Dua Puluh Tiga

3.8K 272 2
                                    

Untuk Kim Afra.

Sabtu, 09 Mei 2015

Bismillaahirrohmaanirrohiim.

Assalamu'alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.

Surat ini ku tulis untuk Afra dengan kesadaran dan ikhlas hati. Maaf, mungkin aku tak bisa melanjutkan pernikahan kita. Bukannya aku tak berusaha memperjuangkanmu. Selama ini aku sudah berusaha dan berdoa kepada Allah untuk memilikimu. Namun aku sadar, aku memang tak pantas untuk mu.

Maafkan aku yang selalu mengusik hidup mu. Itu cara ku agar aku mendapat perhatianmu. Atau mungkin Allah tidak meridhoi kita untuk bersama.

Minggu ini aku akan melamarmu Afra. Tapi, aku tak bisa melanjutkan semua ini. Sekali lagi aku minta maaf. Aku hanya bisa berdoa agar kau mendapatkan pria yang lebih baik dari ku, yang pasti tidak hanya tampan seperti ku, tetapi bisa menjadi imam yang baik bagimu dan keluarga mu kelak.

Semoga kita selalu diberi rahmat dan hidayat dari Allah dimanapun kita berada.
Wassalam.

Akbar Sholeh

Setelah Akbar menulis surat itu, ia beranjak dari duduknya dan pergi menuruni tangga menuju bagasi. Ia masuki mobilnya dan mulai memanaskan mesin mobil.

Setelah menulis surat itu, napasnya terasa memburu. Pikirannya berkecambuk bagaikan terombang ambing tak tentu arah. Ia mulai menjalankan mobilnya perlahan, hingga ia menginjak gas dengan kuat. Mobilnya kini melaju kencang memecah jalan raya yang begitu sunyi.

Angin dingin malam ini tak terasa, padahal kaca mobil tak di tutupnya.

"Ya Allah, apa yang ku lakukan?" ucap nya pelan yang masih membawa mobil itu melaju kencang entah kemana.

Assalamualaikum bidadari cantik, lagi kerja ya? Yah, walaupun aku nggak tau kamu kapan berangkatnya, tapi aku cuma mau bilang semangat buat kamu My Bidadari  Sweety. Semoga Allah melancarkan segala urusan kamu. Wassalam.😃

"Selamat ulang tahun ya Ra, semoga segala urusan kamu di lancarin sama Allah Swt"

"Iya"

"Bagaimana kalau kita jalan-jalan?"

"Nggak, aku capek, lembur, mau istirahat aja"

"Saat makan siang, kita bisa bicara? Perkenalkan, aku Akbar Sholeh."

"Bisa, dimana?"

"Apa benar kamu itu teman kecil Afra?"

"Ya benar."

"aku hanya ingin menanyakan tentang Afra. Begini, aku akan meengajaknya ta'aruf. Mungkin ini terdengar begitu cepat, tapi ku rasa ini yang terbaik..."

"...apa kamu mengetahui yang Afra sukai dan yang tidak di sukainya?"

"Apa kamu tak menanyakan ini ke kedua hyung, maksudku kedua saudara kembarnya?"

"Sudah, tapi aku ingin mengetahui dari mu. Mungkin ada yang lain?"

"Aku tahu, aku adalah teman masa kecil Afra, namun baru waktu dekat ini kami berkomunikasi setelah 12 tahun berpisah dan 6 tahun tak memberi kabar. Yang ku tahu Afra sangat suka warna cerah, seperti biru dan hijau. Jika dia tidak menyukai seseorang, dia tidak akan memperdulikan seseorang itu dan berusaha untuk menjauhi seseorang itu secara perlahan maupun terkadang tak di sadari orang itu. Tapi, kalau dia menyukai seseorang itu, ia akan berteman baik dengan orang itu. Namun, tak selamanya orang yang tak disukainya ia perlakukan seperti itu. Terkadang ia mencoba untuk menerima. Aku hanya tahu itu."

"Terima kasih atas infonya, semoga ini jadi awal buatku dan Afra."

"Semoga kalian bahagia."

"Assalamu'alaikum Ra, maaf, kalian tidak apa-apa?"

"Wa'alaikumsalam, kami tidak apa-apa, ada apa?"

"Ada yang ingin ku bicarakan, bisa?"

"Maaf, aku sedang sibuk. Assalamu'alaikum, eonni, kajja"

"Assalamu'alaikum Ra, bisa bicara?"

"Wa'alaikumsalam, ada apa? Aku tak punya banyak waktu, aku harus pergi."

"kita bicara saat makan siang saja. Tenang, kita tak akan makan berdua, aku akan mengajak temanku."

"Baiklah, assalamu'alaikum."

"Kamu nggak permisi sama kak Risni juga? Masih nggak peka sama kak Risni?"

Seharusnya aku yang bertanya seperti itu sama kamu Ra. Masih nggak peka sama aku?

"Apa harus?"

"Ya, menurut kamu?"

Akbar membanting stirnya ke kanan. Pikirannya semakin penuh dengan kejadian masa lalunya yang pahit ketika mencoba mendekati Afra.

Mobilnya kini kian kencang dan membelok ke kanan, tapi Akbar tak tahu jika dia berjalan dari arah yang berlawanan dan tak sadar sebuah kendaraan kian mendekat dan menyilaukan matanya.
***

"Astaghfirullah." ucap Afra pelan setelah membaca surat dari Akbar. Ia terduduk lemas dan memeluk papa.

Tangisnya pecah setelahnya, ia sangat meresakan sakit itu. Sakit sekali, kenapa ia harus merasakan ini? Kenapa?

Ia masih menangis di pelukan papanya. Bang Ji Suk mengelus punggung Afra lembut.

"Sekali lagi, kami mewakili Akbar meminta maaf sebesar-besarnya." ucap Ali--ayah Akbar.

Afra melepaskan pelukannya dari papanya. Ia tersenyum, mengikhlaskan semua yang terjadi.

"Iya bu, saya memaafkan Akbar sekeluarga. Semoga Akbar bisa cepat sembuh. Semoga Ibu dan Bapak beserta keluarga diberi kesabaran dalam menghadapi cobaan ini." ucap Afra.

"Terima kasih ya Ra, kamu mau memaafkan Akbar. Kami permisi ya." ucap Bu Linda.

"Iya bu."
***

Assalamu'alaikum guys, nih gue update Minah, haha, temen gua yang maksa gua buat lanjut, dan semoga bagian ini kalian suka. Vomentnya jangan lupa yaaa...
Wassalam.

Jangan lupa tinggalkan jejak :-)

Muslimah In SeoulWhere stories live. Discover now