회 13 화

7K 1K 24
                                    

Bodoh.

Satu kata yang tak akan pernah Sena lupakan atas apa yang sudah ia lakukan hari ini. Untuk sebuah alasan yang paling konyol, yang seharusnya bisa ia tahan, alih-alih melarikan diri dari kenyataan yang bahkan sudah coba ia jalani selama hampir 3 tahun. merasa bodoh sebodoh-bodohnya dia pernah hidup sebagai Sena.

Gadis itu mendudukkan diri di tepi atap gedung sekolahnya. Tatapannya menatap lurus kearah langit malam yang tampak mendung, bersama udara dingin tengah malam yang berhembus terlalu kencang di atap gedung itu. Sena menghembuskan napas panjang. Tak berhenti merutuki dirinya sendiri.

Harusnya ia tak pergi dari rumah Yubin. Harusnya ia tinggal menjawab kenapa ia membenci Yubin adalah karena gadis itu... terlalu terlihat sama dengan Yoon Sena.

Alih-alih berlari konyol dengan wajah penuh luka, ketakutan seolah dia mengakui kejahatan yang dilakukan nya.

Gadis itu mendengus. "Yah... aku memang bodoh dari dulu. Selalu bodoh." desahnya, kemudian beranjak berdiri ditepi pagar beton yang ia duduki di atap gedung sekolahnya itu. Kembali menghela nafas panjang sebelum akhirnya melompat turun dari pagar beton tersebut.

Dia pikir sudah cukup, tiga jam berdiam di sana. Sekolah itu bahkan sudah bukan lagi sekolahnya begitu ia diusir keluar oleh kakaknya. Yah, hidupnya benar-benar miris sekarang.

***

Yang paling Sena sesali ketika kabur dari rumah Yubin adalah ia bahkan tak membawa sepeserpun uang. Bahkan ponselnya pun tertinggal dirumah gadis itu.

Dan sekarang, Sena tidak tau harus kemana. Baru juga tiga jam dia pergi, ia sudah merasa kesulitan begini. Menyedihkan.

Gadis itu melangkahkan kakinya di sepanjang trotoar jalan. Hanya berbalut dress tidur dan sweater panjang sebagai penghangat tubuh akibat udara malam yang menusuk. Tatapannya beredar pada pedagang kaki lima yang berjualan ditengah malam seperti ini.

Dia lapar, sangat lapar. Dan terakhir ia makan adalah tadi pagi bersama Oh Sehun.

Hhh!

Mengingat pria itu membuat Sena merasa sedikit aneh. Desiran di balik dadanya yang tidak ia mengerti, rasa sebal yang sebelumnya ada, entah bagaimana bisa kini terasa sedikit berkurang. Dan sekarang juga Sena tiba-tiba merasa pengen melihat Sehun. Ini gila!

"Argh, aku lapar..." gadis itu melenguh kecil sembari mengusap perutnya yang terus berbunyi. Lapar di tengah malam. Untuk pertama kalinya Sena tak bisa menolong rasa laparnya di tengah malam begini. Ia lagi-lagi merasa kasihan pada dirinya sendiri.

Gadis itu terus melangkah melewati trotoar jalan yang sepi. Sampai akhirnya dia sampai di sebuah halte yang kosong, jalan raya pun sudah sangat lengang dan hanya tampak satu, dua, tiga kendaraan saja yang kedapatan lewat sana.

"Mungkin tidur di halte bukan masalah besar." desis Sena mendudukkan diri disana. Menyandarkan kepalanya pada kaca yang ada di belakang kursi yang dia duduki.

Tak punya uang atau apapun kecuali seonggok tubuh yang diselimuti dress selutut dengan kardigan sebagai pelengkapnya. Sena merasa miskin. Mungkin lebih baik kalau dia punya teman. Setidaknya, dia punya tempat tujuan untuk dimintai bantuan. Dan untuk pertama kalinya, Sena merasa bahwa berpikir punya teman bukanlah hal yang salah.

***

"Khamsahamnida... Jangan lupa berkunjung kembali." Sena berseru riang dengan senyum lebar di wajahnya ketika mengantar seorang pelanggan restoran keluar.

Tiga hari sudah berlalu, dan beruntung Sena mendapatkan pekerjaan paruh waktu di salah satu restoran kecil di sudut kota. Mengingat dirinya yang bahkan tak punya ijazah SMA, membuatnya tidak bisa menjadi lebih dari sebagai pekerja paruh waktu. Meskipun Sena mendapatkan jam kerja lebih banyak dari pekerja paruh waktu lainnya. Gadis itu merasa lebih dari cukup. Bahkan sangat cukup.

inside out || sehun [re-pub]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang