Being a Stalker

1.2K 133 12
                                    

Tubuh kecil yang sudah sejak semalam ditelan selimut itu menggeliat. Perlu beberapa menit bagi Baekhyun untuk melempar selimutnya dan memperlihatkan balutan piyama bermotif lucu. Lihatlah, gambar anjing-anjing kecil memenuhi piyama berwarna putih itu. Imut sekali.

Namun, pemuda bertubuh mungil itu ternyata masih betah berbaring. Dalam posisi meringkuk, ia buka matanya. Ia menguap sambil mencoba memfokuskan pandangan kaburnya pada jam di dinding. Sudah jam 6 pagi, rupanya.

Ia tutup matanya lagi sambil menguap. Air mata muncul—tentu karena efek mengantuk. Setelah beberapa saat bertahan pada posisi itu, Baekhyun memaksa diri untuk bangun. Diangkat tubuhnya, namun tetap bertahan dalam posisi duduk di atas ranjang. Berulangkali ia kerjapkan mata yang tergolong indah untuk seorang laki-laki.

"Oahm—" Uapan lagi. Entah sudah berapa kali ia menguap sejak mencoba bangun dari tidurnya.

Baekhyun menggaruk-garuk kepalanya yang mendadak gatal. Kemudian, ia berdiri sembari merapikan tempat tidurnya yang lagi-lagi dipenuhi dengan corak dan ornamen anjing. Memang, semua hal di kamar Baekhyun bertemakan dengan anjing—dinding, lantai, perabotan, hiasan, pernak-pernik, bahkan pakaiannya. Ah, jangan lupakan koleksi boxernya. Pengawal Chanyeol ini memang pecinta anjing. Jadi, jangan kaget, jika ada segala sesuatu yang berhubungan hewan itu, pasti akan dibeli dan dijadikan koleksi.

Dengan gontai, Baekhyun meninggalkan kamar. Matanya terpejam, namun ia tetap berjalan. Sungguh mirip dengan seorang yang berjalan saat tidur. Ia benar-benar tampak lucu dan menggemaskan. Kecuali, jika saat ia marah dan menebarkan senyum penuh artinya ke mana-mana. Saat Baekhyun dalam kondisi saat itu, lebih baik orang lari sejauh mungkin untuk bersembunyi dan menyelamaatkan diri.

Ia terus saja melangkah hingga akhirnya, berhenti di depan pintu sebuah kamar. Sebuah kamar dengan pintu bertuliskan Park Chanyeol, the Handsome God. Melihat tulisan itu, Baekhyun mendecih tanpa minat, lalu mengetuk pelan pintu. "Park Chanyeol, keluarlah dari kamarmu! Kau tidak boleh tidur, kau tahu? Kalau aku mendapati kau menutup mata, bersiaplah mati, Park Chanyeol!" Sebuah ancaman ternyata mengikuti.

Tak ada sahutan. Tak ada pula pintu terbuka. Kening Baekhyun berkerut.

Dibukanya pintu kamar Chanyeol, namun tak ditemukannya sosok bertubuh jangkung itu di kamarnya. Pemuda bersurai hitam itu hanya menelengkan kepala. Sungguh aneh. Di mana Chanyeol? Biasanya, Chanyeol akan sibuk melakukan sesuatu di kamar untuk meredakan rasa bosan karena tak boleh tidur. Namun, kali ini, dewa itu tak ada di kamar sama sekali. Jika dilihat, kamar Chanyeol bahkan tak tampak terjamah apapun sejak semalam.

Baekhyun menutup kamar sang Dewa. Pertanyaan tentang di mana gerangan Chanyeol berada memenuhi benaknya. Namun, ia mengabaikan untuk sementara. Segera, ia melangkah ke arah ruang makan. Ia membuka kulkas, mengambil segelas susu dan meminumnya dengan cepat. Susu dingin itu cukup efektif membantunya untuk benar-benar sadar dan membuka mata.

Perlahan, ia tutup pintu kulkas sambil mengedarkan pandangannya ke sekitar berharap bisa menemukan sosok dewa yang mulai malas menjalankan tugasnya dengan benar belakangan ini. Nihil. Tak ada tanda-tanda keberadaan Chanyeol.

Mata Baekhyun akhirnya terfokus pada sebuah memo yang tertempel pada pintu kulkas.

Aku pergi duluan. Sudah kumasakkan bubur untuk sarapan pagi. Dijamin enak dan tak akan membunuhmu. Hehe. Aku harus mengejar buruanku.

-With Love, Park Chanyeol, si Dewa yang tampan-

Kernyitan tampak di kening Baekhyun sesaat ia membaca memo di sticky note kuning itu. Segera, ia ambil cermin kecil di saku piyama dan fokus melihat sesuatu yang tampak.

God who Falls in Love [END]Where stories live. Discover now