Pertemuan Tak Terduga

7.3K 290 2
                                    

Ahad, 6 September 2016

08:30 Elja sudah ada di SMAN 1 Bogor. Selepas Elja menginap dari rumah Andifa, Elja tak pulang lagi kerumah. Semua pakaian yang dipakai itu hasil dipinjamkan oleh Andifa. Karena kalau pulang ke rumah dulu, rasanya tak cukup waktunya. Lebih baik menunggu daripada ditunggu.

Saat Elja menunggu, "Assalamu'alaykum, ukhti"

Elja mengarahkan pandangannya ke arah suara tersebut, menjawab salam tersebut, "Wa'alaykumussalam"

"Afwan, anti Eljaheedah kan?" tanyanya dengan seyum yang khas.

Senyum itu. Bang sofyan. Ya Allah.

Elja menatapnya, Sofyan pun heran dengan tatapannya Elja. "Ukh.. Ukh.." berusaha membuyarkan lamunannya.

Astaghfirullah. "Afwan akh, na'am. Ana Eljaheedah. Antum bang Sofyan ya? Abangnya kak Zahra?"

"Na'am ana Sofyan. Hm, afwan? Anti kok bisa tau ana abangnya Zahra?"

Elja seketika gelagapan saat dilayangkan pertanyaan seperti itu. Astaghfirullah, Elja parah. Ketahuan banget stalkingnya. Duh! Jawab apa? "Emm---anu---itu—kak Zahra itu sahabat ana satu kajian sama ana, akh. Antum kan juga sering antar jemput kak Zahra, ana juga sering main ke rumah, makanya ana tau. Bang Sofyan yang suka ngisi materi di grup Whatsapp juga kan?"

Mulut Sofyan membentuk huruf O menandakan ia mengerti jawabannya Elja. "Na'am ukh, sebentar anti yang pernah japri ana kan? Anti ada perlu apa disini?"

Elja tersipu malu."Na'am akh, afwan ya ana pernah menjapri antum. Ana mengisi keputrian disini. Antum sendiri?"

"Laa Basaa, ukh. Kalau hanya untuk bertanya atau sharing tentang ilmu ana tidak masalah. Oh, ana mengajar tahfidz ikhwan disini. Ana duluan ya ukh, murid-murid sudah menunggu"

"Tafadhol akhy.."

"Assalamu'alaykum"

"Wa'alaykumussalam" Elja tak berhenti menatap sampai punggung bang Sofyan hilang dari pandangannya.

Astaghfirullah, Elja. Zina mata hei, inget zina mata. Elja menggelengkan kepalanya. Menghembuskan nafas. Mengambil tas, langsung menuju ke kelas yang nanti ia akan mengisi keputriaan.

Semenjak pertemuan tak terduga itu, Elja menjadi gelisah. Rasanya nano-nano. Saat menyampaikan materi pun Elja seringkali salah mengutip ayat Qur'an. Hafalannya mulai goyah. Astaghfirullah, inikah yang namanya zina hati? Elja kembali mengingat hadits shahih yang di riwayatkan oleh Imam Bukhari.

Abdullah bin Abbas ra bahwa Nabi saw pernah bersabda "Sesungguhya Allah telah menetapkan zina yang tidak mustahil dialami oleh manusia .zina mata adalah melihat,zina lisan adalah berbicara,zina hati adalah berangan-angan dan berkeingnanan,kemudian kemaluan yang akan membenarkannya atau menolaknya," (HR Bukhari)

Astaghfirullahal'adzim. Elja beristighfar berulang kali. Ampuni aku Ya Rabb, jangan sampai syaithan ikut andil dalam perasaan ini. Biarkan perasaan ini mengalir sesuai kehendakMu.

"Aku harus bertemu dengan Ustadzah Fitri. Harus!!" saat Elja melangkahkan kakinya kedepan pintu gerbang. Terdengar suara klakson mobil. Elja berjalan di pinggir agar mobil itu dapat lewat. Namun, mobil itu berkali-kali mengklaksoninya. Akhirnya Elja menoleh kearah mobil tersebut. Kaca mobil itu pun dibuka dan ternyata, Sofyan!

"Ukh.. Anti mau pulang? Bareng aja yuk sama ana. Ana juga sekalian kajian di rumah anti"

"Emm.. Afwan akh, ga usah. Nanti merepotkan antum. Ana bisa sendiri kok. Lagipula ana juga mau kajian dulu di daerah Parung. Nanti antum malah telat lagi kajiannya."

"Anti yakin? Ga apa-apa anti sendirian?"

"Iya ga apa-apa, akh. Ana bisa sendiri kok"

"Oke, kalau begitu. Ana duluan ya, ukh. Fii amanillah"

"Na'am, Aamiin.."

Elja menghembuskan nafas lega. "Fuihh, akhirnya.. Untung ga terjebak sama rayuan syaithan. Alhamdulillaah.."

Di rumah ustadzah Fitri, Elja menunggu digazebo halaman belakang rumah ustadzah Fitri setelah dipersilahkan masuk oleh pembantu yang bekerja dirumah ustadzah. Sambil menunggu ustadzah Fitri yang sedang mengganti pakaiannya, seperti biasa Elja selalu melantunkan ayat cinta dariNya. Lagi dan lagi dengan suara yang merdu dan sangat teduh jika didengar. Ustadzah Fitri sejak lima menit yang lalu sudah berada disampingnya tanpa disadari. Sengaja beliau tidak mengganggu tilawah Elja. Ustadzah pun menikmati lantunan ayat cintaNya yang di bacakan oleh muridnya. Selesai tilawah, Elja menyimpan mushafnya kembali. Lalu menghadap ke kanan gazebo dan Elja terkejut karena Ustadzah Fitri sudah disampingnya. "Astaghfirullah ustadzah.. Elja kaget tau."

"Hehehe.. Afwan, El.. Saya menikmati suaramu mengaji hihi.. Ada apa nih ke rumah? Tumben deh.."

"Hehehe.. Elja mau silaturrahmi aja sama ustadzah. Udah lama ga main ke rumah ustadzah kan.."

Ustadzah Fitri memperhatikan mimik wajah Elja. Ada sesuatu yang disembunyikan dariku. "Yakin hanya mau silaturrahmi saja? Saya ga bisa di bohongi loh, El.."

"Ah, ustadzah.. Kenapa gampang banget untuk tebak diriku?"

"Dirimu mah gampang tertebak olehku, El. Apa yang terjadi dengan murid ku yang satu ini?"

"Emmm.. anu ustadzah. Aku lagi suka sama seorang ikhwan. Ikhwan itu sepertinya ga tau kalau aku suka sama beliau. Tapi aku selalu memohon yang terbaik sama Allah dan ga terlalu berharap selain dipilihkan yang terbaik. Lalu.."

Ustadzah Fitri masih mendengarkan cerita Elja. "Laluu... tadi saat Elja mengisi keputriaan di SMAN 1 Bogor. Elja bertemu dengan ikhwan itu, ustadzah. Beliau menyapa Elja sampai-sampai Elja terbuai dibuatnya, ustadzah.." tak terasa air mata Elja mulai membasahi cadarnya. Iya, Elja mengerti. Tidak seharusnya Elja seperti itu.

Ustadzah Fitri merangkul dan mengusap bahunya Elja. Memberikan kekuataan untuk Elja. "Cup.. cup.. cup.. Lalu, bagaimana lagi, El?"

"Se—pulang isi materi, beliau mengajak pulang bareng, ustadzah. Karena beliau mau kajian dirumah Elja. Tapi, Elja menolaknya karena Elja ga mau terjerumus lebih dalam lagi dalam kemaksiatan, ustadzah. Elja sedih. Elja takut. Elja bingung dan Elja membenci diri Elja sendiri, ustadzah" isak tangis Elja semakin kuat.

"Stttttt... Elja sayang, yang Elja lakukan itu sudah sangat luar biasa sayang. Elja menolaknya dengan tegas karena Elja tak mau terjerumus lebih dalam lagi ke jurang maksiat. Namun, harus kamu ingat ya, sayang.. Zina itu bukan hanya dengan kontak fisik. Memikirkannya pun termasuk zina. Hati-hati sayang, perasaan itu yang paling mudah untuk ditunggangi syaithan dalam diri kita. Tapi tidak bisa disalahkan juga perasaanmu itu sayang, karena perasaan adalah fitrah dari Allah. Kamu tahu? Cinta itu anugerah terbesar pemberiaan dari Allah. Semua yang kamu rasakan saat ini ya adalah anugerah untukmu, sayang.. tapi bisa jadi ini adalah ujian buat kamu. Saat Allah hadirkan sosok hambaNya dalam hatimu, apakah kamu masih taat padaNya? Sudahlah sayang.. Tak usah terlalu bersedih hati, ya. Kamu tahu apa yang kamu harus lakukan sekarang kan? "

Elja menggelengkan kepala. Masih ada yang mengganjal dihati. Ustadzah Fitri tersenyum melihat muridnya yang sedang falling in love.

"Sekarang Elja pulang. Elja mohon dipilihkan yang terbaik dari Allah. Lepaskan semuanya, biarkan Allah yang memilihkan. Elja percayakan semuanya pada Allah. Karena Allah Maha Mengetahui yang tidak diketahui oleh hambaNya. Pasrah. Perbaiki diri kembali. Percayakan pada Allah, ya sayang"

Elja menarik nafas dan tersenyum.

"Kalau ustadzah boleh tahu memangnya ikhwan itu siapa sih, El?"

"Perasaan yang kamu rasakan saat ini adalah anugerah yang harus kamu syukuri karena itu merupakan fitrahnya sebagai manusia. Namun, kamu pun harus tahu batasan-batasannya. Bisa jadi perasaan yang kamu rasakan tersebut adalah ujian dari Allah tuk mengukur ketaatan kita sebagai hambaNya saat Allah hadirkan sosok hambaNya didalam hatimu"

DALAM PENANTIAN HALALKU (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang