03 × Greyson Murphy

152 18 6
                                    

[ please left vote before read x ]

"SELALU SAJA," adalah dua kata pertama Avery saat Greyson akhirnya melepaskan tangannya. Dan mereka kini berada di bagian parkir belakang sekolah. Tempat itu sepi, hanya ada jajaran mobil, sehingga Avery bisa super leluasa untuk mengumpat dan mencaci maki Chloe Allison. Greyson mendengarkan celotehan Avery dalam posisi berjongkok, punggungnya bersandar ringan pada sebuah ban belakang mobil. Ia juga mengerang sebelum akhirnya menundukkan kepala, masuk ke dalam lipatan kedua tangannya diatas lutut.

"Aku benci jalang itu lebih dari apapun," sambung Avery, masih sengit. "Ingin sekali aku menggosok wajah ber-make up tebal menjijikkannya itu ke kubangan lumpur bekas babi."

"Sudahlah Ave," gumam Greyson tanpa berpindah posisi. "Lupakan saja. Dia itu--"

"Dia itu menyebalkan dan menjijikkan. Tukang gosip. Ratu drama. Homophobic."

"Tak bisakah kau diam sebentar saja?!" Greyson mengangkat kepalanya, menatap Avery, membuat suasana hening. Avery mengendikkan bahu, semakin uring-uringan namun sama sekali tidak marah pada sahabatnya. Malahan gadis itu ikut berjongkok dihadapan Greyson.

"Aku tahu dia memang menyebalkan dan homophobic. Chloe itu semakin menyebalkan karena dia homophobic. Sedangkan aku homo."

"Ayolah Grey, kita sudah terlalu sering membicarakan ini," Avery memutar bola matanya.

"Lalu salah siapa? Bukan salah Chloe juga kalau dia anti-homo."

Hening sejenak karena ucapannya memang benar.

"Memang... Tapi caranya bicara selalu menunjukkan seolah-olah dia adalah penjaga pintu neraka."

"Mungkin dia memang titisan neraka?"

Keduanya tertawa, tanpa kesepakatan ataupun aba-aba. 

"Kau tahu, Murphy," Avery melanjutkan kemudian, seraya membawa beberapa helai rambutnya yang menjuntai keluar dari karet pengikatnya ke belakang telinga. "Lupakan saja Luke Halter. Kalau Chloe memang mengatakan yang sebenarnya, well, tidakkah itu juga berarti bahwa Luke adalah pecundang brengsek nomor satu?"

"Wow, kupikir Chloe adalah si brengsek nomor satu?"

"Memang, tapi yang sedang kumaksud sekarang konteksnya berbeda, duh!"

Raut pemahaman itu akhirnya terlukis di wajah Greyson. Sesederhana itu. "Jadi Luke dan Nova sebenarnya sama?"

"Koreksi. Hapus kata 'sebenarnya' dari situ."

"Luke dan Nova, mereka sama. Mereka sama-sama tidak openly out from their closet."

Avery mengacungkan jempol kanannya dan tersenyum. Greyson mengangkat kedua sudut bibirnya juga, namun ada kepedihan terkandung didalam senyum itu. Kenapa dia tidak pernah bisa belajar dari pengalaman? Maksudnya, dimana letak kekurangan Greyson? Bagian apa dari pengalamannya sendiri yang masih gagal ia pahami? Sekarang senyum diwajahnya pudar, digantikan oleh sejumlah kerutan di dahinya.

"Salahku." gumamnya lirih.

"Bukan," potong Avery. "Nova pantas mendapatkannya."

"Pantas darimananya? Dia menyayangiku, tapi aku meninggalkannya untuk laki-laki yang bahkan jauh lebih brengsek dari dia. Sampai hari ini aku baru tahu kalau Luke Halter ternyata seorang pecundang bermuka dua! Aku tertipu."

Slap! --telapak tangan Avery dengan cepat memukul salah satu lengan bawah Greyson, mengembalikan perhatian cowok itu padanya. "Hei ayolah! Nova tidak sebaik itu! Kalau iya, apa perlu aku mengingatkanmu dengan kejadian makan malam kalian di rumahnya? Kalau dia sungguh-sungguh meyayangimu dan ingin memilkimu, dia akan melakukannya dengan utuh! Dia tidak akan menyakitimu dengan menyembunyikanmu seperti ini, dasar bodoh, Murphy. "

"Averyyy!" Greyson menghambur ke depan, merengkuh tubuh kecil Avery ke dalam pelukannya. Keseimbangan Avery goyah, tidak siap dengan 'serangan' mendadak ini. "GREYSON!" dengan panik Avery balas melingkarkan tangan di tubuh Greyson, bertumpu padanya. Matanya terpejam kemudian, takut jatuh sebab Greyson memeluknya seraya menggoyang-goyangkan tubuh mereka berdua ke kanan dan kiri.

"Kau benar, kau benar, kau benar seratus persen Ave! Meski aku patah hati saat mendengar kebenaran yang kau katakan tadi, kau tetap benar! Terima kasih banyak! Aku mendapat pencerahan yang luar biasa! Uuhh, aku benar-benar meyayangimu hingga ke bulan, Ave!"

"Berhentilah bersikap konyol, Murphy! Ew!" Namun Greyson sengaja makin mempererat pelukannya dan kemudian membenamkan wajahnya di tengkuk leher Avery. Sejujurnya Avery sudah mengangkat tangan kanannya diatas punggung Greyson, bermaksud menepuk-nepuk punggung sahabatnya lembut seraya mengucapkan beberapa patah kata untuk membuatnya nyaman kembali, akan tetapi dia lebih dulu dipotong oleh sebuah suara berat yang marah dari arah samping:

"Sungguh, anak-anak? Haruskah kalian melakukan hubungan seks di sebelah mobilku?"

Sontak mereka berdua saling menarik diri satu sama lain. Kecanggungan tak terelakkan menghantam saat Greyson dan Avery bertatap muka dengan si pemilik suara. Dan, ya, lelaki itu memang tidak tampak senang sama sekali. Raut wajahnya yang kusut--alis tertaut mendekat, dahi berkerut pangkat tujuh, cara menatap yang memicing tajam--plus kedua tangan yang terlipat didepan dada dengan kaku menjelaskannya dengan sangat baik.

"Oh... uh... hehe, k-kami bisa jelaskan, Coach Mellet. Ini tak seperti yang anda pikirkan." kata Greyson, kedua tangannya diangkat disamping kepala layaknya penjahat yang tertangkap basah. Kemudian dia menatap Avery, pandangannya mendesak. Avery hanya menghela napas sebelum ikut mengangkat kedua tangan, meniru Greyson.

Lagi-lagi terlibat masalah. []

a/n ayey I'm back! and new cover btw x

additional cast: Troye Sivan Mellet as Coach Mellet

wkwkwk

-kiki x

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 20, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pride Jam: 3 Kiddos 1 Blue NeighborhoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang