Akhir dari penantian halal

9.2K 312 1
                                    

Hari bahagia kini tiba. Pelaminan jadi saksi, kau dan aku telah bersanding dalam ikatan yang suci. Selaksa cinta tumbuh bergelora, anugerah pencipta. Berpadu asa dalam janji, alam pun ikut berseri. Hati terus berucap rasa syukur yang tiada terkira, bertasbih memuji kuasa Ilahi, Sang pemilik cinta. Sujud syukur atas karunia. Penantian ini pun berujung sudah. Demi pemilik jiwaku ini, kujaga sepenuh cinta hingga akhir nanti."


Tak terasa sebulan telah berlalu, Allah selalu memudahkan segalanya. Setiap ada kesulitan pasti ada kemudahan. Jika Allah berkehendak, Allah meridhoi, apapun yang terasa sulit pasti ada jalan keluarnya.

Hari yang dinanti-nantinya tiba, tepat pada tanggal 02 Desember 2015 dilangsungkannya akad nikah di Masjid Az-Zikra. Sahabat-sahabat Elja ataupun Ammil datang menyaksikan acara sakral tersebut. Rifqi pun hadir bersama sang istri yang kurang baik kesehatannya karena pasca kecelakaan tiga minggu lalu. Andifa dan Azzam pun hadir. Kak gita, 'Aisyah mendampingi Elja di ruang make up. Di hari yang special ini, Eljaheedah terlihat sangat cantik dengan busana berbalutkan warna putih ke-emasan. Mas Zul, Azzam dan Kang Ori, Kak Gita, Andifa dan 'Aisyah memakai seragam khusus yang dibuat oleh Elja. Di dalam ruang make up, Elja masih tidak percaya bahwa hari ini adalah hari dimana estafet tanggungan orang tuanya beralih kepada lelaki yang akan disebutnya suami. Orang tuanya melepaskannya kepada lelaki yang dipercayainya. Amat berat memang untuk orang tua sang mempelai perempuan, namun setiap insan pasti akan mengalami hal itu turun-temurun seperti roda yang berputar.

Di ruang make up, Elja sangat tenang apalagi di temani oleh sahabat-sahabatnya. Andifa pun yang diceritakan tentang prosesnya masih tidak percaya bahwa ternyata jodoh Elja itu adalah teman kecilnya sendiri, Ammil. Lagi-lagi semua itu sudah Allah atur. Rencana Allah yang lebih indah daripada rencana hambaNya.

Di dalam masjid Az-Zikra, semua tamu undangan sudah berkumpul untuk menyaksikan akad nikah. Acara demi acara telah dilaksanakan, setelah pembacaan ayat suci beserta maknanya, mempelai perempuan keluar dari ruang make up menuju tempat ijab qobul, duduk diantara umminya, tepat dibelakang mempelai pria. Rasa haru bahagia, sedih, bercampur menjadi satu.

Tibalah saat yang ditunggu, ya saat dimana yang sudah di nanti-nanti oleh mereka berdua. Saat dimana Ammil menjabat tangan abinya Elja untuk mengucapkan kalimat sakral. Qobiltu nikaaha. Saat abi menjabat tangan Ammil, hati Elja bergetar. Abi mulai mengucapkan ijab.

"Yaa Muzzammil Azmi Ramadhan bin Yahya Abdul Qadir Jawwaz . Ankahtuka wa zawwajtuka makhthuubataka binti Syahrial Ma'arif 'alal mahri hifdzil qur'aanu kaamil wa adzhab 'ala miqdar khamsah wa tsalaatsiina gharaam haalan"

"Qobiltu nikaahahaa wa tazwiijahaa bil mahril madz-kuur haalan"

"Bagaimana saksi? Sah?"

"Sah!"

"Alhamdulillah.. Barakallahu lakaa wabaraka 'alaika wa jama'a bainakumaa fii khaiir"

Akhirnya apa yang dinantinya selama ini berlangsung dengan lancar, khidmat dan khusu', yaa, akhir dari segala penantian ini. Berbalut kasih, cinta dan ridho dariNya. Pada hari itu, semua menangis bahagia, menyaksikan dua insan yang dipersatukan karena cintaNya.

Setelah selesai menandatangani buku nikah, Ammil memasangi cincin pernikahan, disaat itu, Ammil yang tidak pernah menyentuh seorang akhawat kecuali umminya sangat grogi dan beberapa kali tangan Ammil gemetaran dan Elja salah tingkah. Para tamu undangan tertawa melihat kejadian itu. Usai memasangkan cincin, Ammil mendekati Elja, Ammil memegang ubun-ubun Elja sambil berdo'a.

ALLAHUMMA INNI AS'ALUKA MIN KHAIRIHA WA KHAIRI MA JABALTAHA 'ALAIHI. WA A'UDZUBIKA MIN SYARRIHA WA SYARRI MA JABALTAHA 'ALAIHI

DALAM PENANTIAN HALALKU (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang