Empat

822 73 12
                                    

Weekend telah tiba.. weekend telah tiba. Hore hore hore!

Happy reading, gaess :*

-nanoniken-


Ada sesuatu yang menikam-nikam kedua mata Alif yang terpejam. Kemudian bergerak ke seluruh wajah pria itu. Kedua kelopak matanya berkedut-kedut karena terganggu. Dia membuka matanya perlahan lalu mengerjab berulang kali karena tetes-tetes air yang menghujani kedua bola mata. Telapak tangannya dia gunakan untuk melindungi matanya dari air yang terus turun. Air ini bukan dari hujan yang turun dari langit. Sam dengan sengaja meneteskan air dari botol minuman yang dituangkan ke telapak tangan lalu dicipratkan ke muka Alif.

"Bangke! Minggir lo!" Alif menendang kaki Sam yang berdiri di sampingnya.

Baru sehari mengikuti masa orientasi kampus, Alif sudah mulai menyesali keputusannya untuk masuk di universitas yang sama dengan Sam. Hidupnya beberapa tahun ke depan tidak akan pernah tenang. Sam ini tipe-tipe teman yang akan bahagia jika temannya yang lain menderita. Dia tidak suka orang lain hidup dengan tenang. Walaupun Alif juga tidak jauh berbeda.

"Mata gue sepet liat lo tidur di atas rumput kayak putri tidur yang nunggu dicium biar bangun," ujar Sam. Dia duduk di samping Alif yang masih merebahkan punggungnya di atas rumput.

Alif melipat tangannya lalu menaruh lengannya di bawah kepala sebagai ganti bantal. "Padahal lagi bagus mimpi gue. Bentar lagi gue dicium itu putri tidur. Lo ganggu aja."

"Anjrit! Lo tadi mimpi apaan?"

"Ketemu putri tidur!" sahut Alif. "Pake bikini."

Tidak mungkin Alif bercerita kalau dia baru saja memimpikan tawuran mereka semasa SMA dan pertemuannya dengan Indira. Bisa-bisa Sam mengatainya melankolis.

"Bangke!" Sam meniru umpatan Alif. Kemudian dia mengguyur celana Alif dengan air di botol mineral, tepat pada resleting-nya. "Pantes itu basah! Bisa-bisanya lo mimpi mesum di taman kampus, Lif!"

Sam menggelengkan kepalanya sambil berdecak.

"Wah, Sam! Lo ...." Alif kehilangan kata-kata. Dia sudah tidak punya ide hewan apa yang dia gunakan untuk mengumpat pada Sam. Seketika Alif berdiri dari rebahannya. Dia melihat celananya yang kini basah. Benar-benar basah hingga ke dalam. Siapa pun yang melihat pasti mengira Alif baru saja mengompol di celana.

Alif kelabakan mengeringkan celananya. Dia mengibas-ngibaskan tangannya ke depan bagian yang basah. Sementara Sam tertawa dengan puas di sampingnya.

"Kampret lo, Sam."

Tidak mungkin Alif pulang dengan keadaan celana basah pada satu tempat yang berpotensi menimbulkan prasangka buruk orang-orang di sekitarnya. Mau tidak mau dia harus menunggu hingga matahari dan angin bekerja sama mengeringkan celananya.

Sam melemparinya dengan buku tulis. "Nih! Kipasin pake ini."

Alif memberi pandangan membunuh untuk Sam.

Sam mengangkat kedua alisnya, memandang Alif tanpa dosa. "Kenapa? Mau gue yang kipasin? Ya udah, sini tiduran lagi."

Baru saja Sam mengulurkan tangan untuk mengambil buku tulis di depannya, Alif sudah meraihnya duluan. Kalau bagian mempermalukan Alif, Sam memang tidak pernah tanggung-tanggung. Gila saja kalau temannya benar-benar melakukan apa yang barusan dia katakan. Hancur sudah image-nya. Ucapkan selamat tinggal untuk tebar pesona pada kakak-kakak senior yang cantik.

Alif masih normal. Seratus persen dia yakini itu. Ketika Alif mendongakkan kepala di tengah kesibukannya mengipasi celana dengan buku, dia bertemu muka dengan seorang perempuan yang baru saja keluar dari perpustakaan. Dia baru saja menyebut putri tidur, 'kan? Sekarang putri tidur itu sedang berjalan menuju ke arahnya. Tapi yang ini tidak mengenakan bikini.

Coffee with Sugar (Alif)Where stories live. Discover now