Enam

541 56 5
                                    

Pria itu berdiri di sana dengan angkuh. Bersandar pada dinding dengan senyum mengejeknya ketika melihat Alif berjalan di depannya. Salah satu yang Alif sesali ketika diterima menjadi mahasiswa di kampusnya sekarang adalah terlalu banyak seniornya sewaktu SMA yang juga melanjutkan kuliah di universitas negeri ini. Sebagian besar seniornya yang berjenis kelamin lelaki, punya masa lalu yang tidak menyenangkan dengannya. Alif sudah mengembuskan napas lega ketika mereka lulus SMA, tapi kenapa harus dipertemukan kembali ketika kuliah?

Takdir mengajaknya bercanda. Tapi Alif tidak mau tertawa bersamanya.

Alif muak melihat muka mereka.

Seperti tidak ada tempat lainnya saja. Mereka itu hebat bisa masuk universitas ini karena memang pintar, beruntung atau duitnya banyak?

Alif yakin yang terakhirlah jawabannya. Karena Alif tahu pasti kapasitas otak senior-seniornya ini.

Alif tersenyum kecut melihat dia tiba-tiba melempar rokoknya ke bawah lalu menginjaknya. Pria bernama Darius itu, dengan tubuh besar dengan komposisi lemak lebih banyak dari otot, menghadang jalan Alif. Raut mukanya jelas ingin mencari masalah. Alif tidak takut padanya, sudah dibilang kan? Alif muak lihat mukanya, apalagi dengan jarak sedekat ini. Tiba-tiba perut Alif bergejolak ingin mengeluarkan nasi goreng yang dimakannya pagi tadi.

"Wuah, lihat siapa di depan gue ini. Alif si adik kelas," katanya dengan senyum miring menghias di bibirnya. Senyum merendahkan. Darius dan satu temannya menatap Alif garang.

Alif diam. Kedua matanya membalas dengan tidak kalah garang, tidak ada rasa takut sedikit pun. Sebenarnya dia sedang malas berurusan dengan orang ini.

Melihat Alif yang diam saja, Darius makin berang. "Muka lo samas sekali gak enak dipandang. Kelakuan masih sama aja ya, gak ada sopan santun dan hormat sama gue." Darius mendorong bahu Alif dengan kasar.

Alif berdecak. Emosinya sedikit terpancing.

Lihat, siapa yang membicarakan soal sopan santun di sini? Darius? Pria dengan anting-anting di telinga kirinya ini? Apa dia sudah lupa apa yang dulu dia perbuat hingga membuat pacarnya pergi dan kemudian memilih untuk bersama Alif? Darius sudah bertindak kasar dengan perempuan itu. Alif pernah melihat Darius menampar pipi pacarnya. Lalu saat itu Alif menemani pacar Darius yang tengah menangis sendirian. Sementara Darius pergi entah kemana sambil mengumpat sepanjang jalan.

Sopan santun macam apa yang Darius dengungkan?

Rasanya Alif ingin meludahi muka Darius jika mengingat saat dia menampar perempuannya dulu. Dan sekarang malah minta untuk dihormati? Cuih, sampai mati pun Alif tidak akan respect pada Darius.

Laki-laki tidak berkata kasar pada perempuan.

Laki-laki juga tidak akan main tangan dan memukuli perempuan.

Kalau ada laki-laki macam itu, artinya dia banci.

Lelaki mirip banci itu tidak pantas mendapatkan hormat dari Alif.

"Minggir lo." Alif mendorong bahu Darius dengan sekali sentak. Darius terdorong ke belakang sehingga Alif bisa berjalan pergi. Lihat sendiri kan seberapa lembeknya Darius? Badannya memang lebih besar dari badan Alif, tapi isinya lemak dan udara. Gampang dikempesin. Pria itu hanya berani mengancam dan menakut-nakuti lewat mulut saja.

Sempat Alif mendengar umpatan yang keluar dari mulut Darius. Bagi Alif, satu-satunya otot yang berfungsi dari Darius itu ya otot bibirnya.

Alif tidak peduli kalau Darius menerjangnya saat ini juga karena tersinggung. Dengan senang hati Alif akan ladenin, karena Alif yakin tidak akan kalah melawannya. Tapi nyatanya dia tidak menyerang. Si pengecut itu mungkin ketakutan. Darius sama sekali tidak menahan langkah Alif yang melewatinya.

Terserah.

Alif membencinya.

Lebih tepatnya Alif membenci semua pria yang menyakiti perempuan, bertindak kasar dan bahkan memukul mereka. Kodratnya seorang perempuan dilahirkan untuk dilindungi laki-laki, untuk disayangi oleh laki-laki. Bukan untuk diinjak-injak, diperlakukan kasar dan disakiti hatinya. Mereka berhati lembut dan terlalu berharga hanya untuk disia-siakan pria tidak berguna.

Lantas apa salah Alif kalau dia muncul dan menawarkan kasih sayang bagi perempuan yang sudah mereka sia-siakan dan sakiti hatinya. Apa Alif juga bersalah kalau pacar-pacar yang mereka campakkan itu akhirnya mengejar Alif. Itu kan salah mereka sendiri, para pria kasar-kasar itu.

Sialan. Suasana hati Alif memburuk hanya karena bertemu dengan Darius. Di tengah kekalutannya saat ini, dia membutuhkan rokok. Tapi sayangnya dia tidak punya karena dia sedang berusaha mengurangi ketergantungannya pada rokok. Dia pun mencari-cari Sam. Temannya itu pasti punya persediaan rokok dalam tasnya.

Alif berjalan menuju kantin dan mendapati Sam dan Ihsan duduk di salah satu kursi. Mereka berdua tengah bersiul-siul menggoda-goda setiap ada perempuan yang lewat. Emosi di dada Alif menguap seketika.

Ada dua pria yang tengah duduk di salah satu kursi kantin dengan senyum lebar yang di mata Alif tampak menjijikkan. Satu di antaranya berkepala botak sementara satu lainnya berambut cepak.

"Cewek, aduh roknya kembang-kembang bikin hati Abang ikut berbunga-bunga."

"Mbak cantik."

Sapaan-sapaan sampah dari mulut keduanya benar-benar membuat telinga Alif geli dan jijik mendengarnya. Serta merta Alif mengeplak kepala Ihsan. Si pria berambut cepak. Dia ini akhir-akhir ini selalu ada bersama Sam. Mereka berdua sudah seperti pasangan yang tidak terpisahkan. Kata Sam karena Alif sudah berubah. Jadi tidak asik dan tidak setia lagi semenjak kena pelet mbak-mbak, jadinya dia mencari kolega baru.

Setelah penantian yang tidak terlalu lama, muncullah Ihsan yang dengan mudahnya mengerti Sam luar dalam. Perkenalan mereka seperti adegan FTV yang disiarkan salah satu stasiun televisi Indonesia. Ihsan ini satu jurusan dengan Alif dan Sam namun mereka sama sekali tidak akrab. Lingkungan pergaulan mereka berbeda. Suatu hari, Ihsan tidak sengaja menabrak motor Sam ketika keluar dari kampus. Sam meminta tanggung jawab karena spionnya patah. Ihsan pun menemani Sam membeli spion. Dari kecelakaan itulah mereka makin lama makin dekat dan sering bertukar pesan karena ternyata obrolan mereka nyambung. Sam seperti menemukan potongan hatinya yang hilang. Dampaknya, Sam tertular mulut receh Ihsan yang suka menggoda makhluk berjenis kelamin perempuan yang memakai rok.

Alif jadi curiga, kalau kambing dipakaikan rok, Ihsan sudah pasti menggodanya habis-habisan. Walau begitu Alif mengacungkan jempol pada Ihsan karena berhasil mengubah sikap Sam yang mulanya tidak peduli pada perempuan.

"Apa sih, dateng-dateng menganiaya," kata Ihsan dengan nada dimanja-manja. Bahkan tangannya mengepal dan memukul-mukul bahu Alif. Alif makin geli mendengarnya.

"Lama-lama gue jijik sama lo, San." Alif duduk dan menyeruput minuman di depan Ihsan. Dia terkekeh geli.

"Itu minuman Ihsan, Lif." Ihsan makin merajalela menggoda Alif. Kalau urusan membuat Alif muntah, Ihsan memang jagonya.

"Kenapa? Gak rela gue minum? Sini gue balikin." Alif sudah bersiap-siap meludahi minuman Ihsan.

"Lif!" Ihsan langsung merampas gelas minumnya.

Alif terkekeh. Lalu ketika Alif mendongak hendak memanggil ibu kantin untuk memesan makanan, dia menyempatkan untuk melirik ke arah perpustakaan. Memperhatikan gedung itu dan dalam hati sekali lagi mengucapkan harapan yang sama.

Semoga Indira hari ini datang.

Tanpa diduga, doanya begitu cepat terkabul. Alif pun mempercayai bahwa mukjizat itu nyata. Alif membelalakkan mata mendapati perempuan itu sedang berjalan dengan anggun dan menghilang di balik pintu perpustakaan. Rok yang dipakainya berkibar-kibar seirama dengan langkah kakinya.

Alif menelan ludah dengan susah payah. Barusan dia merasakan jantungnya sempat berhenti berdetak. Alif bergerak seperti anak panah yang baru saja dilepas dari busurnya. Dengan tergesa-gesa Alif meninggalkan kedua temannya yang berteriak memanggil-manggil.

"Ke mana lo?"

Teriakan Sam tidakdia pedulikan. Inilah saatnya Alif harus membuat pergerakan. Dia tidak mau menunda-nunda waktu lagi dan akhirnya menyesal kemudian. Ketika ada kesempatan,pergunakan sebaik-baiknya. Sebelum waktunya lewat. Seperti kata Sam, Alif harus berani mengajaknya berkenalan, kalau tidak mau disebut kambing lagi olehnya.

***

Coffee with Sugar (Alif)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang