ㅡ🌙7

8.4K 418 70
                                    



ADA ADEGAN NC YA
Yoona tertegun. Ulang tahunnya yang kedua puluh lima sebentar lagi. Kenapa Sehun bisa mengetahui detail hari ulang tahunnya? Yoona tertarik, tetapi dia akan memuaskan Sehun kalau dia mengikuti Sehun untuk berbicara dengannya.
Jangan-jangan memang itu tujuan Sehun, supaya dia tidak berhujan-hujanan dan mengikuti Sehun. "Nanti aku akan menyusulmu kalau aku sudah puas disini".
Api menyala di mata Sehun, dan tampak jelas lelaki itu mencoba menahan diri, "Terserah, nanti temui aku di ruang kerjaku," suaranya lebih seperti geraman, kemudian membalikkan badan dengan marah.
***
Setelah puas menikmati hujan, Yoona masuk ke kamarnya untuk berganti pakaian dan makan malam. Dia sengaja tidak menemui Sehun, lagipula sepertinya lelaki tadi hanya asal bicara ketika bilang ingin berbicara tentang hari ulang tahunnya. Dan Yoona tidak yakin kalau Sehun akan menunggunya. Lelaki itu sepertinya sangat sibuk dan punya banyak urusan.
"Kenapa kau tidak menemuiku di ruang kerjaku?", suara di kegelapan itu mengagetkan Yoona. Dia menajamkan matanya dan melihat Sehun duduk di sana, di keremangan kamarnya.
"Kenapa kau masuk ke kamarku tanpa izin?," Yoona berteriak kaget, tangannya meraba-raba saklar lampu di diniding, berusaha menghilangkan kegelapan yang menyelubungi Sehun, karena lelaki itu tampak lebih menyeramkan di antara cahaya yang remang-remang.
Yoona berhasil menyalakan lampu dan cahaya itu langsung menyelubungi Sehun. Lelaki itu duduk di sofanya, dengan santai, hanya memakai piyama sutera warna hitam dan disebelah tangannya memegang gelas minuman.
Yoona melirik ke botol brendy yang entah berasal dari mana, yang sepertinya sudah dituang Sehun selama menunggunya. Apakah lelaki itu mabuk? Jantung Yoona mulai berdegup. Dalam keadaan sadar saja emosi Sehun sangat tidak mudah ditebak, apalagi dalam kondisi mabuk.
"Apa yang kau lakukan disini Sehun?"
Sehun mendengus dan menatap Yoona dengan tajam, "Kau pikir apa? Aku menunggumu di ruang kerjaku dan kemudian menyadari bahwa kau, dengan kepalamu yang keras kepala itu memutuskan untuk melawanku"
Yoona mundur ke belakang, melirik pintu putih itu, dan berusaha sedekat mungkin di sana, sehingga ketika Sehun bertindak di luar batas dia bisa segera melarikan diri.
Sehun tersenyum melihat tingkah Yoona, "Kau seperti kelinci ketakutan lagi Yoona, apakah kau takut aku akan melakukan sesuatu yang kejam? Seperti mencampurkan obat di minumanmu, atau ...melemparkanmu dari balkon lagi?," Sehun menyeringai, meletakkan gelasnya dan berdiri, makin lama makin mendekati Yoona.
"Apakah kau mabuk Sehun?," Yoona melirik ke arah pintu, hanya butuh beberapa detik kalau Yoona ingin melarikan diri dari Sehun. Dia pasti bisa melakukannya. "Oh Sehun tidak pernah mabuk," Sehun melangkah mendekat dengan tenang, seperti singa yang mengendap endap mengincar mangsanya. "Dan kau.... Seharusnya kau mendengarkan apa yang kuperintahkan, Yoona"
Yoona tahu di situlah titiknya. Di situlah titik Sehun kehilangan kesabarannya, karena itulah Yoona langsung melompat dan mencoba melarikan diri ke pintu. Dia berhasil membuka pintu itu sedikit, sebelum dengan gerakan lebih cepat dan tanpa suara, Sehun sudah ada dibelakangnya, mendorong pintu itu menutup kembali sebelum sempat terbuka.
Sehun mendorongnya rapat ke pintu, dan dengan terkejut Yoona bisa merasakan kejantanan Sehun yang mendesak keras di bagian belakang tubuhnya. Dia ingin bergerak dan menghindar, tetapi ternyata Sehun sudah menahannya di semua sisi.
Yoona ketakutan. Apakah dia akan dipaksa lagi? Udara mulai terasa menyesakkan dan Yoona mulai terengah-engah. "Aku tidak pernah bercinta sambil berdiri," Sehun berbisik di telinganya dengan bisikan panas yang membuat sekujur tubuh Yoona menggelenyar, "Dan kau membuatku ingin melakukannya"
Yoona terkesiap, mencoba meronta sekuat tenaga. Tetapi percuma karena Sehun begitu kuatnya, "Apakah kau akan memaksaku lagi, Oh sehun?," Yoona berteriak di tengah usahanya membebaskan diri, "Kalau iya, maka kau sudah membuktikan kepadaku, kalau kau memang adalah lelaki bajingan yang hanya bisa mendapatkan wanita dari pemerkosaan"
Kata-kata Yoona rupanya berhasil membuat kesadaran Sehun kembali. Lelaki itu tertegun. Dan sedetik kemudian yang melegakan, Sehun melepaskan Yoona, "Sialan kau dasar perempuan!!," Sehun berbisik marah di telinga Yoona dan meninggalkannya.
Sendirian, Yoona berusaha menyandarkan dirinya di pintu, napasnya terengah-engah dan dia merasa lepas. Gairah Sehun ternyata juga mempengaruhinya. Dan Yoona semakin takut akan tiba saatnya baginya, menyerah ke dalam pelukan Sehun.
***
Hari ini hari Minggu, seharusnya menjadi hari istirahat yang menyenangkan bagi semua orang. Tetapi emosi Sehun luar biasa buruknya pagi itu dan menyebar ke seluruh penjuru rumah. Suasana rumah jadi menegangkan. Seluruh pelayan berbicara sambil berbisik-bisik ketakutan, membicarakan Tuan mereka yang marah-marah seharian ini.
Pagi tadi Sehun sudah membanting gelas di meja hingga anggurnya berceceran menodai taplak meja yang berwarna putih, hanya karena minumannya tidak cocok dengan seleranya, dia memanggil Xiumin dan membentaknya karena beberapa pengawal belum berjaga di gerbang depan.
Bahkan sekretaris dan pengatur keuangan rumah tangganya pun ikut kena semprot ketika dia memeriksa laporan di ruang kerjanya tadi. Sekarang semua orang saling bersembunyi berusaha menghindari berurusan dengan tuan mereka yang begitu mengancam, seperti beruang yang terluka.
Xiumin masuk dengan hati-hati ke ruang kerja Sehun, "Ada apa?"
"Baju-baju untuk Nona Yoona sudah datang"
"Bagus"
"Apakah kita harus memesan pakaian sebanyak itu? Bukankah tuan sendiri bilang tidak akan menahan Yoona lebih lama?"
"Tutup mulutmu Xiumin!," Sehun menggeram, "Biarkan aku mengurus apa yang menjadi urusanku sendiri!"
Xiumin mengangguk, menyadari bahwa tuannya sudah hampir meledak marah dan memilih pergi daripada terkena dampratannya seperti pagi tadi.
Sehun berdiri mondar-mandir di ruangannya, kemudian berhenti dan menuangkan segelas vodka murni untuk dirinya sendiri. Dia meneguknya, dan cairan putih itu serasa begitu membakar di ternggorokannya. Tubuhnya begitu bergairah. Mengingat sekian lama dia menahan diri. Dia bisa saja melampiaskan gairahnya kepada perempuan-perempuan yang memujanya dan pasti bersedia melakukan apapun untuknya. Tetapi dia tidak ingin sembarang wanita, dia ingin Yoona.
Sialan! Kenapa pikirannya terus-menerus tertuju kepada perempuan itu?
Dengan rasa frustrasi yang masih memenuhinya, ia melangkah panjang-panjang ke arah kamar Yoona, membuka kamar itu tanpa permisi, dan menemukan Yoona ada di kamar. Dion ada di sana, memamerkan baju-baju pesanan yang baru datang untuk Yoona, sedangkan perempuan itu hanya duduk di sana, menatap pakaian-pakaian mahal itu dengan bosan.
Dion langsung menghentikan kegiatannya dan meminta izin keluar begitu Sehun masuk dengan wajah muram. "Kau menyukai pakaian-pakaian itu?
"Apakah pendapatku penting?"
Sehun menatap Yoona marah, "Apa maksudmu?"
"Bukankah dirumah ini apa yang diinginkan Oh sehun bagaikan perintah raja yang harus dituruti? Aku melihat sendiri bagaimana orang-orang hilir mudik, panik seharian mengatasi sikap marah-marahmu yang tak ada habisnya itu."
"Oh ya? Dan kau pikir itu karena siapa?"
Yoona menegakkan dagunya menantang, "Karena siapa?"
"Karena kau, dasar perempuan kecil yang keras kepala!"
Yoona mengernyit marah, "Dan apa yang kulakukan padamu wahai tuan Sehun yang baik hati?"
"Kau selalu menantangku hingga aku harus menahan diri di batas kesabaranku, sikapmu itu membuatku muak!"
"Kau pikir aku harus bagaimana Sehun? Kau musuhku, meskipun sekarang aku memutuskan sedikit bekerjasama dengan tidak mencoba kabur, kau tetap musuhku. Dan ketika aku merasa keadaan sudah baik, aku tetap menuntut dibebaskan"
"Selalu ke arah itu," gumam Sehun kesal, "Aku masih belum ingin membahasnya," lelaki itu menatap Yoona tajam, "Aku memintamu melakukan sesuatu untukku"
Yoona mengangkat alisnya, tertarik, Sehun tidak pernah meminta sesuatu. Lelaki itu terbiasa memerintah lalu ketika itu tidak dituruti, dia akan memaksakan apapun yang diinginkannya.
"Ya aku memintamu menghilangkan rasa permusuhanmu itu dan mencoba menerimaku sebagai kekasihmu"
Yoona melangkah mundur tanpa sadar, "Menerimamu sebagai apa...? Apa kau sudah gila?"
"Hmm.... Aku bahkan punya rencana yang lebih gila dari itu, lebih daripada yang bisa kau bayangkan, kau akan tahu nanti," matanya menatap Yoona penuh rahasia, "Tapi yang pasti, gairah di antara kita begitu membara dan aku tidak munafik mengakuinya di depanmu, aku selalu terangsang ketika melihatmu. Aku terangsang ketika membayangkanmu, aku ingin menidurimu setiap waktu.."
"Hentikan kata-kata vulgarmu itu!!!," Yoona berteriak ingin menutup telinganya yang terasa panas.
Sehun terkekeh, "Mungkin kau perlu merasakan sendiri, bagaimana aku tergila-gila pada tubuhmu," Lelaki itu meraih Yoona ke dalam pelukannya dengan lembut, dan langsung melumat bibirnya.
Sehun melumat seluruh bibir Yoona, dan kemudian lidahnya masuk, menjelajahi lidah Yoona, bertautan dengan lidah Yoona dan kemudian menjelajahi seluruh diri Yoona, bibirnya bergerak melumat bibir Yoona tanpa ampun.
Lelaki itu begitu bergairah tetapi tetap bersalut kelembutan, dan sejenak Yoona terhanyut dalam ciuman yang luar biasa itu, sampai kemudian dia merasakan kejantanan Sehun yang begitu keras kembali menekan tubuhnya.
Dengan napas terengah-engah Yoona melepaskan dirinya dari pelukan Sehun, "Yoona.. sudah siap untukku" mata Sehun menyala penuh gairah, "Kenapa kau tidak mau mengakuinya dan tidak saling menyiksa seperti ini?"
"Aku tidak menginginkanmu sebagai kekasihku dan aku tidak siap untuk apapun yang berhubungan denganmu." Bantah Yoona keras.
Sehun menyipitkan mata, menatap Yoona dengan tatapan menuduh, "Oh ya? Tadi kau hanyut dalam ciumanku, bibirmu panas dan melembut untukku, siap menerimaku"
Siapa yang tidak menginginkan lelaki yang luar biasa tampan ini? Semua perempuan pasti bermimpi bisa ada di dalam pelukannya, semua pasti membayangkan bagaimana kalau lelaki sekejam Sehun berperilaku lembut. Oh, Yoona pernah merasakannya, beberapa kali malahan, dan ingatan tentang hal itu membuat tubuhnya memanas.
"Kau adalah pembunuh orangtuaku", Yoona menatap Sehun dengan penuh kebencian, "Dan bagiku itu adalah dosa tak termaafkan, aku akan selalu menyalahkanmu atas hal itu"
Tertegun sejenak, lalu Sehun mundur selangkah dengan begitu dingin, "Oke"
Dan ketika Yoona mengangkat kepalanya, Sehun sudah keluar dari ruangan itu. Yoona menghembuskan nafas panjang. Apakah dia salah? Tetapi bukankah semua yang dilakukan Sehun atas dasar nafsu? Lelaki itu jelas-jelas bergairah kepadanya dan menginginkannya. Tetapi setelah itu apa?
Yoona tidak mau jatuh dalam jerat rayuan Sehun seperti perempuan murahan. Seperti para kekasih Sehun yang dicampakkan begitu saja setelah lelaki itu puas. Setidaknya meskipun dia gagal membalaskan dendamnya, dia bisa pergi dari kehidupan Sehun dengan penuh harga diri.
***
Sehun berdiri malam itu di tengah taman di depan rumahnya, berharap udara dingin bisa meredakan gairahnya yang membuat tubuhnya begitu panas. Ditatapnya jendela kamar Yoona di lantai dua.
Jendela itu terbuka, dan cahaya temaram memantul dari sana, tampak begitu jelas. Sehun menatap jendela itu dengan frustrasi. Perempuan itu ada di sana dan Sehun seharusnya bisa dengan mudah memilikinya. Tetapi sikap perempuan itu seolah-olah membuatnya merasa menjadi bajingan menjijikkan kalau dia sampai memaksakan kehendaknya kepada Yoona.
Sehun tertegun ketika melihat bayangan Yoona terpantul dari kamar. Sepertinya Yoona berdiri dekat lampu tidur di samping ranjangnya, karena bayangannya muncul dari gorden jendela bagaikan siluet gelap yang erotis.
Yoona tampak sedang berjalan mondar-mandir di kamarnya, dan Sehun menatapnya dengan penuh minat. Lalu perempuan itu membuat gerakan membuka gaunnya. Sehun menelan ludah, melirik ke sekelilingnya yang sepi, mulai merasa tidak nyaman karena membuat dirinya seperti seorang pengintip mesum yang mengintip siluet perempuan berganti baju dengan penuh gairah.
Siluet Yoona melepas kemejanya, dan tubuh bagian atasnya yang polos terpantul dalam bayangan gelap dengan bentuk tubuh yang menggoda. Lalu Sialan! Sehun mulai mengumpat ketika bayangan Yoona di jendela membuat gerakan mengangkat salah satu kakinya ke ranjang dan tampaknya melepas celana panjangnya.
Gerakan itu tampak sangat seksi di bawah sini, dan Sehun menggertakkan giginya dengan marah. Ia benar-benar siap meledak, dan Yoona malahan memperburuk keadaan dengan pantulan bayangannya di jendela –meskipun dia tidak sengaja – Dan Sehun sungguh-sungguh siap meledak dalam arti yang sebenarnya saat ini mengingat kejantanannya sudah begitu keras hingga terasa menyakitkan.
Dengan geraman marah, Sehun melangkah terburu-buru menaiki tangga, membanting kakinya di setiap langkahnya, dibukanya pintu kamar itu dengan kasar. Matanya membara dan dia siap untuk bertengkar, dan menemukan Yoona sedang duduk di sofa, sudah berganti dengan gaun tidurnya dan sedang membaca sebuah buku.
Yoona mengangkat alis melihatnya, tampak begitu tenang, "Ada apa Sehun?"
Sehun terengah menahan kemarahan, "Jendela itu!," tunjuknya marah, lalu melangkah lebar-lebar menyeberangi ruangan dan menutup kaca jendela itu dengan kasar, dia membalikkan tubuhnya menghadap Yoona dengan posisi siap bertarung, "Lain kali tutup rapat-rapat jendela itu kalau sudah malam!!," teriaknya marah.
Yoona menatap Sehun bingung, "Memangnya kenapa?"
Karena aku melihatmu berganti pakaian bagaikan siluet erotis dari bawah!! Karena pemandangan itu membuatku terangsang sampai terasa nyeri!! Karena....Sehun berdiri dengan tatapan membakar, siap memuntahkan emosinya, tetapi kemudian menyadari bahwa dia hanya akan tampak bodoh kalau meluapkan apa yang ada di pikirannya.
Ditatapnya Yoona dengan dingin dan mendesis pelan, "Pokoknya tutup jendela itu kalau sudah malam!," Dan dengan penuh harga diri, Sehun melangkah keluar dari kamar Yoona, meninggalkan pintu berdebam di belakangnya.
***
Pagi itu tak seperti biasa ada dua pelayan muda yang membereskan kamar Yoona, sepertinya mereka orang baru. Yoona masih duduk di sana selepas mandi dan membiarkan para pelayan itu membereskan ranjangnya.
Salah seorang pelayan itu menarik bed cover Yoona tampak memeriksa sepreinya, lalu berbisik-bisik satu sama lain dan tertawa cekikikan, ketika Yoona menatap mereka dengan dahi berkerut, dua pelayan perempuan itu memasang muka datar dan bergegas pergi.
Yoona menoleh ke arah Dion, yang juga ada di ruangan itu, sedang membereskan baju-baju Yoona yang sepertinya tidak ada habisnya dan terus berdatangan itu ke dalam lemari pakaian Yoona, "Kenapa mereka bersikap seperti itu?," tanya Yoona ingin tahu.
Dion melirik ke arah kepergian pelayan itu dan tersenyum, "Mereka orang baru, dan tentu saja sangat penasaran denganmu"
"Penasaran denganku?"
"Kekasih Tuan Sehun yang terbaru," jawab Dion datar, "Ah, kau tidak tahu ya, semua orang kan membicarakan kalian. Bahkan, namamu sempat muncul di beberapa tabloid gosip dan acara-acara gosip, yang membahas kekasih terbaru Oh Sehun yang misterius. Kau adalah satu-satunya perempuan yang pernah tinggal bersama Sehun, dan mereka menebak-nebak serta mencari bukti bahwa kalian telah bercinta, karena itulah tadi para pelayan tertawa cekikikan ketika memeriksa sepraimu"
Pipi Yoona merah padam, tetapi Dion sepertinya tidak menyadarinya, dan tetap melanjutkan kata-katanya, "Yah para pelayan itu mungkin saling berspekulasi dan menanti, kapan saat mereka akhirnya bisa menemukan bukti-bukti bahwa kalian tidur bersama untuk dijadikan bahan gosip selanjutnya," gumamnya dalam senyum, Lalu menatap Yoona sambil mengangkat alisnya, "Hei aku juga penasaran, kalau mereka serius mencarinya, apakah mereka akan menemukan bukti-bukti itu Yoona?" tanyanya penuh arti, membuat pipi Yoona semakin merah padam.
***
"Nona Yoona?", Xiumin masuk dan mengangkat alis melihat Yoona mondar-mandir di kamarnya dengan gelisah.
"Apa?", suara Yoona tanpa sadar menegang. Semua yang berhubungan dengan Sehun membuatnya tegang dan ingin mengumpat-umpat siapapun yang ada di dekatnya.
"Tuan Sehun ingin bertemu anda", Bagus. Yoona menganggukkan kepalanya dan mengikuti Xiumin, lalu tertegun setengah mengernyit ketika Xiumin membawa Yoona ke kamar Sehun,
"Di kamar ini?"Xiumin mengangguk, dan entah Yoona salah lihat atau tidak, hanya sedetik dia sempat melihat sinar geli di mata lelaki itu. Kurang ajar. Jangan-jangan mereka semua mentertawakan ketakutannya pada Sehun.
"Ya Nona, tuan Sehun ingin menemui anda di kamar ini"
Sejenak Yoona ingin kabur saja. Tetapi Yoona sadar, ini sebuah tantangan, Sehun menantangnya dan Yoona tidak akan kalah. "Baiklah", Yoona menghela napas dalam-dalam dan membiarkan Xiumin membukakan pintu untuknya, Dia langsung berhadapan Sehun yang berdiri dengan begitu tampan di tengah ruangan.
Lelaki itu menunggu Xiumin menutup pintu dan meninggalkan mereka berdua sendirian, lalu berkata tenang, "Selamat malam Yoona", Sehun tersenyum tenang,"Sebenarnya aku ingin membahas hal-hal yang berkaitan dengan ulang tahunmu ke duapuluh lima....", senyumnya berubah misterius, "Tetapi kemudian aku sadar bahwa pembicaraan baik-baik tidak akan ada gunanya di antara kita, jadi aku langsung saja"
Hening, Sehun terdiam dan Yoona menunggu dengan ingin tahu apa yang akan dikatakan lelaki itu, "Aku sudah memutuskan masa depanmu." Mata Sehun begitu kelam seperti danau kecoklatan di kegelapan malam.
Masa depannya? Memangnya siapa lelaki ini bisa memutuskan masa depannya? Yoona ingin meledak dalam kemarahan, tetapi tidak mampu. Sehun tampak berbeda, dia tampak begitu tenang tetapi dibalut kemarahan berbahaya, begitu dingin sekaligus mempesona. Lagipula, kenapa Yoona berpikir bahwa Sehun mempesona? Sambil mengutuk dirinya sendiri, Yoona mencoba menghapus pikiran-pikiran yang mengarah kepada keterpesonaannya kepada Sehun.
Yoona mengamati Sehun lagi dan sedikit merasa tidak nyaman, karena melihat Sehun begitu tenang, tanpa sedikitpun emosi malah terasa menakutkan. Yoona tidak suka, dia lebih suka Sehun yang meledak-ledak dan marah daripada Sehun yang seperti ini.Dengan Sehun yang meledak-ledak Yoona bisa melawan dengan emosinya, tetapi dengan Sehun yang begitu dingin yang bisa dilakukan Yoona hanyalah menyurut mundur, ketakutan.
Sehun mengamati reaksi Yoona melemparkan pandangan menilai, lalu melanjutkan kata-katanya, "Kau harus menjadi kekasihku yang sebenar-benarnya, Yoona. Mulai malam ini,"
Sehun mulai berdiri, "Aku hanya sekali memberikan penawaran. Kau jadi kekasihku, dan aku akan memperlakukanmu dengan baik. Kalau kau menolak, aku akan menganggapmu tak berharga dan melemparmu kepada pengawal-pengawalku"
Apa? Keringat membasahi dahi Yoona, Sehun bercanda bukan? Apa maksudnya melemparnya kepada pelayan-pelayannya? Apakah Sehun ingin memberikannya supaya diperkosa para pengawalnya? Sehun tidak mungkin sekejam itu bukan? Yoona menatap mata Sehun dengan ketakutan, mencoba mencari kebenaran di sana, tetapi dia tidak menemukannya.
Lelaki ini kejam, dan siapa tahu apa yang akan dilakukannya?
"Bagaimana Yoona? Aku atau kau dibuang ke para pengawalku?"
Yoona menatap Sehun marah, "Kau tidak akan berani melakukan hal menjijikkan semacam itu"
"Jangan menantangku Yoona" desis Sehun tajam, "Aku bukannya belum pernah melakukannya kepada perempuan yang kuanggap tidak berguna lagi"
Yoona tertegun. Apakah Sehun benar-benar serius? "Kau hidup disini dengan mewah, diperlakukan seperti puteri raja, dihormati layaknya kekasih Oh Sehun dan aku sudah muak dengan kelakuanmu yang selalu menantangku setiap ada kesempatan. Sekarang hanya ini pilihanmu dan kau akan memutuskan sekarang. Aku atau dibuang kepada para pengawalku"
Apakah dia bisa melarikan diri dari sini? Yoona ingin berteriak panik, ataukah dia harus bunuh diri saja? Tetapi Yoona yakin Sehun tidak akan membiarkannya. Oh, dengan kekejamannya mungkin Sehun akan membiarkan Yoona mati, tetapi dia akan memastikan Yoona menderita dulu sebelumnya.
"Kau," Yoona menelan suara yang dikeluarkannya dengan berat.
Ada nyala di mata Sehun, "Apa Yoona? Aku tidak mendengar"
Sehun sengaja dan Yoona menggeram marah dalam hatinya, kurang ajar lelaki itu!,"Kau, aku memilih kau"
Senyum di bibir Sehun adalah senyum kemenangan yang dingin.
"Kalau begitu, datanglah kemari kekasihku," Lelaki itu membuka tangannya, dan Yoona melangkah dengan tertahan ke arahnya. Dengan sensual, lelaki itu meraih Yoona dan mengecup bibirnya sekilas, "Bagus, jangan uji kesabaranku, aku tidak mau dilawan malam ini"
***
Sehun membaringkan Yoona ke atas ranjang. Jemarinya menyusup ke balik rok Yoona dan langsung menyentuh pusat kewanitaannya. Sentuhan itu membakar sekaligus menyejukkan dan Yoona langsung mengangkat tubuhnya penuh gairah. Sehun menundukkan kepalanya, mengecup leher dan pundak Yoona sambil menurunkan kemejanya, menikmati betapa Yoona menyerah kepada gairahnya.
"Ah sayangku, kau begitu indah," Sehun menangkup buah payudara Yoona di telapaknya, merasakan dan menikmati kelembutan itu. Lalu bibir panasnya turun dan menangkup pucuknya, melumatnya penuh gairah, membuat Yoona hampir menjerit karena siksaan kenikmatan yang berbaur menjadi satu.
Lelaki itu menurunkan rok Yoona dan mulai menyentuhnya, dimana-mana, meninggalkan gelenyar panas yang membakarnya. Jemari Sehun menyentuh pusat kewanitaannya dan Yoona merasakan dorongan yang amat sangat untuk memohon agar Sehun mau memasukinya.
Dan Sehun sudah siap, Lelaki itu terasa begitu keras dan panas di bawah sana. Yoona mendesak-desakkan tubuhnya dengan frustrasi, permohonan tanpa kata.
"Tenang sayangku," Sehun mulai terengah, menahan pinggul Yoona yang bergairah di bawahnya, "Aku akan meuaskanmu sebentar lagi"
Sehun menyentuhkan dirinya, dan langsung menggertakkan giginya, melawan dorongan kuat untuk memasuki Yoona dengan kasar. Yoona sudah sangat siap menerimanya, tetapi Sehun bertekad memperlakukannya dengan lembut, memberikan tubuhnya untuk kenikmatan Yoona.
Ketika kehangatan Sehun merasukinya, tenggelam dalam tubuhnya yang panas dan basah, Yoona mengerang dan memejamkan mata. Oh astaga! Rasanya begitu tepat, kenikmatan ini, kedekatan ini yang telah dia sangkal selama ini. Rasanya luar biasa tepatnya!
Mereka bergerak dalam alunan gairah yang keras, berusaha memuaskan gejolaknya sendiri-sendiri. Sampai akhirnya tubuh Yoona terasa melayang, mencapai puncak kenikmatannya didorong oleh rasa klimaks yang begitu dalam. Ketika mendengar erangan, Sehun mengikutinya.
Menyerah dalam orgasme bersamanya.
***
Ada yang berbeda dalam hubungan mereka. Yoona menyadari pagi itu, mengingat senyum lembut Sehun ketika Yoona terbirit-birit kembali ke kamarnya ketika hari hampir menjelang pagi. Terutama perasaan Yoona ke Sehun, ada yang berubah.
Ternyata selama ini dia juga frustrasi oleh gairah yang tertahan, sama seperti yang dirasakan Sehun. Dan ketika semalaman mereka saling memuaskan gairah masing-masing, pagi ini perasaannya luar biasa bahagia. Yoona bahkan merasa ingin bersenandung.
Pagi ini, karena Sehun biasanya sudah berangkat bekerja jam-jam segini. Yoona memutuskan untuk mengisi waktunya dengan menjelajah seluruh isi rumah. Dia memutuskan untuk menjelajahi area sayap kanan rumah yang besar itu.
Tanpa di temani siapapun, Yoona menyusuri lorong-lorong, ruangan demi ruangan, sampai akhirnya tiba di ujung lorong, dengan dinding yang sepenuhnya terbuat dari kaca, memantulkan cahaya matahari ke seluruh lorong dan pemandangan yang luar biasa indahnya di balik kaca.
Pemandangan kebun mawar berwarna merah tua yang merambat dan memenuhi taman kecil di sana. Yoona terpesona hingga hampir sesak napas. Dia berdiri cukup lama di depan taman itu, lalu kemudian mengerutkan keningnya ketika menyadari, bahwa sayap kanan rumah ini, meskipun tampak bersih dan terawat, tampaknya hampir tidak pernah digunakan.
Yoona menoleh ke kiri, dan menemukan sebuah pintu besar berwarna keemasan, dengan penuh rasa ingin tahu dia membuka handle pintu itu. Sepertinya susah dan macet, tetapi kemudian setelah Yoona mencoba beberapa kali, pintu itu terbuka dengan mudahnya, dengan suara berderit karena engsel yang sudah lama tak diminyaki.
Ruangan itu temaram, karena jendela kamarnya tertutup rapat oleh gorden, baunya pengap seperti sudah lama tidak dimasuki. Yoona meraba-raba dinding dan menemukan saklar di kamar itu, ditekannya saklar kamar itu, dan cahaya kekuningan yang lembut langsung menyinari seluruh ruangan.
Itu sebuah kamar. Kamar yang sangat feminim dengan nuansa merah muda yang lembut, hampir putih. Yoona mengitarkan pandangannya ke kamar itu dan mememukan sesuatu yang membuatnya tertegun.... Dan memucat.
Ada sebuah lukisan besar yang digantung di kamar itu. Lukisan yang sangat besar dengan bingkai keemasan yang sangat indah. Tetapi bukan besarnya lukisan itu atau indahnya bingkai itu yang membuat Yoona tertegun, tetapi orang dalam lukisan itu.
Di sana terlukis seorang perempuan yang sedang berdiri di tengah taman mawar, dengan gaun merah muda dan rambut cokelat tuanya yang panjang dan berkilau, sedang tertawa bahagia, seolah-olah perempuan itu tidak bisa menahan senyumnya kepada siapapun yang melukisnya. Perempuan itu memeluk perutnya yang sedikit buncit, sedang hamil muda.
Perempuan itu tampak penuh bahagia... penuh cinta, dan yang membuat Yoona luar biasa kagetnya, wajah perempuan itu.... Wajah perempuan itu.... Sama persis dengan wajahnya.
Oh ya Tuhan! Sama persis! Bagaikan pinang di belah dua.
Meskipun perempuan di lukisan itu tampak lebih anggun dan lebih feminim, Yoona sangat yakin bahwa selain semua alasan itu, wajah mereka berdua tampak begitu serupa! Tapi Yoona yakin itu bukan lukisan dirinya. Dia tidak pernah mengenakan gaun merah muda, dia tidak pernah dilukis di tengah taman mawar, dan yang pasti, dia tidak pernah hamil sebelumnya!
Jadi siapakah perempuan itu? Siapakah dia...?
"Seharusnya Anda tidak boleh ke area ini" Suara dingin dan tenang di belakangnya membuat Yoona terlonjak kaget. Dia menolehkan kepalanya gugup dan menemukan Xiumin berdiri di sana, menatapnya dengan tatapan dingin yang biasanya.
"Siapakah perempuan di lukisan itu Xiumin?" Xiumin melirik sekilas pada lukisan di dinding itu, Yoona merasa melihat sepercik kesedihan di sana, meskipun dia tidak yakin, karena ketika menatap Xiumin lagi, lelaki itu sudah kembali memasang ekspresi datar.
"Saya tidak bisa mengatakannya kepada Anda, Tuan Sehun akan sangat marah...."
"Kumohon," Yoona menyela dengan cepat, "Jika kau tidak mau mengatakannya kepadaku, aku akan menanyakan langsung kepada Sehun"
Wajah Xiumin mengeras, "Anda tidak boleh melakukannya, saya tidak akan membiarkannya karena itu akan menyakiti Tuan Sehun"
Perkataan Xiumin itu makin membuat Yoona penasaran. Ada apa ini sebenarnya? Apakah inilah jawaban kenapa Sehun menyekapnya selama ini? Yoona akan mengejar jawaban itu dari Xiumin, apapun yang terjadi, ditatapnya Xiumin dengan keras kepala, "Kalau begitu jelaskan padaku siapa perempuan ini, kenapa wajahnya begitu sama denganku, dan apakah ini penyebab Sehun menyekapku?"
Xiumin menghela nafas panjang, "Baik akan saya jelaskan, tetapi jangan di sini, ayo ikut saya,"
Lelaki itu membalikkan tubuhnya dan bergegas keluar dari kamar, seolah-olah berada di dalam kamar itu terasa menyesakkannya. Tiba-tiba Yoona juga merasa sesak sehingga dia langsung mengikuti langkah Xiumin keluar dari kamar itu.
***
"Perempuan itu adalah Nyonya Krystal Oh," Xiumin bergumam datar, menatap mata Yoona dalam-dalam. Mereka sekarang duduk di ruang duduk di bagian belakang rumah yang berakses langsung ke taman belakang dan dilengkapi dengan sofa-sofa cantik yang nyaman dan meja kopi yang saat ini menyediakan kopi hangat yang mengepul di meja.
Yoona mengernyit mendengar informasi itu, Krystal? Apakah dia ibu Sehun? Tetapi setahunya, ibu Sehun bernama Seohyun.
"Bukan ibu tuan Sehun," Xiumin sepertinya bisa membaca pikiran Yoona, "Nyonya Krystal Oh adalah almarhum isteri Tuan Sehun"
Yoona terperangah dan tiba-tiba merasa sesak napas, dadanya seperti dihantam oleh ribuan ton batu sehingga terasa nyeri. Isteri?? Sehun pernah punya isteri sebelumnya? Dan kenapa wajah perempuan itu sama persis dengannya?
"Tuan Sehun menikahi Nyonya Krystal ketika masih sangat muda, di Perancis ketika Tuan Sehun lulus dari kuliahnya, pada usia 20 tahun. Mereka pasangan muda yang saling mencintai. Setahu saya, Tuan Sehun sangat mencintai isterinya," Xiumin berdehem, "Saya sudah mulai bekerja kepada Tuan Sehun ketika itu...
Dulu, beliau adalah orang yang baik, sangat mudah tertawa dan ramah....tetapi....Nyonya Krystal memang berbadan lemah sejak awal, dia mempunyai penyakit jantung dengan katup yang tidak sempurna.....," Xiumin menghela nafas panjang, seolah berusaha mengumpulkan kekuatan untuk bercerita,
"Kemudian Nyonya Krystal hamil... mereka sangat bahagia sekaligus cemas... bahagia karena itu adalah anak pertama mereka, dan cemas karena itu adalah kehamilan yang sangat beresiko.......Nyonya Krystal seharusnya tidak boleh hamil karena kondisi penyakitnya, tetapi dia perempuan yang keras kepala di balik tubuhnya yang lemah...," Xiumin tanpa sadar tersenyum, melembutkan garis-garis datar di wajahnya,
"Dia bertekad untuk hamil dan melahirkan anak Tuan Sehun, meskipun semua orang menentangnya, bahkan Tuan Sehun sendiri"
"Sehun menentangnya?," Yoona membayangkan seorang perempuan dengan tubuh lemah, tetapi mampu menantang seluruh dunia demi calon anak yang dikandungnya, sungguh perempuan yang luar biasa.
"Ya, sudah pasti Tuan Sehun menentangnya, kehamilan itu berbahaya, nyawa Nyonya Krystal taruhannya," Xiumin menundukkan kepalanya sedih, "Kemudian Nyonya Krystal keguguran".
Yoona tertegun. Keguguran, jadi bayi mereka tak pernah lahir? Tiba-tiba Yoona merasa sedih mengingat senyuman Krystal di lukisan itu, senyuman seorang calon ibu yang sangat bahagia, dengan tangan memeluk perutnya seperti melindungi sang buah hati yang sedang terlelap di sana.
"Tubuh nyonya Krystal ternyata terlalu lemah untuk menumbuhkan seorang bayi dalam rahimnya, dia tidak mungkin mengandung sampai anak itu lahir....kenyataan itu menghancurkan perasaan Nyonya Krystal dan membuat kondisi fisiknya makin lemah....," Xiumin menghela nafas, "Nyonya Krystal semakin hari semakin sakit, hingga akhirnya sudah tak mampu bangun dari ranjangnya.
Di suatu pagi, Tuan Sehun menemukannya sudah meninggal dalam tidurnya"
Air mata Yoona menetes, meninggal karena patah hati. Yoona teringat kepada ibunya. Mereka berdua meninggal karena patah hati.... Tidakkah mereka menyadari bahwa mereka egois?
Meninggalkan semua beban di dunia ini dengan lepasnya, tanpa memikirkan bahwa mereka juga meninggalkan patah hati bagi siapapun yang mereka tinggalkan?
Sejak kematian Nyonya Krystal, sepuluh tahun yang lalu...Tuan Sehun berubah, dia menutup hatinya. Dan menenggelamkan diri dalam pekerjaan. Dia tidak pernah sama lagi sejak saat itu.
Yoona mengusap air matanya dan menatap Xiumin tajam. "Jadi, karena itukah Sehun menyekapku di sini? Karena wajahku sama persis dengan almarhumah isterinya?"
Xiumin menatap Yoona dalam-dalam, "Anda seharusnya tahu bahwa....."
"Xiumin!" Suara dingin Sehun dari arah pintu membuat mereka berdua menoleh. Wajah Xiumin memucat menemukan Sehun sedang berdiri di sana, berdiri bersandar di pintu dengan wajah tidak terbaca.
"Aku sebenarnya tidak ingin mengganggu kau yang sedang asyik bergosip dengan Yoona," Mata Sehun menajam, "Tetapi aku membutuhkanmu sekarang. Ada sesuatu yang perlu kita bahas"
Secepat kilat Xiumin berdiri, meskipun ada kekhawatiran yang terpancar di wajahnya, dia telah melangkahi wewenangnya dengan menceritakan tentang Nyonya Krystal kepada Yoona. Entah apa yang akan dilakukan Tuannya ini kepadanya.
Sehun bahkan sama sekali tidak menoleh ke arah Yoona, dia membalikkan badan dan membiarkan Xiumin mengikutinya.
***
Yoona termenung di kamarnya, seluruh kata-kata Xiumin terngiang di telinganya, berulang-ulang. Kisah tentang Krystal Oh yang cantik dan sempurna dan betapa Sehun mencintainya.
Jadi, selama ini dia hanya dipakai sebagai pengganti dari Krystal. Entah kenapa perasaan sedih yang samar menyeruak di dada Yoona, terasa begitu menyakitkan. Sehun menyekap dan mempertahankan dirinya di sini karena wajahnya mirip dengan Krystal. Bahkan Sehun bercinta dengannya mungkin juga sambil membayangkan Krystal.
Kemiripan wajahnya dengan almarhumah isteri Sehun-lah yang menyelamatkannya, mungkin. Kalau tidak dia sudah dibunuh dan dihancurkan oleh Sehun atas percobaannya melukai lelaki itu.
Ternyata bahkan gairah Sehun yang meluap-luap itu bukan ditujukan kepadanya. Dia hanyalah sosok pengganti dari perempuan yang benar-benar diinginkan oleh Sehun.
"Aku berani bertaruh bahwa pikiran-pikiran yang buruk sedang berkecamuk di kepalamu yang mungil itu" Karena sibuk dengan pikirannya, Yoona tidak menyadari kedatangan Sehun.
Yoona mengamati Sehun, lelaki itu tampak lelah, "Aku ingin segera keluar dari sini, setelah aku mengetahui semuanya, kau tidak berhak lagi memanfaatkanku dan menahanku di sini,"
Yoona mendongakkan dagunya dengan angkuh. Sehun melangkah mendekat, berdiri di sofa di depan Yoona duduk, dan menatap tajam, "Kupikir semalam kita sudah mencapai kesepakatan"
"Semalam terjadi karena kau mengancamku!!," Napas Yoona terengah menahan emosi, "Sekarang aku sudah kembali ke pikiran warasku"
"Tidakkah kau ingin bersamaku Yoona? Kita begitu cocok di ranjang, kau dan aku. Kita bisa menjalin hubungan yang saling menguntungkan"
"Aku menolak untuk dimanfaatkan untuk menjadi pengganti siapapun"
"Kau bukan pengganti siapapun!," Sehun menyela tampak marah.
Mereka berdiri berhadap-hadapan saling mengukur kekuatan masing-masing. Akhirnya Yoona berkata, "Aku sudah mengetahui semua kebenarannya Sehun. Aku memang bersalah mencoba mencelakaimu. Tetapi itu tidak penting lagi. Kau memang bersalah atas kematian kedua orang tuaku, dan aku berhak merasa benci dan dendam kepadamu. Tetapi kau juga sudah menyelamatkan nyawaku, jadi aku menganggap kita impas. Kalau kau melepaskanku, aku berjanji tidak akan muncul dalam kehidupanmu lagi dan tidak akan pernah berusaha mencelakaimu lagi," Yoona menatap Sehun sungguh-sungguh, "Itulah penawaran terbaik yang bisa kuberikan"
"Penawaran katamu?," Sehun mengibaskan tangannya jengkel, "Kau boleh berprasangka dengan semua kebencian tak beralasanmu itu, yang harus kau tahu, semua yang kau pikirkan di dalam kepala cantikmu itu salah"
"Aku tahu mana yang salah dan benar Sehun. Dan kali ini aku sungguh-sungguh," Yoona menatap Sehun dengan tatapan mengancam, "Pilihanmu hanya dua, melepaskanku, atau mendapati aku mati"
***
Yoona melaksanakan ancamannya. Dia mogok makan. Di hari pertama Sehun masih menganggap remeh ancaman Yoona yang kekanak-kanakan itu, dan menertawakannya.
Tetapi sekarang sudah hampir dua hari, dan Xiumin melapor bahwa Yoona sama sekali tidak menyentuh makanan dan minumannya.
"Sama sekali?," Sehun berdiri dari duduknya dan menatap Xiumin frustrasi.
"Dia sama sekali tidak menyentuh makanannya, kami meletakkan makanannya di kamar dan dia hanya tidur di sana. Ketika kami menengok nampannya, dia tidak menyentuhnya sama sekali, bahkan minumannya pun tidak disentuhnya. Anda harus melakukan sesuatu sebelum perempuan itu membahayakan dirinya sendiri," jawab Xiumin datar, meskipun ada nada khawatir di sana.
"Aku akan menengoknya"
Sehun melangkah memasuki kamar putih itu, dan menemukan Yoona terbaring lemah di ranjang. Perempuan ini benar-benar keras kepala.
"Kenapa kau tidak memakan makananmu?," Sehun mendesis menahan kemarahannya, "Apakah kau ingin membunuh dirimu sendiri?"
Yoona membalikkan badan dan menatapnya, membuat Sehun mengernyit, wajah Yoona tampak pucat dan bibirnya kering, perempuan itu juga tampak lemah.
"Kau harus memakan makananmu Yoona, kalau tidak kau akan sakit dan membahayakan dirimu sendiri"
Yoona menggelengkan kepalanya dan memalingkan wajahnya dari Sehun. Sehun mengacak rambutnya frustrasi. "Oke, Kau mau apa?! Kau ingin bebas? Baik! Kau akan dapatkan apa yang kau mau, asalkan kau mau makan!"
Pernyataan itu membuat Yoona menolehkan kepalanya lagi menatap Sehun, dia berdehem, tenggorokannya terasa kering membuatnya susah berbicara, perutnya terasa nyeri, dan kepalanya pusing, "Kau... berjanji...?," gumamnya lemah.
Sehun menatap Yoona marah, "Kau pikir aku bisa berbuat lain?? Aku berjanji, kau bisa pegang janji seorang Oh Sehun. Sekarang, biarkan aku membantumu minum!"
Sambil berdehem kembali karena tenggorokannya sakit, Yoona berusaha menantang tatapan marah Sehun dan membaca arti yang tersirat di dalamnya. Ya, Oh Sehun selalu menjunjung harga dirinya, dia tidak akan mengingkari janji. Setelah merasa yakin, Yoona menganggukkan kepalanya.
"Astaga Yoona," Sehun mendesah lega, meraih gelas air putih yang tak tersentuh, tak jauh dari ranjang, lalu duduk di samping ranjang dan membantu Yoona duduk, "Kau bisa minum?"
Yoona haus sekali, dan keinginannya yang paling besar adalah langsung minum dari gelas itu dengan sekali teguk. Ketika menerima gelas itu, Yoona langsung meneguknya dengan rakus, tetapi berhenti di tegukan pertama karena tersedak dan sakit di tenggorokannya.
"Pelan-pelan," bisik Sehun lembut, menjauhkan gelas itu dari Yoona, "Gadis keras kepala," gerutunya, lalu meneguk minuman di gelas itu, Selanjutnya yang terjadi sama sekali tidak disangka-sangka oleh Yoona. Sehun duduk menerjangnya dan melumat bibirnya, sekaligus mengalirkan air minum itu ke tenggorokannya.
Air minum itu meluncur dengan mulus ke tenggorokan Yoona, membasahinya yang kehausan. Sejenak, ketika air itu telah seluruhnya berpindah, Sehun masih bermain-main di bibir Yoona, mempermainkannya. Kemudian, sedikit terengah, Sehun melepaskan bibir Yoona, mereka duduk dengan wajah berhadapan, sangat dekat hingga napas panas mereka bersahutan.
Lalu dengan gerakan tiba-tiba Sehun menjauhkan tubuhnya dari Yoona dan menatapnya tegang, "Besok Dion akan membantu mengemasi pakaianmu dan Xiumin akan mengantarkanmu pulang"
"Aku tidak mau membawa apapun dari sini, aku datang kesini tanpa membawa apapun, dan begitupun ketika aku keluar dari sini"
Sehun mendesis tajam, "Aku memaksa, Yoona dan jangan bermain-main dengan kesabaranku"
Yoona terdiam. Sehun membebaskannya, itu sudah cukup. Dan kalau konsekwensinya Yoona harus bertoleransi dengan sikap arogan lelaki itu, mungkin itu cukup sepadan.
***
Pakaian-pakaian yang dibelikan Sehun untuknya sangat banyak hingga membutuhkan 3 koper besar untuk mengepaknya, belum lagi satu koper besar berisi perhiasan dan aksesoris seperti koleksi sepatu dan tas yang bahkan tidak sempat Yoona pakai.
Pegawai Sehun sudah mengatur barang-barang itu dengan rapi di bagasi, dan Xiumin sudah berdiri di sisi mobil, mempersilahkan Yoona masuk untuk diantar pulang. Yoona melirik ke arah rumah besar itu, Sehun tidak ada dari pagi tadi, lelaki itu pergi entah kemana tadi pagi-pagi sekali dan Yoona tidak berani bertanya kepada Xiumin.
Seharusnya Yoona berbahagia, Dahi Yoona berkerut memikirkan perasaannya. Tetapi entah kenapa dia tidak bahagia. Rasanya menyesakkan dada dan menyedihkan entah kenapa. Dan Yoona menahan diri kuat-kuat atas dorongan emosi yang membuatnya ingin menangis.
Dengan cepat, tanpa berani menoleh ke arah rumah Sehun, Yoona memasuki mobil hitam itu. Xiumin menutup pintu penumpang dan duduk di kursi supir bersama seorang pengawal lain. Pelan, mobil itu meluncur melalui taman besar di halaman Sehun dan melewati gerbang.
Detik itulah Yoona memberanikan diri menatap rumah Sehun, mungkin ini akan jadi yang terakhir kalinya. Dia menyerap pemandangan rumah itu dan mengenangnya, sampai kemudian pintu gerbang hitam yang tinggi itu tertutup, menghalangi pandangannya.
Selamat tinggal Oh Sehun. Yoona mengusap setitik air mata di sudut matanya. Setelah ini aku tidak akan memikirkanmu lagi.

Haloo, maaf ya lama ngepost, soalnya ga sempat buka wattpad hehe 😁😁 maaf kalo ada typonya

hehe🌚

JANGAN LUPA KOMEN AND VOTE YAAA 💖✨😁

sleep with the devil ;Where stories live. Discover now