 6
Start from the beginning
