Prolog

1.1K 111 9
                                    

Buat yang gak tahan baca ocehan gue yang gak berbobot bebet babat dan gak mutu ini, bisa langsung skip agak ke bawah-bawah ya ok.

Pertama, gue mau minta maaf banget karena cerita yang lain ditinggalin berdebu begitu aja tanpa di selesein. Ini semua karena otak gue yang sudah terlalu lelah dengan kehidupan ini ol. Apalagi gue suka ilang mood mau ngetik.

Jadi, fyi aja nih ya, gue gak punya niatan dan gak ada keinginan buat ngetik cerita yang isinya berat gitu. Udah gak kuat gue. Beran badan sama beban hidup gue udah cukup berat kok:) Jadi kawan, kalau gak tertarik boleh menghilang kok. Karena cerita gue akan penuh dengan omongan gak guna dari gue.

SILAHKAN BACA PROLOG YANG CUMA SEUPIL SEIPRIT SECUIL SECOMOT SEANU SEINI ITU YA. LOPE  LOPENYA NAM JOO HYUK..

****

Kalau Aran tidak salah ingat, hari itu adalah hari selasa di minggu kedua pada bulan Desember. Cuaca di kotanya sedang tidak stabil, kadang hujan lebat dan selanjutkan matahari bersinar sangat terik. Tapi untuk selasa di pukul 4 sore itu, langit seolah menangis. Menumpahkan segala penat dan lara. Membebaskan semua sesak di dada. Dan memberikan ketenangan di tengah keramaian yang ada.

Aran berjalan di tengah hujan, mengabaikan baju seragamnya yang dibuat sedikit pendek dan ketat itu basah kuyup. Air matanya meluncur beriringan dengan air hujan yang menimpa wajahnya.

Aran hancur. Dia tidak yakin mampu menunjukkan senyum palsunya lagi setelah ini. Tidak lagi berpura-pura kuat ketika dia seharusnya tersedu-sedu. Dan tidak perlu lagi mengadu kekuatan antara hati dan pikiran. Karena saat ini, hatinya sudah benar-benar hancur.

Langkahnya terhenti ketika tetesan air hujan berhenti menerjangnya. Aran mendongak, menemukan payung berwarna biru tua yang sudah melindunginya. Dia mendesah keras sebelum menoleh kepada si pemilik payung.

"Pegang." Cowok itu berujar dengan nada yang tidak santai. Aran menuruti, menggapai ganggang payung dan melindungi tubuh keduanya ketika cowok itu menyampirkan jaket ke bahunya.

"Lo bego." Cowok itu berseru, setelah merebut ganggang payung dengan kasar. Terlihat jelas kalau amarah menyelimutinya. "Tolol. Lo pikir bakalan cuma satu dua orang aja yang khawatir kalau lo ngilang gitu aja?!"

Aran diam, menunduk menatap sepatunya yang juga basah kuyup. Cowok di sebelahnya, Angga, mendengus.

"Lo cengeng. Lebay. Alay. Lo pikir nangis gitu gak bakal keliatan orang? Muka lo itu keliatan banget kayak orang nangis. Jadi stop mikir kalau nangis di bawah ujan itu spesial. Lo pikir nasi goreng apa,"

Aran mendelik, mengangkat tangannya lalu memukul pundak Angga dengan keras. Angga mengaduh, dan sedikit oleng.

"Tuh kan, gue jadi basah." Angga mengomel. "Eh coba ya, lo kalo mau ujan-ujanan basah-basahan di pikir dulu pake otak, lo pake baju warna apa. Bajunya tipis atau tebel. Bakalan tembus apa enggak. Lo sadar gak sih udah nangis nembus ujan begini pake seragam nembus. Lo gak sadar diliatin om om ojek pengkolan di ujung tadi?"

Kali ini Aran memekik, lalu menendang tulang kering Angga. Malu, gadis itu merapatkan jaket kebesaran milik Angga di tubuhnya. Juga merebut payung dengan perasaan kesal. Sedangkan Angga, cowok itu sudah ditinggalkan sedang berjongkok mengaduh kesakitan.

"Ran, kok di tinggal sih! Gue kan ngasih tau. Kan gue peduli, Ran! Care,  Ran. Care."

Aran berhenti, lalu berbalik menatap Angga yang ikut basah kuyup.

"Lo pikir lo siapa sok-sok peduli sama gue? Pacar, bukan?"

Angga diam.

"Udah lama deket gini-gini aja. Gue pikir kita temen. Tapi temen gak se lebay reaksi lo ke gue deh, bener gak sih? Sebenarnya kita apa?"

"Aduh Ran, gue pikir lo gak mau di ajak." Angga merespon. Senyumannya lebar, merambat sampai ke mata.

"Ajak apa?"

Angga menggeleng, lalu menggenggam tangan Aran juga mencium pipi gadis itu usil. "Makan yok."

"Ga, ajak apaan Ga?"

"Hah? Apa? Gak tahu. Makan kali."

****

Lagil-lagi gue bikin karakter yang gini-gini aja. Hahahahahhaha. Emg gapenting banget gini gini aja. Bye.

ANGGARANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang