Part 28

3.5K 142 2
                                    

"Thalia, Dika, bangun. Udah pagi loh, kalian nggak sekolah?"

Thalia mengerang pelan. Sedangkan Dika tidak bergerak sama sekali.

"Thalia, Dika, bangun," suruh Santi lagi.

"Lima menit lagi, Bu," balas Thalia.

Sementara Dika masih dalam posisinya. Ia malah semakin mengeratkan pelukannya.

"Ya ampun, bangun. Kalian betah banget 'sih tidur sambil pelukan gitu?"

Mendengar itu, seketika Thalia juga Dika membuka matanya. Lalu, mereka saling berpandangan dan melihat bagaaimana posisi mereka saat ini.

"Aaaaa!"

"Eh, Kak, lo ngapain meluk-meluk gue? Ambil kesempatan banget 'sih," omel Thalia. Ia langsung berdiri dan menutupi tubuhnya dengam selimut yang tadi membungkusnya saat ia tidur.

"Enak aja, lo kali yang ambil kesempatan," balas Dika tak mau kalah. Ia merapikan bajunya.

"Apaan? Nggak ya, gue itu anak baik-baik, jadi nggak mungkin gue kayak gitu."

"Eh, lo inget nggak? Semalem, lo sendiri yang minta gue peluk. Ya gue nggak bisa nolak lah."

"Masa 'sih?" gumam Thalia sambil mencoba mengingat kembali kejadian semalam sebelum akhirnya ia tertidur di pelukan Dika.

"Gimana? Inget 'kan sekarang?" tanya Dika sambil menaikkan sebelah alisnya.

"Eh." Thalia tersenyum dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Iya, gue inget. Hehehe..."

"Nah, berarti bukan gue dong yang salah."

"Enak aja, Kakak juga salah. Kenapa Kakak nggak lepasin pelukannya? Malah ikutan tidur lagi."

"Namanya juga ngantuk. Gimana 'sih."

"Tapi 'kan-"

"Ini udah jam setengah tujuh loh, kalian nggak sekolah?" potong Santi yang sedari tadi hanya geleng-geleng kepala melihat dua anak manusia di depannya yang sedang berdebat.

"Hah?! Jam setengah tujuh?!" seru Thalia. Ia memutar kepalanya untuk melihat jam. Dan benar saja, sekarang sudah jam setengah tujuh!

"Oh astaga! Udah jam setengah tujuh, Bu! Kenapa Ibu nggak- Aduh!"

Thalia terjatuh saat ia akan berlari menuju kamarnya.

"Huuuaaa!"

"Ya ampun Thalia, kaki kamu masih sakit juga udah mencak-mencak aja," ucap Santi panik sambil menghampiri Thalia. "Dika, tolong kamu gendong dia ke kamarnya, ya."

"Eh, iya, Tante." Dika langsung loncat dari sofa dan jongkok di depan Thalia. "Buruan naik."

"Iya-iya, sabar," sahut Thalia jengkel. Lalu, ia pun naik ke atas punggung Dika dan mengalungkan kedua tangannya di leher Dika. "Hati-hati loh, awas aja nanti lo jatuhin gue."

"Mungkin gue bakal lempar lo dari jendela kamar lo nanti."

"Kak!" Thalia memukul lengan Dika pelan dan cowok itu malah tertawa.

"Mana kamar lo?" tanya Dika.

"Itu. Yang pintunya ada nama gue," jawab Thalia sambil menunjuk kamarnya yang pintunya tertulis namanya.

Dika mengangguk dan berjalan menuju kamar itu. Lalu, dia membuka pintunya dengan susah payah.

"Pintu lo terbuat dari apa 'sih?! Susah banget bukanya."

Thalia menghela napasnya dan meraih gagang pintunya untuk membukanya. "Minggirin tangan lo! Cowok 'kok nggak punya kekuatan gitu 'sih!" dengusnya.

Dalam sekali percobaan, Thalia sudah membukanya dengan mulus tanpa ada masalah sedikit pun. "See?"

My Boyfriend is My Brother✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang