01. Tikus dan Kucing.

5.8K 371 266
                                    

Sebuah Ninja 250 FI berwarna hijau melaju kencang di antara hiruk-pikuk padatnya jalanan Jakarta, menyalip satu persatu kendaraan lainnya yang menghalangi jalannya

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.

Sebuah Ninja 250 FI berwarna hijau melaju kencang di antara hiruk-pikuk padatnya jalanan Jakarta, menyalip satu persatu kendaraan lainnya yang menghalangi jalannya. Motor itu terus melaju kencang seperti dikejar waktu yang terus memburunya.

Dan memang benar, sang pengemudi motor bernama Arion Keiver Zaidan itu memang sedang dikejar waktu. Dia terlambat. Sangat terlambat untuk berangkat ke sekolah saat jam tangannya menunjukkan pukul 07.28. Rio menghentikan motornya saat sudah sampai di depan gerbang sekolahnya.

"Sial!!" Umpatan itu lolos dari bibirnya, saat pintu gerbang sekolahnya telah tertutup dengan sempurna. Berdiri dengan kokoh seolah menghalangi Rio untuk masuk lebih dalam.

Rio menatap pintu gerbang itu sinis. Entahlah, ia merasa pintu gerbang itu seperti sedang mengejeknya. Pintu gerbang itu seolah-olah berkata, "Aku tidak akan membiarkanmu masuk. Kamu sudah terlambat, kamu melanggar peraturan sekolah ini. Sebaiknya kamu pergi dari sini!"

Sepertinya ia mulai gila. Bagaimana mungkin pintu gerbang itu mengejeknya dan berbicara. Pintu gerbang itu 'kan benda mati. Rio menggeleng-gelengkan kepala merutuki kebodohannya. Ia kemudian melajukan motornya pelan ke sebuah warung bakso yang tak jauh dari sekolahnya.

Rio memarkirkan motor sport kesayangannya di tempat parkir yang disediakan Pak Somad untuk pembeli baksonya, kemudian melepaskan helm full face yang di pakainya dan menaruhnya di badan motor. Rio beranjak turun dari motornya lalu menghampiri Mang Somad yang sedang mengelap meja.

"Terlambat lagi?" ucap Mang Somad yang tahu dengan kehadiran Rio yang bahkan belum sampai di hadapannya. Rio hanya cengengesan nggak jelas menanggapi ucapan Mang Somad.

"Seperti biasa Mang, nitip motor," ujar Rio yang tak ada sopan-sopannya terhadap orang yang lebih tua. Tanpa menunggu lama, Rio melengos pergi dari hadapan Mang Somad yang hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan Rio yang seenak jidat.

"Dasar. Anak muda zaman sekarang susah di aturnya," gumam Mang Somad yang masih memandang punggung Rio.

***Till The Sun Rises***

Pemuda itu menatap dinding yang kokoh berdiri dengan tegak itu, sebuah dinding yang menjadi jalan keluar masuknya dari SMA Harapan Bangsa, entah saat ia bolos atau terlambat ke sekolah.

Rio menatap sebentar pohon yang berada tepat di samping dinding pembatas sekolahnya. Ia segera memanjat sebuah pohon yang salah satu dahannya ia jadikan sebagai jalan pintas karena langsung menuju ke dinding pembatas. Tanpa perlu bersusah payah Rio berhasil memanjat pohon itu dan sampai di atas dinding pembatas.

"Ck. Banyak semut gini sih di badan gue," kesal Rio. Ia menepuk-nepuk badannya saat beberapa semut merah berlarian di seragam putih abu-abunya.

"Badan gue kayaknya manis banget deh, sampai direbutin banyak semut gini. Hmm... Rio sepertinya fans kamu bertambah banyak deh, semut-semut aja suka sama lo."

Till the Sun RisesDove le storie prendono vita. Scoprilo ora