20

589 123 45
                                    

Eunha POV

Aku dan Wonwoo berjalan kembali menuju tempat teman-tema berada, dengan setenteng minuman hangat--dibawa olehku sendiri.

"Um, Eunha. Aku ingin minta maaf soal sebelumnya," kata Wonwoo. "Yang aku tidak datang saat malam Natal."

"Tidak apa-apa. Jangan khawatir," ucapku dengan santai.

"Padahal, aku sangat menantikan hal itu," balas Wonwoo setelah menghela napas.

"Tahun depan! Ayo kita pergi bersama-sama lagi tahun depan," usulku

Wonwoo terkekeh. "Selama nenekku tidak sakit."

Aku menatap Wonwoo, sedikit gugup dengan topik awal yang dikatakan Wonwoo.

Berjanjilah padaku, Wonwoo.

"Apakah nenekmu sudah lebih baik sekarang?"

"Ya. Awalnya, halmeoni hanya masuk angin, tapi malah tambah parah di malam Natal. Ketika dibawa ke rumah sakit, dokter mengatakan halmeoni mengidap pneumonia," jelas Wonwoo.

Aku manggut-manggut pelan. "Jadi begitu."

Wonwoo menunduk. Wajahnya tampak murung. "Kalau sesuatu terjadi pada halmeoni, maka aku akan sendiri."

Di suratku mengatakan, bahwa diriku di masa depan bertemu dengan neneknya Wonwoo. Jadi, itu tandanya, neneknya akan terus hidup hingga 10 tahun ke depan.

"N-nenekmu pasti akan baik-baik saja." Kataku.

Aku sedikit terheran ketika Wonwoo yang berjalan duluan berhenti melangkah tiba-tiba.

"Aku juga berpikiran seperti itu, saat ibuku masih ada."

Wonwoo menoleh padaku, dan tatapannya yang gelap dan suram membuatku tersentak.

"Maaf, aku malah membuat suasananya menjadi suram," ucap Wonwoo, dan memberikan senyumnya padaku. Senyum itu. Senyum yang terlihat dipaksakan.

"Dulu, aku juga berpikir seperti itu ketika eomma masih ada. Tapi, tidak kusangka beliau akan meninggal." Wonwoo terkekeh. "Andai aku bisa meluangkan lebih banyak waktu di sampingnya."

Aku menggigit bibir bawahku. Menunggu kalimat apa yang akan dikatakan Wonwoi setelah ini.

"Ah, Eunha. Aku boleh pulang duluan tidak?"

"E-eh?"

Lagi, Wonwoo memberikan senyumnya yang itu.

"Aku khawatir pada halmeoni, jadi aku ingin menemaninya," jelas Wonwoo.

Aku berpikir. Saat ini, aku terlalu takut untuk meninggalkan Wonwoo sendirian. Aku mencengkram ujung mantelku.

"Tinggallah disini sedikit lebih lama. Aku yakin, nenekmu akan baik-baik saja. Dia tidak akan pergi kemana pun," bujukku pelan dan hati-hati, berusaha meyakinkan Wonwoo.

Aku bisa mendengar jelas suara Wonwoo yang mendengus.

Apakah... aku salah bicara?

"Bagaimana kau bisa tahu?" Tanya Wonwoo, memberikanku tatapan dingin dan datar miliknya.

Seketika, semua kalimat yang ingin kulontarkan tercekat begitu saja. "A-aku..."

"Pada saat aku pertama masuk juga begini." Wonwoo mendengus lagi. "Apanya baik-baik saja. Padahal kau tidak tahu apa-apa! Apa kau seenaknya saja mengatakan kalau semuanya akan baik-baik saja?!"

"Tidak," jawabku, takut.

Wonwoo menunduk, mengusap dahinya dengan frustasi. "Aku tidak tahu seberapa menderitanya eomma. Padahal beliau sangat menderita sehingga beliau memilih untuk mati. Dan aku hanya berpikir bahwa beliau akan baik-baik saja!"

reset | wonwoo, eunha✔Where stories live. Discover now