Apapun Dirimu 1

Mulai dari awal
                                        

"Ya, kau harus menabung untuk mendapatkan apa yang kau inginkan. Ingat semua hal tidak ada yang bisa kau dapatkan secara instan. Kau harus berusaha. Setidaknya untuk apa yang menjadi tujuanmu kelak. Isilah celengan ini sampai penuh. Maka apa yang kau inginkan akan menjadi kenyataan." Kata Ibunya mengakhiri.

Beberapa hari kemudian, musibah dasyat menimpa keluarga Hanazawa. Mobil yang mereka dikendarai harus jatuh kejurang yang menyebabkan keduanya meninggal ditempat kejadian. Hal tersebut sangat berdampak pada kehidupan Nagisa. Mulai saat itu ia harus tinggal di yayasan panti asuhan milik keluarga Yamamoto. Betapa berdukanya hati anak 10 tahun itu sampai akhirnya bertemu dengan ketiga sahabatnya, yaitu Haruka, Takahasi, dan Satoru .

Takahasi dan Nagisa adalah salah satu penghuni di panti asauhan, sedangkan Satoru adalah donatur tetap di yayasan. Orang tua Haruka dan Satoru sering mengajak mereka datang ke sana untuk memperkenalkan kehidupan berbagi pada yang tidak mampu sejak mereka kecil. Mereka pun tidak membatasi pertemanan anak-anaknya dengan penghuni panti asuhan. Tapi dengan ketentuan hanya sekedar hubungan pertemanan.

Hal tersebut berlaku juga untuk Nagisa yang pernah tertarik pada Haruka. Ia meyakinkan dirinya bahwa ia hanya manusia cacat yang mungkin tidak dapat menikah. Sampai usia menginjak 17 tahun, Nagisa sama sekali tidak mendapati kecondongan dirinya lebih menuju jenis kelamin laki-laki atau perempuan. Ia belum pernah mimpi basah, maupun haid. Walau tubuh jangkungnya lebih mengarah pada fisik laki-laki. Termasuk diantaranya adalah kurus, dan tidak memiliki buah dada. Sehingga ia tak pernah menganggap dirinya adalah seorang wanita.

Saat berusia 18 tahun ia dipanggil pengadilan untuk pengesahan jenis kelamin. Ia diberi kebebasan untuk memilih jenis kelamin yang ia kehendaki, karena hasil tes kesehatan menyatakan bahwa hormone testoteton maupun esterogen yang dimiliki Nagisa seimbang dan tidak ada yang mendominasi.

Maka Nagisa pun memilih satatus laki-laki secara hukum, dan telah diketok palu dan kemudian resmi dicetak dalam KTPnya.

Tapi rupanya Tuhan tidak memihak pendapat hakim. Beberapa hari kemudian Nagisa harus menelelan kenyataan pahit, karena salah satu oragan reproduksinya mulai berfungsi. Adalah Ovariumnya.

Ia mengalami haid untuk pertama kalinya dalam hidup. Terjadi seminggu setelah dirinya menjalani siding dan ditetapkan sebagai laki-laki. Betapa terpukulnya hati Nagisa ketika mendapati kenyataan dirinya adalah wanita disaat ia telah menyandang gelar yang selama ini ia inginkan.

Dilarang Copy Fic Ini.

Seminggu penuh Nagisa tidak keluar dari kamar. Bingung dengan kondisi yang ia alami. Ia merasa pusing, lemas, dan bahkan pernah pingsan di dapur ketika hendak memasak. Ia malu membeli benda yang disebut pembalut. Maka ia hanya menggunting kaos bekas yang dilipat persegi panjang. Kemudian menempatkanya pada celana dalam. Mungkin itu adalah pertahanan dasar seorang manusia. Karena cara tersebut tiba-tiba terpikir tampa saran dari siapapun. Walau ia sendiri memahami hal tersebut kurang efektif karena masih sering kecolongan ketika mendapati ia sudah membasahi celananya levis miliknya dengan darah.

Seminggu itu pula teman-temanya khawatir akan keberadaan Nagisa yang menghilang dari peradaban. Keempatnya masih sering bertemu karena bersekolah pada tempat yang sama, yaitu sekolah yang dimiliki keluarga Hasegawa. Harusnya mampu memepertemukan mereka dengan mudah. Tapi tidak untuk saat itu.

Satoru, Haruka, dan Takahasi pun berkunjung ke tempat sahabatnya yang hilang. Nagisa sempat tidak bersedia menerima kunjungan mereka. Satoru yang tidak sabar dengan tingkah Nagisa, langsung menendang pintu apartemen ketika Nagisa membuka sedikit pintunya.

Para sahabat berkumpul dan meminta penjelasan mengenai apa yang terjadi. Lalu tanpa pikir panjang, Nagisa langsung menangis sesenggukan di depan mereka. Mungkin sudah terlalu lelah untuk bersembunyi, atau karena factor Menstruasinya. Ia menceritakan segala permasalahan tanpa ada rahasia sedikitpun. Sama sekali tidak berfikir mengenai bagaimana reaksi mereka nanti. Ia percaya bahwa sahabatnya akan mampu menerima dirinya apa adanya. Keyakinan itu terbukti. Selesai bercerita, Nagisa langsung dijatuhi pelukan ketiga sahabatnya dengan serentak untuk memberikan semangat padanya.

Apapun Dirimu (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang