Prolog

27.6K 682 5
                                    

Eljaheedah Ash-Sholihah namanya. Anak pertama dari Ustadz Syahrial dan Ustadzah Raudho. Meskipun dia anak seorang ustadz dan ustadzah, namun penampilan dan perilakunya itu sangat benar-benar tidak menggambarkan dia sebagai anak seorang tokoh agama.

Celana jeans, baju sesuai trend, hijab modis, gaya selangit. Pergaulan dengan lelaki pun seperti tak ada jarak. Ketawa ngakak, pegangan tangan dengan teman lelaki sepertinya bukan hal yang asing lagi, pacaran pun iya, bahkan ada beberapa lelaki yang pernah diberikan harapan palsu olehnya.

Hingga suatu hari, kakak kelas yang di sukainya selama di pondok tsanawiyyahnya itu datang di kehidupannya. Hampir merubah perilakunya. Bergaul dengan lawan jenis dikurangi. Hijabnya pun agak dipanjangkan. Bajunya pun sudah panjang menutup pinggul, namun celana jeansnya ini yang belum bisa terlepas.

"Aa mau Elja menjadi istri aa. Aa akan segera mengkhitbah Elja dengan syarat Elja harus berubah. Elja harus berusaha lebih baik dari yang sebelumnya. Biar ummi dan abi aa ridho jika aa menikahi Elja. Elja mau kan berubah untuk aa?"

Elja pun meng'iyakan perkataan si kakak kelasnya itu. Manusia jika sedang dilanda jatuh cinta, apapun yang pasangannya inginkan pasti mengiyakan. Layaknya orang yang sedang mabuk, tanpa memikirkan resiko kedepannya seperti apa.

Hari-hari pun berlalu. Sudah mulai ada perubahan dalam diri Elja. Fahmi sang calon sangat senang melihat perubahan dalam diri Elja. Akhirnya, Fahmi membicarakan niat baik itu kepada kedua orangtuanya. Ya, Fahmi akan menikahinya. Dengan sangat yakin dan percaya diri, Fahmi mengungkapkan maksudnya kepada orangtuanya itu. Apalah daya, ummi dan abinya tidak setuju karena ummi dan abinya sudah menyiapkan calon istri untuk Fahmi. Ummi dan abinya menyuruh Fahmi untuk meninggalkan Elja karena dalam waktu beberapa bulan Fahmi akan segera mengkhitbah calon pilihan orangtuanya. Mau bagaimana lagi? Fahmi tak ingin jadi anak yang durhaka. Fahmi percayakan semua pada abi dan umminya. Insyaa Allah, pilihan orangtua adalah pilihan yang terbaik juga untuk anaknya, begitu fikir Fahmi.

Elja yang sangat senang saat Fahmi bilang mau menyatakan keseriusannya itu kepada orangtuanya berharap menunggu jawaban darinya. Elja juga sudah memberitahu orangtuanya. Abi dan Ummi senang sekali jika ada ikhwan yang mau datang untuk menyampaikan niat untuk menikahinya.

Berminggu-minggu Elja menunggu, namun tak kunjung datang kabar dari Fahmi. Sampai tiba saatnya, pada malam itu, Elja menerima sebuah pesan dari Fahmi yang menyuruhnya untuk melupakannya. Kaget. Kecewa. Sakit. Sedih. Hancur. Itulah yang dirasakan Elja saat itu. Tak tahu harus berbuat apa? Ummi dan abi pun sangat kecewa dengan sikap Fahmi. Mengapa beliau seperti itu?

Elja pun tak tahu arah. Entah harus bagaimana ia melanjutkan kisah hidupnya ini. Apakah ia akan menjadi insan yang lebih baik lagi atau akan kembali ke masa lalunya? Dan apakah Elja akan membuka hatinya suatu hari nanti untuk ikhwan yang lebih baik lagi? Bagaimana kisah perjalanannya Elja dalam menanti sang kekasih halalnya itu?

DALAM PENANTIAN HALALKU (TAMAT)Where stories live. Discover now