3

22.1K 1K 15
                                    

Lea's pov

Hari ini adalah hari pertamaku bekerja di Cafe' Oleiner. Aku harus segera bersiap - siap, jika tidak aku akan terlambat di hari pertamaku bekerja, dan itu sama sekali tidak sopan. Seperti sekarang, saat Bu Nada sudah menelponku.

"Lea, kamu sekarang ada dimana?" Suara Bu Nada yang terdengar cukup keras, dan aku tahu jika kondisi Café sangatlah ramai.

Dengan tergesa, aku mulai menjawab. "Ini Bu, saya lagi siap - siap kok, 15 menit lagi saya sampai kok Bu. Tunggu sebentar ya Bu."

"Ya sudah, seragam kamu sudah ada di dalam loker nomer 20, saat kamu sampai nanti langsung saja pakai seragam kamu, mengerti?! Disini sudah cukup ramai, soalnya."

"Mengerti bu. Baik, saya otw." Aku mengangguk tanpa sadar.

"Ya sudah saya tunggu."

"Baik bu."

Dengan segera ku masukkan Hp ku ke dalam saku celana jeansku. Aku pun memakai sepatu yang berwarna abu - abu kesayanganku dan juga jaket bulu yang cukup tebal. Karena menurut prediksi cuaca, hari ini akan sangat dingin.

Jadi, aku pun memakai jaket bulu ini, dan mengurai rambutku. Aku pun keluar dari rumah dan mengunci pintu rumah. Kunci rumah, ku letakkan di bagian belakang pot tanaman yang tepat ada di depan pintu.

Aku pun segera menaiki bus yang sudah berhenti tepat di depan halte. Walau berdesakkan aku tidak peduli asal aku bisa sampai dengan tepat waktu di Cafe'.

Author pov

Lea pun bergegas turun dari dalam bus, dan berlari memasuki Cafe'. Terlihat Bu Nada yang sedang menunggunya dengan senyuman maklum menghiasi wajahnya.

"Maaf bu." ucap Lea sambil menundukkan kepalanya. Dia terengah - engah karena berlari.

"Gak apa - apa, tapi lain kali kamu jangan sampai telat lagi. Oh ya ini kunci loker kamu. Cepat ganti baju dan bantu yang lainnya," jawab Bu Nada sambil memberikan sebuah kunci kepada Lea.

"Terima kasih bu, permisi." ucap Lea sambil memasuki ruangan yang penuh loker para pekerja.

Lea pun mengganti pakaiannya dengan seragam yang sudah disiapkan oleh Bu Nada. Rok berwarna cokelat di atas paha, sebuah celemek berwarna putih, kemeja lengan pendek berwarna cokelat muda.

Tidak lupa Lea pun mengikat tinggi rambutnya, dan di tambah dengan make up tipis.

Lea pun berjalan keluar dari ruangan dan mulai melayani banyak pesanan. Sudah hampir satu jam dia berkutat dengan banyak pesanan, hingga datang - lah seorang pelanggan pria tampan, tinggi, tegap, menggunakan setelan jas lengkap, dan juga sebuah kacamata hitam menghiasi matanya.

Tapi, tidak membuat Lea merasa kagum sedikit pun, bagi Lea, pria yang paling tampan adalah papanya dan juga kakaknya, yaitu Oza.

"Selamat datang di Café Oleiner. Mau pesan apa tuan?" tanya Lea tepat berada di depan meja pria yang tadi.

"Satu kopi cappuccino di tambah es batu kalau bisa." jawab pria itu tanpa melepaskan pandangannya dari Lea.

"Baiklah, tunggu 15 menit lagi ya tuan. Permisi." ucap Lea sambil berjalan memberikan pesanan kepada Zaid, chef di cafe' itu.

Setelah kopi pesanan sudah jadi, Lea pun segera memberikan pesanan itu kepada pria tadi. Masih dengan senyuman, Lea memberikannya kepada pria itu.

Tiba - tiba Bu Nada keluar dari ruangannya dan menghampiri pria itu sesaat setelah Lea kembali di posisinya.

"Tuan Hanzel, selamat datang. Saya kira anda tidak jadi datang." ucap Bu Nada sambil tersenyum kecil.

"Aku tidak pernah melanggar janjiku kepada siapapun. Oh ya, apa gadis itu adalah pekerja baru disini?" tanya pria itu yang diketahui bernama Hanzel dengan nada yang dingin dan juga serak.

"Iya tuan dia baru bekerja hari ini. Namanya Leana Andara." jawab bu Nada sambil menolehkan kepalanya ke arah Lea yang sedang mengantar pesanan kepada pelanggan lainnya.

"Hmm... Baiklah aku harus segera pergi. Besok aku akan ada rapat, aku harap besok gadis itu masih disini." ucap Hanzel sambil meletakkan dua lembar uang seratus ribu di atas meja. Tanpa menyentuh kopinya sedikit pun.

Hanzel berjalan perlahan menuju pintu keluar tanpa melepaskan pandangannya dari Lea yang sedang tersenyum melihat tingkah Zaid yang sedang menggodanya.

"Sampai jumpa tuan, semoga anda merasa nyaman disini. Silahkan datang kembali." ucap Lea saat menyadari Hanzel yang akan keluar dari cafe' itu.

Dan Hanzel hanya menjawabnya dengan anggukan kecil dan berjalan tergesa - gesa memasuki mobilnya. Hanzel mengendari mobilnya dengan kecepatan sedang.

"Aku menemukanmu. Aku sudah menemukanmu, dan tidak akan aku biarkan orang lain memilikimu..." gumam Hanzel dengan senyum liciknya menatap jalan yang ada di depannya.

Lea's pov

Hffttt...
Rasanya badanku pegal semua. Aku tidak menyangka bahwa hari pertamaku bekerja akan melayani banyak pelanggan. Astaga, bahkan saat istirahat tadi aku hanya bisa meminum kopi buatan Zaid, teman baruku dicafe', dia seorang chef disini.

Omong - omong soal satu pelanggan, aku merasa sangat risih saat tuan itu terus menatapku. Tidak hanya risih aku juga merasa sangat takut. Tatapannya tajam dan juga mengintimidasi.

Sudahlah, sekarang Zaid akan mengantarkan aku pulang, walau sebenarnya aku sudah sempat menolak, tapi sebagai tanda pertemanan, Zaid memaksa untuk mengantarkanku pulang.

Sampai di rumah aku melihat Kak Oza sedang duduk di teras, aku yakin kakak pasti sedang menungguku. Zaid pun langsung pamit pulang, dan aku berjalan ke arah Kak Oza yang sedang menutup matanya.

Apa kakak tertidur? Pikirku.

"Kakak..." panggilku sambil menggoyang - goyangkan tubuhnya.

"Hmm.. Adek, kamu sudah pulang? Kakak nungguin kamu lho dari tadi." ucap Kak Oza sambil mencium pipiku.

"Iya, tadi Lea di antar teman pulang. Ayo kak masuk, kita istirahat. Kakak udah makan kan?" tanyaku sambil menutup pintu rumah.

"Sudah kok, kamu?"

"Sudah juga, kalau begitu aku istirahat dulu ya kak. Dah! Good night!" ucapku sambil memeluk erat tubuh Kak Oza dan berjalan menuju kamar.

Aku pun segera mengganti pakaianku, dan menutupi tubuhku dengan selimut tebal dan pergi menuju dunia mimpiku.

You're Mine ✔️ {TERBIT}Where stories live. Discover now