[7] - Decision

1.7K 193 13
                                    

Ego Prilly ingin sekali menghancurkan Ali tapi tidak dengan hatinya. Hati Prilly seolah berbisik agar dirinya tak berbuat suatu hal yang lebih buruk lagi.

Ada apa dengan hati cewek itu?

Yang jelas, beberapa hari ini saat Prilly selalu mencoba mencari perhatian dari Ali dia selalu merasakan getaran di hatinya, getaran yang sampai hari ini masih tetap terasa saat berdekatan dengan Ali. Bahkan frekuensi getaran itu terasa lebih besar dari sebelumnya.

Jika sebagian orang menyebut itu sebagai tanda jatuh cinta apakah Prilly juga berpendapat seperti itu.

"Prill?"

"Ya," jawab Prilly sambil menoleh ke arah suara yang memanggilnya.

Ali. Cowok itu berdiri dengan membawa bola basket di tangannya dan tadi memanggilnya. Hal yang tidak biasa menurut Prilly. Tumben sekali.

"Mau main basket sama gue?" tawar Ali sambil memainkan bola basket di tangannya.

"Boleh. Siapa takut." Prilly berjalan ke tengah lapangan untuk menghampiri Ali.

"Pake sanksi apa enggak nih?" tanya Ali yang membuat Prilly sedikit berpikir, bingung.

"Oke. Kalo lo kalah, lo harus belajar bareng sama gue sampai ujian selesai bahkan sampai kita ngerjain skripsi dan gue boleh pinjem semua buku lo, termasuk buku catatan. Deal?" balas Prilly yang langsung di angguki oleh Ali.

"Kalo lo yang kalah, lo harus bantuin gue." Ali menggantungkan kalimatnya. "Bantuin gue buat jadi kaya orang-orang normal lainnya. Bantu gue lepas dari phobia," ucap Ali tersenyum miris.

"Jatuhnya ini kaya taruhan anjir," gumam Prilly.

"Gimana? Deal?"

"Siapa takut. Deal!"

Ali melemparkan bola basket ke Prilly, dia membiarkan cewek itu duluan karena Ali yakin Prilly tak sehebat dirinya bila bermain basket.

Ali mulai berlari dan merebut bola itu dari Prilly hingga dia bisa memasukannya ke dalam ring basket. Ali unggul sekarang, gak tahu nanti.

Prilly mulai menghalangi jalan Ali dan merebut bola basket itu. Ali kembali merebutnya sampai dia bisa mendapat satu score lagi.

"Lanjut apa udahan nih?" kata Ali dengan nada remehnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lanjut apa udahan nih?" kata Ali dengan nada remehnya.

Prilly masih mengatur napas. Ternyata mengalahkan Ali susah juga.

Prilly memang dulu suka dengan olahraga, tapi dia lebih ke permainan bola voli daripada basket. Bahkan dia dulu pernah mengikuti lomba untuk mewakili sekolah.

Ali memantulkan bola basket beberapa kali. Menunggu gadis di hadapannya mulai siap untuk bermain basket dengannya lagi.

"Satu... dua... tiga!"

DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang