Kenapa dia?

7.4K 296 0
                                    

Sepanjang perjalanan pulang, Elja lebih banyak diam. Andifa yang melihat sahabatnya ini membiarkannya untuk menenangkan fikirannya. Mungkin Elja masih kaget dengan yang terjadi pada dirinya. Biarkan Elja berfikir dan menimbangkan segala sesuatunya. Andifa mengelus-elus pundak Elja. Andifa yakin, Elja akhwat yang kuat, dewasa dan mampu melewati semuanya.

Sesampainya dirumah Andifa,

"Ana anterin anti sampai sini saja ya, Dif. Ana langsung pulang. Udah sore banget"

"Eh kok gitu? Ga shalat ashar dulu, Ja? Tadi kan kita belum asharan, Ja. Shalat ashar dulu, minum dulu, Ja"

"Hmm.. Ya udah, ana shalat ashar disini dulu, Dif"

"Yuk masuk.." Andifa menggandeng Elja memasuki pintu gerbang rumahnya.

"Assalamu'alaykum" mereka berdua mengucapkannya dengan kompak. Andifa membuka pintu rumahnya. Mencari sang suaminya. Ke ruang tengah, ruang keluarga dan ternyata sang kekasih yang dicari-cari berada di taman rumahnya. Bersama seorang lelaki. Siapa? Ya, sudah pasti itu bang Rifqi, abangnya mas Azzam.

Dilihatnya lelaki yang sedang bersama suami sahabatnya, Elja langsung mencekram pergelangan tangan Andifa dengan kuat. Takut. Khawatir. Ga mau ketahuan kalau dia sedang berada disini. Andifa mengerti kegelisahan sahabatnya, ia menyuruh Elja untuk ke kamar tamu. Sementara Andifa menemui suami dan abang iparnya yang sedang santai sambil mengopi.

"Assalamu'alaykum, mas, bang.."

Keduanya menoleh ke asal suara dan menjawab salamnya serempak. Andifa mencium tangan suaminya dan duduk disamping suaminya.

"Sudah pulang, sayang?"

"Sudah, mas. Buktinya aku sudah ada didepanmu.." jawab Andifa dengan senyum termanisnya.

Diusap kepala istrinya, "katanya dianterin Eljaheedah. Kok kamu sendirian?"

"Dianterin kok sama Elja. Eljanya langsung ke kamar tamu, langsung shalat ashar. Oh iya, mas.. aku juga mau shalat ashar dulu ya hehe tadi pas adzan ashar kita masih dijalan. Aku ke kamar tamu dulu ya, mau shalat ashar abis itu temuin Elja" Andifa bangkit dari duduknya. Saat mau keluar pintu taman, tiba-tiba Andifa teringat dengan kejadian di Adz-Dzikir. "Oh iya, bang Rifqi.. masih lama disini kan? Abis Andifa ngobrol sama Elja ada yang mau Andifa bicarain sama abang dan mas Azzam. Penting"

Rifqi tersenyum dan mengacungkan jempolnya.

Di kamar tamu Andifa,

Lagi-lagi gadis itu sedang melantunkan ayat cintaNya dengan suara yang teduh dan merdu. Ah, begitu tartil bacaannya. Andifa iri akannya, ya iri karena belum terlalu tartil dalam mengucapkan ayat-ayat cintaNya. Dan lagi-lagi gadis itu menangis setiap melantunkan ayat cintaNya. Entah apa yang selalu membuatnya menangis setiap membacakan satu persatu surat-surat cinta dariNya.

"Shodaqallahul'adzhim.." seperti biasa setelah melantunkan ayat suciNya Elja selalu mencium mushafnya. Melepas mukenah dan menaruh Al-Qur'annya didalam tasnya.

"Sudah selesai tilawahnya, Ja?"

Elja menoleh. "Eh, Dif.. Alhamdulillah sudah. Ana jadi lebih lega, Dif"

"Alhamdulillah.. kalau gitu ana shalat dulu, Ja"

"Oke, Dif.." Elja berpindah ke sofa didalam kamar tamu. Sambil menunggu Andifa shalat Elja membaca majalah yang ada disamping sofa.

Seusai shalat, Difa menghampiri Elja. "Kamu mau minum apa, Ja? Smoothies oreo? Orange juice? Ice cream?"

"Ga usah repot-repot, Dif.. Ana sebentar lagi juga pulang kok"

"Mmm, Ja.. kamu nginep disini ya? Ana lagi butuh temen cerita nih. Nanti ana yang izin sama ummi dan abi deh, ya ya ya, Ja??"

"Dif, besok siang ana isi kajian di SMAN 1 Bogor"

DALAM PENANTIAN HALALKU (TAMAT)Where stories live. Discover now