Satu jam kemudian. Waktu telah menunjukan pukul 01.00 dini hari. Tetapi Satoru masih tidak bisa tidur dan lebih memilih membaca buku sambil menanti kantuk yang tidak kunjung datang. Ia sedikit merasa bersalah karena telah berkata kasar pada Nagisa, dan membuatnya menagis. Tapi dia juga tidak ingin meminta maaf, karena merasa semua itu bukan kesalahannya.
Berdebat dengan batinya beberapa saat, akhirnya Satoru menyerah dan mencoba menemui Nagisa diruang tengah.
Dugaannya ternyata seratus persen benar. Nagisa telah pulas di hadapan laptop yang masih menyala. Pekerjakan Nagisa masih kurang 40 % dari yang seharusnya ia selsesaikan. Tidak tega dengan kondisi sahabatnya, Satoru segera mengangkat Nagisa bride style dan membaringkan di kamarnya.
Satoru kembali ke ruang tengah dan meneruskan pekerjaan Nagisa. Jam telah menujukan pukul 03.00 ketika Satoru menekan Ctrl+S kemudian mematikan laptop. Waktu yang cukup singkat untuk menyelesaikan sebuah laporan rumit. Tapi seperti kata pepatah, tidak ada yang tidak mungkin bagi Hasegawa.
Kembali dalam kamar remang yang ditempati Nagisa. Satoru berjalan perlahan menuju ranjang dan merebahkan diri pada ruang kosong di samping sahabatnya. Sejenak memperhatikan Nagisa yang telah terbuai alam mimpi, kemudian Satoru memutuskan untuk menyusulnya.
Dilarang copy fic ini
Pukul 7 pagi, terbagun dengan rasa kantuk dan kepala berdenyut karena kurang tidur. Satoru melihat Nagisa yang masih tertidur dalam damai tidak tega untuk membangunkan. Ia memutuskan untuk mandi terlebih dahulu sebelum membangnkan sahabatnya.
Setelah seluruh ritual pagi harinya selesai. Satoru yang telah berbaju rapi dan wangi, bergerak mendekati Nagisa.
"Nagisa! Bangun! sudah pukul 07.30. Hey BANGUN!" Kata Satoru keras, karena hanya sedikit sekali respon yang ia terima saat membangukan kerbau tidur satu ini.
"Engh..." Nagisa mulai terbagaun dan memulai gerakan perenggangan.
Teng—
Lagi-lagi pusing dan mual pagi hari Nagisa menyerang. Bahkan sebelum ia sempat membuka matanya. Nagisa bermaksud lari menuju kamar mandi.
DUAK...
Suara keras tabrakan antara kepala dan tembok membuat Satoru mengernyit sakit. Rupanya Nagisa mengira saat ini ia masih berada di apartemen miliknya, dan kamar mandi hanya berjarak beberapa langkah di sebelah kiri, malah berujung menabrak tembok kamar Satoru dengan keras dan pingsan ditempat.
Melihat cara pingsan Nagisa yang jauh dari kata elit. Membuat Satoru ingin tertawa sekaligus cemas. Segera ia menghampiri Nagisa untuk lagi-lagi menggendongnya menuju kasur. Sekarang ia benar-benar cemas. Kondisi Nagisa jauh dari kata baik-baik saja. Tubuhnya panas, wajahnya pucat, dan keringat dingin membanjirinya.
Satoru berteriak memanggil Tori yang merupakan kepala pelayan dalam kediaman Hasegawa, meminta padanya untuk membawakan air hangat dan selimut tambahan. Kemudian menekan nomor dokter pribadi keluarga untuk segera datang kerumah.
Beberapa menit kemudian dokter datang dan segera menangani Nagisa. Morinaga adalah seorang dokter professional yang bekerja di rumah sakit milik keluarga Hasegawa.
Setelah memeriksa Nagisa dengan pemeriksaan dasar, dan memberikannya bebeberapa suntikan obat. Morinaga menemui Satoru untuk membicarakan perihal apa yang terjadi pada pasiennya tersebut.
"Untuk diagnosa awal mungkin hanya gejala kelelahan dan stres. Kalau demamnya tidak kunjung turun sebaiknya dilakukan pemeriksaan lanjutan. Apa dia sering sakit seperti ini Satoru?" Tanya Morinaga menggunakan bahasa non formal pada Satoru. Wanita 45 tahun itu telah mengabdi pada Hasegawa bahkan sebelum Satoru lahir. Hingga membuat hubungan antara keduanya terlihat lebih seperti seorang nenek pada cucunya.
VOCÊ ESTÁ LENDO
Apapun Dirimu (TAMAT)
RomanceCACAT FISIK apa yang membuatmu DIBENCI oleh semua orang? . -Bagaimana dengan cacat klamin. Satu orang memiliki dua jenis klamin dalam satu tubuh. Karena cacatku ini, semua orang menganggapku menjijikan. Bahkan tidak berani membaca cerita ini. . Ter...
Apapun Dirimu 2
Começar do início
