Tertawa Bersama.

20 3 0
                                    

Aku tertidur pulas dan bangun pada sore hari. Aku langsung mandi dan berniat akan mengerjakan tugas kuliahku. Setelah selesai mandi, aku makan terlebih dahulu supaya otakku bisa cair kembali. Selesai makan, aku harus mengerjakan tugas kuliahku yang menumpuk di kamar. Aku sudah kenyang, tapi rasa pusing itu masih ada. Ada beberapa tugas dan soal yang aku tidak bisa mengerjakannya. Pintu kamarku setengah tebuka. Tiba-tiba saat aku sedang pusing mengerjakan soal. Aku mendengar suara bisikan dari belakang telinga kiriku, mengatakan "Sinau opo kowe?" (Belajar apa kamu?) Aku terkejut dan langsung beranjak dari kursi. "Weehhh!" suaraku begitu nyaring didengar. Kresna malah tertawa sekencang-kencangnya. Aku langsung memukulinya dan ikut tertawa. Terkadang bila dengan orang-orang tertentu dia masih bisa nyambung untuk diajak berbicara. Aku amat bersyukur, setidaknya aku masih diberi kesempatan oleh Tuhan untuk tertawa bersama dia. Kami bercanda tawa terlebih dahulu hingga akhirnya ia menanyakan tugasku. Aku memberikannya dengan sukarela. Lalu ia tertawa lagi, aku merasa bodoh. Aku hampir lupa akan kecerdasan Kresna. "Wah gampang iki, moso ngene wae rak iso?" (Wah gampang ini, masa hanya begini saja tidak bisa?) Ia meremehkan aku. Tapi aku memang tidak bisa, harus bagaimana lagi. Tiba-tiba ia menyambar bolpoin yang kupegang. Dengan cepat ia menulis dibukuku, sepertinya ia mengejakkan soal-soal matematika tersebut. Kupikir tadinya hanya berpura-pura. Tapi setelah beberapa menit berlalu aku melihat semua soalku sudah terjawab. Karena itu adalah soal matematika, aku tidak ingin memeriksanya lagi, biar dosenku saja. Paling juga salah semua, dalam hatiku tertawa mengakak.

UNDERESTIMATEDWhere stories live. Discover now