4 | Peristiwa Luar Biasa

3.4K 180 5
                                    

Sekolah kembali seperti hari biasa. Samudra sudah berada di bangkunya sambil menatap pemandangan di luar jendela. Saat itu Galuh baru saja sampai. Galuh tak berani menatap ke arah Samudra sekalipun sebenarnya ia mau-mau saja menatap pemuda itu. Tapi ia lebih malu lagi kalau teman-temannya bertanya yang aneh-aneh. Padahal apa salahnya menatap teman barunya yang duduk di belakangnya bukan?

Galuh menempatkan dirinya di kursi sambil menunggu guru masuk ke dalam kelas. Hampir saja ia tadi lupa bekalnya, untunglah ia masih bertemu dengan ayahnya yang repot-repot menyusulnya membawakan kotak bekal yang sudah disiapkan oleh ibunya. Dan sekarang di sinilah Galuh, di ruang kelasnya yang dipakainya setiap hari untuk belajar. Di ruang kelas itu sudah ada geng sosialita. Hesti, Rona, Ratri dan Lia, minus Windi yang sampai sekarang belum datang. Galuh penasaran dimana Windi. Baru saja ia bertanya-tanya seperti itu perempuan yang ia cari baru saja datang. Dia langsung menuju ke bangku tempat Windi berada.

"Win?" sapa Galuh. Windi langsung menoleh ke arahnya. "Ini bukumu," kata Galuh sambil mengulurkan buku PR Windi kepada gadis itu.

Windi menerimanya. Tak ada kata-kata terima kasih atau sebangsanya. Galuh hanya memberikan senyuman kepadanya. Tanpa ucapan terima kasih itu sudah cukup bagi Galuh. Dia kemudian kembali ke bangkunya. Samudra hanya mengamati tingkah polah gadis itu. Setelah Windi menerima bukunya ia kembali mengobrol dengan teman-temannya.

"Windi..., aku minta maaf," ucap Lia.

Windi tersenyum kepadanya sambil mengangguk.

"Sungguh?" tanya Lia.

Windi kembali mengangguk.

"Makasih ya, Win," ucap Lia sambil memeluknya.

"Adudududuh! Pelan-pelan keles, emangnya gue boneka?" tanya Windi.

Lia tersenyum. Matanya berkaca-kaca karenanya.

"Tapi ingat yah, jaga tuh omongan!" kata Windi.

"Iya iya," ucap Lia sambil tersenyum.

"Syukur deh semuanya bisa kembali seperti semula," kata Ratri. "Awas Lia, kalau sampai elo bikin gara-gara lagi."

"Iya iya," ucap Lia sambil memeluk Ratri, lalu Hesti, kemudian Rona.

"Udah udah, udah clear ,kan? Eh, ntar habis pulang sekolah gue mau nyalon nih. Siapa ikut?" tanya Rona.

"Dasar, salon melulu," ucap Hesti ketus.

"Yee, biarin dah. Mumpung ada diskon di salon langganan. Gue kan butuh perawatan kulit nek," jelas Rona.

"Kalo gue ntar mau shoping-shoping. Butuh tas baru nih," ujar Ratri. "Tas gue robek karena kesangkut pintu pas turun dari taksi kemarin."

"Hah? Tas apaan? Tas elo yang Gucci warna ijo itu?" tanya Hesti penasaran.

"Iyah," jawab Ratri.

"Aduh nek, kasihan. Padahal mahal kan itu?" Rona ikut bersimpati.

"Aku sih nggak tahu apa spesialnya tas-tas kaya' gitu," ucap Lia.

"Dasar lo ya, yang namanya cewek harus bisa ngikuti trend. Lo ini cewek jadi-jadian deh Lia," celetuk Hesti.

"Iya nih, cewek jadi-jadian. Perlu dicek dan ricek ulang nih kelaminnya," ucap Ratri sambil mengerutkan dahi.

Windi senyam-senyum saja melihat kelakuan teman-temannya. Dia mengalihkan pandangannya ke arah Samudra. Kedua mata mereka bertemu. Pemuda itu mengernyitkan dahi ketika melihat Windi. Windi juga mengernyit. Ada pertanyaan sama di dalam hati mereka. "Kenapa dia melihat aku?"

Gadis di Atas Air [completed]Where stories live. Discover now