ㅡ🌙4

7.8K 482 38
                                    


ini udah part 4, kalian please ya, dimohon vote di semua part. Jangan cuma read + komen doang. Dan oh iya, ada beberapa komen dari kalian yg aku hapus, karena ada akun yg nanya 'alurnya gini ya... Nanti gini ya' plis
Kalo udah pernah baca gak usah komen" lagi. Nanti ketahuan sama readers lain.
Itu aja. Happy reading!^^

==

Sudah hampir dua minggu Yoona dikurung di dalam kamar putih ini, tidak boleh keluar sama sekali. Hari-hari Yoona dilalui dengan menatap ke luar dari jendela lantai dua ke pekarangan rumah Sehun.

Yoona sudah merasa begitu muak dan frustrasi karena bosan. Setelah memaksakan kehendaknya malam itu, Sehun tidak pernah mengunjungi Yoona lagi. Mungkin dia sedang bersenang-senang dengan kekasih barunya.

Yoona mencibir, mencoba mengabaikan perasaan seperti tercubit di dadanya. Tetapi kalau memang benar begitu, kenapa Sehun tidak melepaskannya? Apakah karena lelaki itu tahu bahwa Yoona berniat membunuhnya, jadi dia menawan Yoona di sini karena menganggap Yoona ancaman yang berbahaya? Kalau begitu kenapa Sehun tidak membunuhnya sekalian?

Beberapa lama terpaku di jendela, Yoona menyadari bahwa ada kesibukan yang tidak biasa di luar sana. Beberapa mobil tampak lalu lalang keluar masuk rumah Sehun yang biasanya lengang. Sehari-hari pemandangan yang didapat Yoona hanyalah pemandangan pengawal-pengawal Sehun dan beberapa pelayan yang lewat di halaman depan rumah.

Kali ini Yoona melihat ada mobil bunga dan mobil katering. Apakah Sehun akan mengadakan pesta? Kalau iya, mungkin saja kesempatan Yoona untuk melarikan diri bisa muncul kembali.

Sedang larut dalam lamunannya, tiba-tiba pintu kamar putih membuka. Yoona bahkan tidak menolehkan kepalanya sedikitpun. Karena yang masuk ke kamar ini selalu hanya Xiumin yang mengantarkan makanan, dan pelayan yang membersihkan ruangan dan membawakan pakaian ganti untuknya – tentu saja di bawah pengawasan Xiumin.

Yoona tidak pernah berinteraksi dengan Xiumin lagi setelah kejadian kemarin, dan sepertinya lelaki itu juga tidak berniat untuk mengajaknya berbicara. Lagipula rasa bersalah yang ditanggung Yoona terlalu besar. Karena dialah Xiumin dihajar oleh Sehun, bekas-bekas hajaran itu masih ada dari memar-memar di wajah Xiumin dan hidungnya yang patah.

Setiap melihat Xiumin, Yoona disergap perasaan ngeri dan rasa bersalah yang luar biasa. Sehun mengancam akan membunuh siapapun yang lengah dan membiarkan Yoona lolos. Apakah sepadan mengorbankan satu nyawa demi meloloskan diri?

Yoona memang tidak kenal dengan Xiumin, tetapi kalau mendapatkan kebebasan dengan mengorbankan nyawa orang lain, tetap saja terasa tidak benar baginya....

"Yoona."

Itu suara Sehun. Yoona terlonjak saking kagetnya. Dia menolehkan kepalanya, dan Sehun-lah yang berdiri di tengah ruangan, lelaki itu tadi sepertinya terdiam, mengamati Yoona yang sedang melamun sambil memandang Yoona yang sedang menatap ke luar jendela.

sleep with the devil ;Where stories live. Discover now