ㅡ🌙8

6.5K 378 42
                                    



Maaf ya lama ngepost, saya gatau wattpad saya tiba tiba ga bisa dibukaa trus salah password udh diulangi trs dan akhirnya bisa

Happy reading ya!
Hari pertamanya dalam kebebasan dan Yoona luar biasa menikmatinya. Rumah mungil yang dikontraknya masih tertata rapi seolah-olah tidak pernah ditinggalkan sebelumnya. Mungkinkah Sehun mengirimkan orang-orangnya untuk membersihkan rumah ini? Yoona menggelengkan kepalanya dan mencoba menghapus bayangan Sehun dari pikirannya. Dia harus melupakan lelaki itu dan melangkah maju.
Pagi itu yang dilakukan oleh Yoona pertama kali adalah memeriksa kulkasnya dan mengerutkan kening ketika menemukan kulkasnya penuh bahan makanan. Ini pasti pekerjaan lelaki itu, gumam Yoona, menolak menyebut nama Sehun demi usahanya melupakannya. Tetapi Yoona tidak mau membiarkan gangguan ini merusak hari pertama kebebasannya.
Diambilnya sayuran, daging sapi, dan telur. Lalu dia membuat tumis daging dengan sayuran dan telur yang berbau harum, setelah menuang masakan harum itu dari wajan, Yoona menuang teh hangat yang sudah diseduhnya tadi pagi ke cangkir berwarna putih, dan meletakkan semuanya di meja. Sambil menyantap makanannya Yoona menyalakan komputernya. Hal pertama yang harus dilakukannya adalah mencari pekerjaan, karena Yoona harus bertahan hidup. Seperti semula.
Seingat Yoona, dirinya masih punya tabungan di rekeningnya, tidak banyak memang hanya cukup untuk bertahan hidup selama satu sampai dengan dua bulan setelah dikurangi pembayaran kontrak rumah kecil ini secara bulanan. Setelah itu Yoona harus bekerja untuk menghidupi dirinya sendiri sekaligus membayar tempat tinggalnya, kalau Yoona tidak bisa melakukannya, dia akan menjadi gelandangan.
Jadi, waktunya untuk mencari pekerjaan sangatlah sempit.
Oh ya, hal kedua yang harus dilakukannya adalah mengambil uang tabungannya, mungkin nanti siang dia akan ke bank. Yoona menghirup tehnya yang terasa harum dan meneguknya dengan tegukan panas yang nikmat. Lalu mulai menyantap sarapannya sambil membuka situs pencari pekerjaan di komputernya.
Lowongan kerja... lowongan kerja yang cepat dan sesuai kualifikasinya... mata Yoona bergerak cepat dan mencatat beberapa perkerjaan yang sesuai. Dia mengirimkan email surat lamaran ke beberapa perusahaan tersebut sambil menghabiskan sarapannya.
Ketika Yoona selesai melakukan kegiatannya, waktu sudah hampir jam dua belas siang. Yoona teringat bahwa dia harus ke Bank, dengan bergegas Yoona mengambil tas kecilnya dan hendak keluar rumah ketika ada yang mengetuk pintunya.
Seketika Yoona waspada. Dia tidak pernah punya teman sebelumnya. Jadi, itu tidaklah mungkin teman yang bertamu. Lagipula, dalam penyamarannya waktu itu karena berencana membalas dendam kepada Sehun, tidak banyak yang tahu kalau Yoona tinggal di rumah mungil ini.
Apakah itu musuh Sehun yang ingin mencelakainya? Yoona bergidik ngeri. Kemudian menggelengkan kepalanya, berusaha menenangkan diri. Tidak, musuh Sehun pasti sudah mengurus masalah itu sebelum memutuskan melepaskan Yoona. Jadi, siapa yang sedang mengetuk pintunya saat ini?
Dengan hati-hati Yoona mengintip melalui jendela sebelah dan menemukan seorang lelaki dengan setelan jas mahal dan resmi berdiri di depan pintunya. Dari penampilannya, tampaknya lelaki itu lelaki baik-baik. Tetapi penampilan bisa menipu bukan? Yoona masih tidak bisa percaya bahwa Dokter Kai yang begitu baik dan selalu tersenyum itu ternyata adalah psikopat berjiwa kejam.
Yoona meraih pisau dapur dan membuka pintu dengan hatihati, membiarkan rantai tetap menahan pintu itu, "Siapa?," Yoona menatap pria tampan dalam balutan jas rapi itu sambil mengerutkan keningnya.
"Selamat siang, Anda Nona Yoona? Saya Mark, pengacara yang dikirim kemari"
Pengacara?, "Pengacara untuk apa? Saya tidak berkaitan dengan masalah hukum apapun," Yoona masih mengintip dari pintu, belum mau membukanya, menatap Mark dengan curiga.
"Saya dikirim untuk menyerahkan dokumen-dokumen kepada Anda," Mark tampak berdehem memikirkan sesuatu, "Anda mungkin tidak mengenal saya, tapi saya teman Jongin dan Yuri"
Yoona tertarik, "Apakah Yuri yang mengirimmu kemari"
"Sayangnya bukan, meski Yuri menitip salam dan berharap kalian bisa bertemu di lain kesempatan," Mark mengangkat bahu, "Saya dikirim oleh Sehun"
Yoona mengernyitkan kening, setelah berpikir sejenak, dia berpendapat bahwa lelaki yang mengaku pengacara ini tampak meyakinkan. Dia meletakkan pisaunya dan masih dengan waspada dia membuka pintunya.
"Boleh saya masuk, Anda boleh tenang, saya bukan orang jahat," Mark tersenyum dengan gaya profesional. Yoona mempersilahkannya masuk, dan dia duduk menatap lelaki itu mengeluarkan berkas-berkas yang tampak penting dari tas kerjanya.
"Ini adalah surat kepemilikan rumah ini, Sehun telah membelinya atas nama Anda. Dan ini nomor rekening yang dibukakan Sehun atas nama Anda, seluruh kelengkapannya ada di dalam amplop, Anda tinggal menggunakannya,"
Mark meletakkan berkas-berkas itu dalam map terbuka di meja lalu tersenyum lagi, 'Saya hanya diperintahkan menyerahkan berkas-berkas ini kepada Anda, kalau semua sudah lengkap, saya akan berpamitan," Lelaki itu beranjak dari duduknya meninggalkan Yoona yang masih menatap kertas-kertas di meja itu dengan kaget.
Surat rumah? Rekening tabungan? Matanya melirik sekilas pada surat-surat itu. Semua atas namanya!
"Tunggu dulu! Saya tidak tahu sebelumnya tentang surat-surat ini! Saya tidak bisa menerimanya!'
'Nona," Mark menyela sudah siap pergi dari rumah itu, "Saya hanya menyampaikan apa yang ditugaskan kepada saya, kalau Anda ada pertanyaan, mungkin Anda bisa menghubungi langsung Sehun"
Dan Mark pun pergi meninggalkan Yoona yang masih tercenung dan bingung menatap berkas-berkas di depannya.
***
"Saya ingin bertemu tuan oh Sehun." Yoona bergumam gugup kepada resepsionist di lobby kantor yang mewah itu. Kemewahan lobby itu begitu mengintimidasi dan Yoona merasakan semua mata memandangnya, seolah dia orang aneh yang salah tempat. Tangannya memeluk amplop berkas yang diberikan Mark kepadanya tadi siang dan berusaha menantang tatapan mata tajam dari resepsionist yang menatapnya curiga.
"Oh Sehun kata Anda? Anda yakin? Kalau Anda ingin melamar pekerjaan, mungkin bisa Anda titipkan di sini..."
"Saya tidak ingin melamar pekerjaan," Yoona mulai merasa jengkel menerima tatapan meremehkan dari resepsionist itu, "Tolong atur pertemuan saya dengan Oh Sehun"
"Nona, saya tidak bermaksud menyinggung Anda, tetapi Tuan Oh Sehun tidak mungkin bisa ditemui semudah itu, Anda harus membuat janji pertemuan yang rumit dengan sekretarisnya dulu..."
"Biarkan dia masuk, dia datang bersamaku. Saya ada janji temu dengan Sehun jam dua," sebuah suara yang dalam di sebelah Yoona mengagetkannya.
Yoona menoleh dan menyipitkan matanya. Sedikit silau akan ketampanan lelaki yang berdiri di sebelahnya. Well satu lagi lelaki dengan anugerah kesempurnaan fisik yang luar biasa. Batin Yoona sambil menatap Jongin yang memakai jas warna hitam dan tersenyum samar di sebelahnya.
Tapi untunglah yang satu ini lelaki baik dan menyayangi isterinya. Mau tak mau Yoona mengingat kemesraan Jongin dan Yuri di pesta malam itu, dan merasa kagum melihat besarnya cinta yang terpancar dari Jongin dan Yuri ketika mereka bertatapan.
Resepsionist itu menatap Jongin dan sudah pasti mengenalinya, "Oh, Tuan Jongin Kim, selamat datang," sikapnya berubah ramah dan Yoona mencibir atas perbedaan perlakuan yang diterimanya, apalagi resepsionist itu menatap Jongin dengan tatapan memuja, "Mohon maaf, tadi siang kami sudah mengirimkan pesan kepada sekretaris Anda bahwa pertemuan hari ini dibatalkan, Tuan Sehun mendadak harus ke luar negeri".
Jongin dan Yoona sama-sama mengerutkan keningnya. Sehun ke luar negeri? "Aku tidak menerima pesan itu," gumam Jongin tajam, membuat resepsionist itu menunduk gugup hingga Yoona merasa kasihan. Tetapi kemudian Jongin mengangkat bahunya, "Baiklah kalau begitu, aku akan kembali ke kantor dan mengganti waktuku yang tersia-siakan untuk kemari,"
Jongin menoleh kepada Yoona, "Kalau waktuku tersia-siakan aku akan terlambat pulang ke rumah".
Yoona mau tak mau menahan senyum. Jongin tampak lebih kesal karena terpaksa terlambat pulang daripada karena batal bertemu Sehun.
"Aku akan kembali ke kantor, oh ya, Yuri menitip salam kepadamu," dengan senyumnya yang mempesona, Jongin mengedipkan sebelah matanya ramah, lalu membalikkan tubuh dan melangkah pergi dari lobby itu.
Yoona menatap punggung Jongin yang menjauh dan akhirnya tersenyum. Betapa beruntungnya Yuri memiliki pasangan yang luar biasa seperti Jongin...
"Nona Yoona?," kali ini sebuah suara yang familiar menyapanya. Yoona menoleh dan mendapati Xiumin yang berdiri menatapnya, baru saja keluar dari lift, "Apa yang Anda lakukan di sini?"
Yoona mengerjapkan matanya, "Aku mencari Sehun," ditunjukkannya amplop berkas itu kepada Xiumin, "Ini... aku ingin mengembalikan berkas-berkas ini"
Xiumin menatap berkas-berkas itu dan mengerti, "Tuan Sehun ingin Anda menerimanya"
"Aku tidak mau menerimanya, aku tidak ingin berhutang budi kepadanya"
"Itu uang anda," sela Xiumin tenang, "Itu adalah bagian saham Anda dari perusahaan ayah Anda yang sudah di take over oleh Tuan Sehun"
Yoona tertegun. Bagian sahamnya? Dia tidak pernah mendengar ini sebelumnya "Bagian saham ini, sesuai dengan surat perjanjian jual beli akan diberikan kepada Anda begitu usia Anda genap 25 tahun," Xiumin menatap sekelilingnya yang ramai dan tampak tidak nyaman, "Mari saya akan jelaskan kepada Anda"
***
Dia dibawa ke sebuah ruangan dengan perabot kayu dan nuansa cokelat dan elegan di lantai dua. Xiumin duduk di sofa di depannya dan mempersilahkan Yoona duduk, "Mari duduk dulu, Anda ingin kopi?"
Yoona menggelengkan kepalanya, terlalu tercengang dengan semuanya yang tampak begitu tiba-tiba. "Oh sehun saat ini sedang ada di Perancis ada beberapa urusan yang mendesak di sana," Xiumin mengubah posisi duduknya supaya nyaman, "Seharusnya dari awal saya menceritakan ini kepada Anda, tetapi Tuan Sehun menahan saya."
Cerita apalagi? Kejutan apa lagi? Jantung Yoona berdegup kencang. "Tuan Sehun tidak pernah menghancurkan perusahaan ayah Anda, apalagi membuat ayah Anda bangkrut," Xiumin mengangkat bahunya, "Anda boleh tidak percaya, tetapi Anda bisa mencari informasi di manapun, yang dilakukan Tuan Sehun bukanlah membangkrutkan perusahaan-perusahaan, dia menolong perusahaan-perusahaan yang sudah hampir bangkrut dan menghidupkannya lagi. Banyak perusahaan yang sudah dia take over menjadi berlipat-lipat lebih maju berkat kehebatan tuan Sehun"
Yoona mengerutkan keningnya membantah, "Tetapi perusahaan ayahku baik-baik saja sebelum ayah membuat perjanjian dengan Sehun, kami sama sekali tidak bangkrut!,"
Yoona teringat gaun-gaun dan perhiasan mewah yang dibelikan ayahnya untuk ibunya, pelayan-pelayan yang hilir mudik siap sedia memenuhi kebutuhan mereka, rumah mewah mereka yang nyaman, mobil dan segala kemewahan lainnya yang dicukupkan ayahnya waktu itu. Ayahnya tidak mungkin bangkrut!
"Ayah Anda menyembunyikan hal ini dari keluarganya, dia tidak ingin ibu dan Anda merasa cemas," Xiumin menghela nafas, "Anda boleh tidak percaya kepada saya, tetapi biarkan saya bercerita dulu, setelah itu Anda boleh memutuskan. Apapun penerimaan Anda nanti, saya tidak akan mempermasalahkan, yang pasti tidak ada sedikitpun kebohongan dari saya kepada Anda"
Mata Xiumin menerawang ke masa lalu ketika mulai bercerita.
"Ayah Anda datang kepada Tuan Sehun waktu itu, memohon suntikan dana dan perjanjian kerja sama. Tuan Sehun sebenarnya tidak tertarik dan dia sudah siap menolak mentah-mentah. Perusahaan ayah Anda yang sudah benar-benar kolaps akibat manajemen yang kacau balau, akan membutuhkan biaya dan perhatian yang luar biasa besar untuk memperbaiki semuanya. Tetapi kemudian ayah Anda memberikan penawaran kepada tuan Sehun"
"Penawaran?"
Xiumin menatap Yoona hati-hati, "Ya... penawaran yang sebenarnya konyol, tapi langsung membuat tuan Sehun berubah pikiran"
"Penawaran apa?"
"Anda"
Yoona tertegun, pucat pasi, "Aku?"
Ayah Anda sepertinya sudah sangat putus asa sebelum meminta bantuan kepada tuan Sehun, harap Anda memaklumi," Xiumin menghela nafas, "Mungkin Andalah satu-satunya harta yang dimilikinya yang bisa ditawarkannya kepada tuan Sehun, mengingat waktu itu reputasi tuan Sehun sebagai playboy sangat terkenal. Mungkin ayah Anda berfikir bisa menggunakan Anda untuk menarik hati tuan Sehun."
Yoona hampir tidak bisa berkata-kata, lidahnya kelu. Ayahnya menawarkannya kepada iblis jahat itu sebagai ganti suntikan dana untuk perusahaannya?? Tidak mungkin!! Ayahnya tidak mungkin melakukan itu!!
"Saya tahu Anda tidak percaya, tetapi kami memiliki bukti penawaran itu yang nanti akan saya tunjukkan kepada Anda. Sekarang saya akan melanjutkan cerita saya," Xiumin berdehem tampak amat mengerti berbagai emosi yang berkecamuk, silih berganti di wajah Yoona, "Segalanya pasti akan berbeda jika yang ditawarkan bukan Anda. Tuan Sehun, saya yakin akan menolak mentah-mentah ayah Anda. Tetapi Tuan Sehun langsung berubah pikiran ketika beliau melihat foto Anda"
Fotonya yang sangat mirip dengan almarhumah isteri Sehun. Dada Yoona terasa perih menyadari kenyataan itu. "Yah Anda mengerti kan...walau hanya dengan tatapan sekilas saja pasti mudah menyadari kemiripan Anda dengan...," Xiumin menghentikan kata-katanya, menyadari wajah Yoona yang pucat pasi, "Anda tidak apa-apa nona?"
Yoona menganggukkan kepalanya, "Tidak, aku tidak apa-apa," suaranya terdengar serak, susah payah berusaha dikeluarkannya.
"Tuan Sehun langsung menyetujuinya, tetapi dia tidak mau terburu-buru. Menurut perjanjian itu pada usia 25 tahun Anda akan diserahkan kepada Tuan Sehun, sebagai isteri. Dan mas kawinnya dibayar di muka, Tuan Sehun tidak pernah melakukan take over kepada perusahaan ayah Anda, dia hanya memberikan dana yang luar biasa besar sesuai dengan permintaan ayah Anda....,"
Xiumin menatap Yoona miris, "Tetapi ayah Anda rupanya bekerja dengan manajemen yang tidak becus dan mengkhianatinya, uang itu ludes dalam sekejap dan bahkan perusahaan ayah Anda, bukannya terselamatkan malahan makin hancur. Ayah Anda lalu datang kembali meminta tolong kepada tuan Sehun"
Yoona hanya termenung berusaha menyerap kata-kata Xiumin sebaik-baiknya. Apakah Xiumin berbohong? Tetapi lelaki itu tampak lurus dan jujur..... Yoona cuma masih belum
bisa menerima bayangannya selama ini terhadap ayahnya hancur lebur begitu saja. Jika apa yang dikatakan oleh Xiumin adalah kebenaran, maka Yoona harus menerima kenyataan bahwa kehidupannya dulu bersama ayahnya yang bagaikan di negeri dongeng, sebagian besar hanyalah kebohongan semata.
Yoona sudah dijual menjadi isteri Sehun di ulang tahunnya yang ke 25, itu seminggu lagi. Yoona mengernyit, dia sudah dibayar di muka. Rasanya seperti dihina dan dihantam secara bersamaan. Ingin rasanya dia berteriak kalau dia bukan barang, dia manusia dan dia punya kehendak yang bebas.
"Tuan Sehun sangat marah kepada ayah Anda, kesempatan yang diberikannya disia-siakan begitu saja oleh ayah Anda, dan tuan Sehun tidak mau memberikan kesempatan kedua lagi.
Perusahaan itu tidak boleh ada di tangan ayah Anda lagi kalau tidak mau lebih hancur. Jadi, Tuan Sehun membelinya, dengan harga yang pantas, bahkan masih memberikan jatah bulanan kepada keluarga Anda setiap bulannya meskipun ayah Anda tidak berhak menerimanya,"
Sehun menatap Yoona dalam-dalam, "itu semua karena Tuan Sehun mengkhawatirkan Anda"
Sehun mengkhawatirkannya? Tidak mungkin! Lelaki itu hanya cemas, karena Yoona adalah perempuan yang berwajah sama dengan isteri yang dicintainya, perempuan yang diharapkannya bisa menggantikan isterinya....
"Saya mengerti perasaan Anda, tetapi ada beberapa hal yang belum sempat saya jelaskan kepada Anda waktu itu ketika Tuan Sehun menyela pembicaraan kita," Xiumin bekata-kata lagi, "Memang Anda pasti akan melihat bahwa Tuan Sehun hanya menganggap Anda sebagai pengganti Nyonya Krystal. Tetapi tidak. Seiring dengan berjalannya waktu, yang dilihat Tuan Sehun adalah benar-benar Anda, diri anda sendiri"
Seiring berjalannya waktu?
Xiumin mengangguk, seolah bisa membaca pertanyaan di mata Yoona, "Yah selama ini kami mengawasi Anda. Rumah mungil yang Anda tempati bersama keluarga Anda waktu itu, merupakan salah satu properti milik tuan Sehun.... Semua sudah diatur supaya kehidupan Anda baik-baik saja meskipun ayah Anda bangkrut"
Tiba-tiba Yoona menyadarinya. Kemudahan-kemudahan yang dia dapat tanpa sengaja, seperti rumah mungil itu yang bisa didapat ayahnya dengan harga yang sangat murah.
"Kami bahkan tahu bahwa Anda berencana membalas dendam atas kematian orang tua Anda," wajah Xiumin melembut melihat pipi Yoona merona merah, lalu menatap Yoona dengan menyesal, "Kematian orang tua Anda juga mengejutkan kami, Yoona. Percayalah, tuan Sehun terkejut atas hal itu. Dia memang terkenal kejam dan jahat tapi yang pasti dia tidak pernah bermaksud melukai orang yang lemah. Dia sudah berusaha membantu ayah Anda – demi Anda,"
Xiumin menekankan kata-katanya, "Semua yang terjadi bukan kesalahan Tuan Sehun"
Yoona merasa malu. Bagaimana lagi? Perasaan itulah yang sekarang menyergapnya. Jika kata-kata Xiumin ini benar. Dan sepertinya memang semua adalah kebenaran.. maka Yoona harus merasa malu, Semua dendamnya selama ini, pemikirannya selama ini, kemarahannya selama ini, dan kebenciannya semua ini, semuanya dibangun atas persepsi yang benar-benar salah.
Dan Sehun bahkan tidak pernah membela diri dengan segala cacian, makian, dan tuduhannya. Kenapa Sehun tidak pernah membela diri dan membiarkannya makin liar dengan emosi dan kemarahan membabi butanya?
"Sebentar lagi ulang tahun Anda... sesuai dengan perjanjian yang ditandatangani oleh ayah Anda... Sehun akan memperisteri Anda"
Yoona membelalakkan matanya. Apakah Sehun masih menganggap perjanjian bertahun-tahun lalu itu dengan serius? Tetapi perjanjian itu melibatkan uang yang tidak sedikit, yang diberikan Sehun kepada ayahnya dan kemudian disia-siakan begitu saja. Kalaupun Yoona menolak Sehun, maka dia menanggung hutang yang sangat besar kepada lelaki itu.
"Apakah... apakah Sehun menyuruh Anda mengatakan semua ini kepada saya...?" Xiumin langsung menggelengkan kepalanya mendengar pertanyaan Yoona itu,
"Tidak. Tidak ada satupun perintah dari Tuan Sehun kepada saya untuk menceritakan ini semua, bahkan Tuan Sehun berkesan merahasiakan semua ini dari Anda," Xiumin tersenyum, "Saya hanya memikirkan cara-cara Tuan Sehun, mengingat wataknya, beliau tidak akan menjelaskan apapun kepada Anda. Mungkin beliau akan menculik Anda lagi dan memaksakan pernikahannya dengan Anda, saya hanya menyiapkan Anda kalau itu benar-benar terjadi"
Yoona mengernyit, "Mengingat selama ini dia selalu memaksakan kehendaknya, aku yakin dia akan melakukannya. Jadi dia membebaskanku hanya sementara?"
Xiumin mengangguk, minta permakluman, "Semoga Anda bisa menghilangkan semua dendam yang tidak perlu. Yang pasti -saya bisa menjamin itu-Tuan Sehun benar-benar peduli kepada Anda. Perlu Anda tahu, Tuan Sehun benar-benar serius ingin menikahi anda, beliau saat ini berada di Perancis, mengunjungi makam nyonya Krystal. Meminta izin kepada isterinya. Yoona memejamkan matanya pedih. Setelah dendam itu menghilang, yang ada di dadanya hanyalah kekosongan yang perih. kekosongan yang menyesakkan dadanya.
Hampir seperti... patah hati.
***
Hari ini adalah hari ulang tahunnya. Yoona sudah tahu hari ini akan tiba. Entah kenapa dia tahu, bahwa Sehun akan datang menjemputnya dan merenggutnya kembali, dan jantungnya berdegup kencang.
Ketukan di pintu rumahnya membuatnya terlonjak, meskipun Yoona sudah mengantisipasinya. Dan ketika membuka pintu, Yoona bertatapan wajah dengan Sehun. Lelaki itu tampak luar biasa tampan, bahkan lebih tampan dari terakhir mereka bertemu. Mengenakan kaca mata hitam dan kemeja biru berlapis jacket khaki dan celana yang senada, dengan rambut cokelatnya yang acak-acakan.
Dia seperti malaikat yang diturunkan di depan pintu Yoona.
"Aku sudah tahu apa yang akan kau katakan," Yoona berkata, mencoba mencari-cari mata Sehun, tetapi kesulitan karena kacamata hitam itu menghalanginya.
Sehun terdiam, "Aku tahu kalau kamu tahu, Xiumin menceritakan pertemuan kalian," Lelaki itu menoleh ke belakang Yoona, "Bolehkah aku masuk?"
***
Yoona mundur dengan tidak nyaman. Membiarkan Oh Sehun masuk ke rumahnya sama seperti membiarkan iblis menguasai kehidupannya. Tetapi tidak ada pilihan lain. Mereka harus berbicara, panjang lebar. Dan mereka tidak mungkin berbicara di ambang pintu seperti ini.
Yoona memiringkan tubuhnya mempersilahkan Sehun masuk ke rumahnya yang mungil tetapi indah itu. Sehun langsung duduk di sofa cokelat itu, tampak nyaman, kemudian melepaskan kacamata hitamnya dan meletakkan di meja, "Apa yang kau rencanakan di hari ulang tahunmu?," Sehun mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan.
"Tidak ada," Yoona punya cheese cake strawberry di kulkasnya. Tapi itu untuk dia makan sendiri nanti malam.
Tanpa gangguan Sehun.
Sehun menatap Yoona seolah mengukur-ukur, "Aku bisa mengadakan pesta untukmu"
"Aku tidak butuh pesta darimu"
"Hmm," Lelaki itu mendesah, lalu ketika menatap Yoona, tatapannya berubah serius, "Kau tahu kan kenapa aku kemari?"
Yoona mengangguk, "Dan sebelum kau katakan maksudmu, aku ingin membuat penawaran baru untukmu"
"Penawaran?," Sehun mengangkat alisnya, "Oke jelaskan"
"Aku akan mengembalikan semua uang yang pernah kau berikan kepada ayahku"
"Yoona," Sehun terkekeh, "Utang itu begitu besar hingga kau mungkin hanya bisa menggantinya dengan tubuhmu. Tidak. Aku menolak penawaranmu. Dan kau...," mata Sehun berubah sensual, "Kau akan menjadi isteriku sebentar lagi sesuai perjanjian"
***
"Aku bukan barang yang bisa dibeli seenaknya, dan kenapa kau begitu santai?? Ini masalah pernikahan bukan jual beli perusahaan"
"Aku hanya ingin kau menjadi isteriku," Sehun bersedekap, menatap Yoona yang mulai emosi, "Itu sudah kutetapkan sejak awal mula"
"Kenapa?," Yoona tidak bisa menahan suara tajam di lidahnya, "Karena kau ingin menjadikanku boneka pengganti Krystal?"
Wajah Sehun mengeras ketika Yoona menyebut nama Krystal, bibirnya mengetat, "Jangan hubung-hubungkan dia dengan ini semua"
"Bagaimana aku bisa tidak menghubungkan?," Yoona sudah menahan diri, tetapi suaranya meninggi, "Semua ini karena wajah ini, karena wajah yang sama dengan almarhumah isterimu! Kau tidak bisa menganggapku sebagai penggantinya Sehun! Kami orang yang berbeda, dan aku menolak diperlakukan seperti itu!"
"Aku tahu kalian orang yang berbeda," Sehun berdiri di depan Yoona, siap berkonfrontasi, "Percayalah, aku benar-benar tahu, karena gairah semacam ini, tidak pernah kurasakan dengan siapapun!"
Lelaki itu meraih Yoona ke pelukannya dan langsung mencium bibirnya. Dengan lembut. Tidak memaksa seperti biasa, dengan pelan dia menguak bibir Yoona, mencicipinya pelan-pelan kemudian melumatnya lembut. Lidahnya menelusuri seluruh bibir Yoona dan kemudian bermain-main dengan lidah Yoona, mencecapnya habis-habisan. Ketika akhirnya ciuman itu selesai mereka sama-sama terengah-engah, "Apakah pada akhirnya kau mengakui kalau kau merindukanku?"
"Dalam mimpimu, Oh sehun," Yoona menjawab dengan ketus, membuat Sehun terkekeh geli.
"Kita adalah pasangan yang sangat cocok," Sehun mendekatkan tubuh Yoona ke tubuhnya, dalam rangkuman dadanya, "Kaitkan kakimu di kakiku"
Yoona menatap Sehun dengan cemas, "Apa yang sedang kau coba lakukan Sehun?"
"Lakukan saja sayang," jemari Sehun menyentuh paha Yoona.
Mungkin sudah waktunya mereka berhenti berkata-kata dan berkomunikasi dengan bahasa nonverbal yang sudah sangat mereka kuasai.
Jemari Sehun membimbing agar paha Yoona melingkarinya, "Aku ingin menunjukkan padamu, bahwa kau tidak akan diperlakukan sebagai boneka. Kau bukan boneka, boneka hanya untuk dipajang di dalam rak. Aku ingin kau berada di tanganku, untuk disentuh, dipuaskan dan dimiliki dengan cara yang kusuka"
Yoona terkesiap, merasakan jemari Sehun menyelusup ke balik roknya dan menyentuh bagian tubuhnya yang paling sensitif.
"Ya sayang... seperti ini... ", Sehun mendesah di telinga Yoona, ia menyelipkan satu jari dan mencumbu Yoona, berusaha sepelan mungkin meski hasratnya sudah hampir menggelegak, Yoona terpekik dan mencengkram pundak Sehun dengan erat.
Sehun menunduk, tangannya yang bebas meraih tali atasan Yoona dan menurunkannya, untuk membuka jalannya ke payudara Yoona. Saat tangan Sehun menangkup payudaranya, Yoona mengigit bibir Sehun,
"Menggigit, Yoona?," Sehun menyeringai, "Ck...ck...ck," jari Sehun bergerak lebih dalam lagi. Gairah bercampur penentangan berkelebat di mata Yoona ketika menatap Sehun, "Kau akan membayar untuk semua ini, Oh Sehun"
Sehun mulai mencium leher Yoona, bertanya-tanya apakah Yoona tahu betapa menggairahkannya dirinya dengan bagian atas kemejanya yang terbuka, menampilkan sebagian payudaranya yang begitu indah. Rambutnya tergerai berantakan di bahu dan sebelah kakinya melingkari pinggul Sehun dengan lembut. Mendadak Sehun tidak sanggup menahan diri lagi.
Dan ia pun bercinta dengan Yoona-nya yang cantik. Saat itu juga hingga mereka berdua sama-sama dibutakan oleh hasrat yang membara.
***
Sehun mengetatkan pelukannya ke punggung Yoona yang setengah tertidur, dipeluknya Yoona yang masih lemas setelah orgasme yang mereka lalui. Yoona akan menjadi isterinya.
Bahkan ketika Yoona menolak Sehun dengan kata-kata, Sehun tahu bahwa tubuh Yoona tidak akan mampu menolaknya.
"Setelah ini apakah kau akan menerima lamaranku?"
Yoona terdiam, memejamkan matanya dalam pelukan Sehun. Masih bertanya-tanya mengapa bercinta dengan seorang pria berbaju lengkap sementara dirinya sendiri telanjang bisa terasa begitu erotis. Walaupun sekarang ia tidak tahu bagaimana mereka bisa berakhir di ranjang ini, di tempat tidur ini. Dia sekarang telanjang bulat, tanpa sehelai benangpun. Pakaiannya bertebaran dari ruang tamu sampai ke lantai di sebelah.
Sehun benar-benar serius dengan apa yang dikatakannya. Ini akan menjadi pernikahan tanpa cinta. Yoona memejamkan matanya, setidaknya bukan dari dirinya. Ketika mengetahui bahwa Sehun bukanlah penyebab kematian kedua orangtuanya, perasaan Yoona langsung terjun bebas, jatuh ke dalam pesona Sehun yang begitu deras.
Lelaki ini luar biasa pandai bercinta, dan dia sudah memiliki tubuh Yoona. Kalaupun Yoona menolak lamarannya, Yoona yakin Sehun tidak akan pernah melepaskannya, apalagi membiarkannya menjalin hubungan dengan lelaki lain.
"Apakah kalau aku menolak kau akan memaksaku?," Yoona menyuarakan pertanyaan di dalam pikirannya.
Hening sejenak, lalu Sehun mengusap punggung Yoona dengan lembut, "Mungkin," lelaki itu menghela nafas panjang, "Yoona. Aku bukan lelaki baik, mungkin kita akan menghabiskan hari-hari kita dengan penuh pertengkaran dan meledak-ledak. Tapi kau harus tahu satu hal, aku akan menjaga isteriku"
Ucapan itu bagaikan janji, yang diungkapkan di kegelapan kamar itu. Tetapi pertanyaan-pertanyaan masih berkecamuk di benak Yoona. Kalau kau tidak mencintaiku kenapa kau ingin menikahiku? Bahkan Yoona sudah tahu jawabannya. Karena wajahnya, karena dia begitu mirip dengan kekasih sejati Sehun.
Kalau Yoona mengambil resiko dengan menikahi Sehun, akankah suatu saat nanti Sehun akan benar-benar memandang wajahnya dan mengakui bahwa itu Yoona? Bukan Krystal? Akankah suatu saat nanti Yoona diakui sebagai suatu pribadi yang asli, bukan pengganti dari siapapun? Resikonya terlalu besar. Tetapi godaan untuk jatuh ke dalam pelukan iblis ini terlalu menarik untuk dilepaskan.
"Ya Sehun. Aku bersedia menjadi isterimu"
Sehun memejamkan matanya dan memeluk Yoona erat, "Dan aku berjanji padamu, kau akan dijaga sebaik-baiknya. Begitu saja lamaran itu, tanpa pernyataan cinta yang romantis, tanpa perasaan menggebu-gebu yang biasanya dimiliki oleh pasangan yang terlibat romansa.
Yoona tidak pernah membayangkan bahwa dia akan dilamar dengan cara seperti itu.
***
Pernikahan itu, karena dilaksanakan dengan gaya Oh sehun, menjadi sebuah pesta pernikahan yang luar biasa mewah. Segalanya yang terbaik. Gaun Yoona didatangkan langsung dari Perancis, makanannya yang paling enak, langsung dari restaurant milik Sehun.
Perempuan-perempuan menatapnya iri dan para lelaki memujinya karena pada akhirnya bisa membuat Oh sehun berlabuh. Semua perempuan pasti memimpikan pesta pernikahan yang seperti ini, pesta pernikahan yang bagaikan mimpi untuk puteri di negeri dongeng.
Tetapi tidak dengan Yoona. Tiba-tiba dia dihinggapi ketakutan yang diam-diam melandanya. Dia sekarang sudah menjadi isteri Oh sehun. Tetapi bayang-bayang isteri oh sehun yang terdahulu, Krystal yang cantik, yang sebenar-benarnya ada di hati Sehun terasa menyesakkan dadanya.
Dan malam ini, di malam pernikahannya. Yoona duduk di tepi ranjang Sehun. Merasakan perasaan resah yang begitu mengganggu. Apakah aku menyesali ini? Kenapa aku mau saja dinikahi oleh lelaki arogan ini? Sebegitu besarkah pesona lelaki ini hingga membuatku rela hanya menjadi boneka pengganti?
Pintu terbuka dan Sehun masuk, lelaki itu masih memakai jas yang dipakainya untuk pesta meski dasinya sudah dilepas dan kancing kemeja di bagian atasnya sudah dibuka.
"Kenapa dahimu berkerut?," Sehun melepaskan jasnya hanya mengenakan kemeja putih, lalu berdiri di depan Yoona, "Kau sudah berganti baju, hmm," dengan lembut Sehun menghela pundak Yoona supaya berdiri menghadapnya, "Kau tampak lelah, apakah kau ingin tidur atau..," tatapan Sehun tampak sensual.
Yoona menatap Sehun dalam-dalam. Apakah hanya gairah yang ada di dalam benak lelaki ini. Bahkan sampai sekarangpun Yoona masih bertanya-tanya apa yang sebenarnya ada di dalam hati Sehun.
"Aku ingin membuat pengaturan," Yoona bergumam cepat, sebelum dia kehilangan keberaniannya, "Tentang pernikahan kita"
"Pengaturan?," Sehun mengerutkan kening, tampak tidak senang, "Apa maksudmu?"
"Pengaturan tentang hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan dalam pernikahan kita"
Mata cokelat Sehun membara, "Kau isteriku Yoona, dan aku berhak atasmu".
"Kau bilang kau akan menghormatiku dalam pernikahan ini," Yoona menatap Sehun tajam, "Kalau kau tidak mau berkompromi atas pengaturanku ini aku ...."
"Apa? Kau akan melarikan diri lagi? Akan mogok makan lagi?," Sehun melepaskan pegangannya dari Yoona dengan pahit.
Pipi Yoona merona malu, tetapi dia menegarkan diri, "Aku hanya ingin menetapkan beberapa hal yang membuatku merasa aman"
"Oke," desis Sehun, "Cepat katakan apa maumu dan aku akan memilah mana yang bisa kuterima dan mana yang tidak"
"Pertama, aku tidak mau dipaksa untuk bercinta denganmu kalau aku tidak mau... apalagi memakai obat itu"
Sehun mengangkat alisnya dan menatap Yoona dengan sensual, "Diterima. Lagipula sepertinya aku tidak membutuhkan obat itu lagi," tambahnya penuh arti, membuat pipi Yoona makin merona.
"Kedua aku ingin hubungan yang saling menghormati, aku akan menjaga kesetiaanku karena aku isterimu, dan aku mau kau juga"
Sehun terkekeh, "Diterima," jemarinya menyentuh pipi Yoona lembut, "Kau menjadi posesif kepadaku, eh?," godanya.
Yoona berusaha mengabaikan kalimat-kalimat Sehun yang menjurus itu, "Ketiga, aku tidak mau dibelikan apapun tanpa persetujuanku," masih teringat di pikiran Yoona betapa banyaknya baju-baju yang dibelikan Sehun untuknya, belum lagi aksesoris dan perhiasan-perhiasan mahal yang dibeli Sehun seolah membeli sesuatu yang tidak berharga.
Sehun harus belajar bahwa memperlakukan perempuan dengan baik bukan berarti melimpahinya dengan harta dan benda.
"Ditolak," tatapan Sehun menajam lagi, "Kau isteriku Yoona, aku berhak membelikanmu apapun yang aku mau"
Yoona mengernyit dan menantang mata Sehun, mereka saling bertatapan tajam sampai akhirnya Yoona menyerah, "Oke...kau boleh membelikan asal tidak berlebihan"
Sehun mengangkat bahunya. "Apakah ini sudah selesai? Atau aku harus menunggu lebih lama untu berlanjut ke babak selanjutnya?"
Pipi Yoona merona dan menatap Sehun dengan waspada, babak selanjutnya?
"Malam pertama kita," sehun mengucapkannya lambat-lambat dengan nada yang sangat sensual hingga membuat seluruh tubuh Yoona menggelenyar, "Kau tidak berpikir aku akan melewatkannya kan?"

—TBC

sebentar lagi partnya akan selesai ^^ so tunggu aja, ga bakal lama nanti tapi ga janji juga sih wkwkwk

Jgn lupa vote dan komen ! Aku sangat menghargainya kalau kalian tinggalin jejak

😂

sleep with the devil ;Where stories live. Discover now