The Emotion

983 98 14
                                    

Dengan gontai, Kris melangkahkan kaki menuju lokernya di lantai satu. Seragamnya tampak basah. Ya, bagaimana tidak? Ia terpaksa membasahinya dengan air supaya cairan cola kecoklatan tadi menghilang.

Kris mendengus pelan. Masih kesal rupanya dengan tingkah Chanyeol. Usaha melampiaskan emosi dengan berteriak sekencang mungkin dan menendang barang-barang di atap tak bisa menghapus rasa jengkelnya. Ya, meskipun sejujurnya sudah jauh lebih berkurang—sedikit lebih tenang. Namun, satu keputusan bulat sudah diambil Kris. Ia bersumpah tidak akan pernah berhubungan dengan makhluk bernama Park Chanyeol. Tak akan pernah ia menanggapi apa pun yang dilakukan pemuda bodoh itu. Tidak. Tidak akan lagi. Selamanya. Ia bersumpah.

Pemuda tampan bersurai pirang itu bermaksud mengambil blazer yang disimpan di loker—untuk menutupi seragam basahnya—kala matanya mendadak terpaku. Sebuah tas kertas tergantung di kenop pintu loker. Benda itu jelas bukan milik Kris.

'Milik siapa ini? Mengapa tergantung di sini?' pikir Kris heran. Sungguh, ia tak mengerti siapa yang meletakkan benda itu di sana.

Dengan ragu, Kris mengambil tas kertas yang cukup besar itu dan mengintip apa isinya. Keningnya mengernyit mendapati benda-benda dalam tas. Sebuah atasan seragam sekolah, sama seperti yang dipakainya sekarang—namun jelas dalam kondisi kering—, sekotak tisu, dan setangkai bunga ungu. Satu tangkai batang dengan bunga kecil yang tumbuh saling berdekatan—bergerombol.

Purple Hyacinth—Hyacinth ungu. Bunga mungil beraroma manis. Bunga lambang permintaan maaf.

Kris tak perlu lagi membuka buku yang dipinjamnya beberapa hari lalu. Ia telah membaca dan menghafal isinya. Well, ternyata tak buruk juga isi buku itu. Ilmu tentang bunga ternyata cukup menarik untuk dipelajari. Begitu juga dengan fakta menarik bahwa setiap bunga—dan tumbuhan—punya makna tersendiri.

Mencermati benda-benda dalam tas, Kris tak perlu berpikir lama untuk tahu siapa yang memberikan semua itu. Siapa lagi kalau bukan makhluk bernama Park Chanyeol. Itu pasti dia. Kris tak mungkin salah.

Kris menjatuhkan tas dari Chanyeol dengan kasar ke lantai.

Tidak. Ia tak ingin lagi berhubungan dengan Chanyeol. Tidak lagi. Kris tak perlu menanggapi tingkah, perkataan atau pun menerima benda-benda dari pemuda konyol itu lagi. Tidak akan lagi. Titik.

Segera, Kris membuka loker, mengambil blazer dan memakainya. Setelah mengunci loker, pemuda bertubuh jangkung itu segera mengarah ke ruang guru. Kris berniat menemui Mr. Kim untuk meminta tambahan waktu untuk menyelesaikan hukumannya. Tentu saja, ia belum bisa menulis ulang seluruh jawaban. Kris masih harus mengikuti pelajaran lain, kan? Sebagai siswa yang berprestasi di bidang akademis, ia tak mau kehilangan sedetik pun waktu untuk mendapat ilmu baru—dari berbagai pelajaran. Karena alasan itulah, Kris berniat meminta perpanjangan waktu untuk mengerjakan hukumannya.

~ . ~

~ . ~

"Alasan apa yang harus kuberikan pada Mr. Kim? Haruskah aku memberitahu apa yang terjadi sebenarnya? Tapi, apa Mr. Kim akan percaya kalau lembar jawabku basah karena cola pemberian Park Chanyeol? Aish, pasti Mr. Kim tak akan percaya," gumam Kris. Pemuda bertubuh jangkung ini tengah memikirkan alasan pada guru matematikanya itu.

Kesal karena tak yakin dengan alasan yang akan dikatakan, Kris mengacak surai pirangnya kasar. Berbicara tentang rambut pirang Kris, ia beruntung sekolah di XOXO High School. Sekolah itu memang tak terlalu membatasi penampilan siswa-siswinya. Hal yang perlu dilakukan hanyalah datang dengan seragam sekolah, mematuhi aturan, dan mampu berprestasi. Itu saja. Tak lebih.

Kris sudah nyaris sampai di ruang guru, namun ia belum tahu bagaimana harus berbicara dengan Mr. Kim. Ia baru saja akan masuk, saat mata elangnya mendapati Park Chanyeol berdiri di hadapan sang guru matematika. Dengan segera, ia menyembunyikan diri sehingga tak akan tampak dari dalam. Didekatkan telinganya pada sebuah jendela supaya ia bisa mencuri dengar dan sedikit mengintip. Sungguh, ia penasaran apa yang dibicarakan Mr. Kim dan si bocah menyebalkan itu. Apa Chanyeol membuat masalah lagi?

God who Falls in Love [END]Where stories live. Discover now