3 | Putri Kesayangan

3.9K 189 1
                                    

Windi sudah sampai di rumah. Dia kesal, bete sampai-sampai dua belas miss-call dari Ratri dia acuhkan. Tahu pasti Ratri ingin membujuk Windi agar tidak marah. Lia orangnya memang sedikit ceplas-ceplos tapi sampai kelepasan seperti itu memang sudah membuat pikiran Windi tidak bisa memaafkan sahabatnya itu. Saat masuk ke dalam rumah, di ruang tamu terlihat Rico sedang bermain Playstation. Kakaknya memasang raut muka jutek, sepertinya dia juga sedang ada masalah. Melihat Windi datang Rico menoleh sebentar kemudian kembali sibuk dengan permainannya.

"Windi dari mana?" sapa seorang yang sekarang duduk di meja makan. Windi melihat papanya sedang duduk di sana sambil menikmati secangkir kopi dengan tablet di tangannya.

"Dari les pa," jawab Windi.

"Akhir-akhir ini banyak sekali jadwal lesmu," kata papanya.

Windi mengangkat bahunya. "Bukannya papa yang inginkan ini? Aku sih nggak masalah."

Ronald Wisnu Nugraha, sang ayah mengangkat wajahnya hingga menatap putri kesayangannya. Seutas senyum dilemparkan kepada sang gadis belia sambil mengangguk seolah-olah faham akan kesibukan putrinya itu. "Bagaimana sekolahmu?"

"Baik," jawab Windi singkat. Dia berjalan ke dapur langsung menuju ke lemari es. Dibukanya pintu lemari pendingin itu untuk mengambil sebotol air putih. Langsung dia buka dan menenggak isinya hingga habis separuh.

"Jangan begitu kalau minum. Duduk dan biarkan perutmu beristirahat. Keselek baru tahu rasa!" Ronald menasehati putrinya.

Windi menyudahi minumnya lalu mengembalikan botol itu ke lemari es. "Kelamaan pa," ucap Windi membantah papanya.

"Besok kamu ikut papa," kata Ronald tiba-tiba.

"Kemana?" tanya Windi.

"Papa mau bertemu dengan Gagah Prambudi," jawab Ronald.

Windi mengernyit. "Pria itu? Kenapa? Ada apa?"

"Kenapa nada bicaramu seperti itu? Kau tak suka dengannya?"

"Tepat sekali. Dia tipe pria-pria playboy. Entah berapa banyak wanita yang sudah jadi korbannya di luar sana. Kenapa papa mau bekerja sama dengan dirinya?"

"Orang tuanya, Setiawan Prambudi adalah rekan bisnis papa selama bertahun-tahun sekaligus juga salah satu donatur terbesar. Dan Gagah ingin memulai bisnisnya. Papa tak mungkin mengabaikan dia bukan? Dia hanya ingin satu syarat untuk bisa membantu papa pada pemilihan yang akan datang," terang Ronald.

"Pemilihan? Maksudnya?" Windi tak mengerti, bukankah papanya sudah menjadi gubernur sekarang ini. Pemilihan apalagi yang ingin diikutinya.

"Jadi presiden, Win. Papa mau jadi presiden," ujar Rico.

Windi mengangkat alisnya. Ia terbelalak. "Papa nggak bercanda, bukan?"

Ronald menatap putrinya dengan pandangan datar. "Memangnya wajah papa seperti ini sedang bercanda?"

"Tapi... papa baru saja jadi gubernur dua tahun yang lalu," ucap Windi. "Koq bisa berambisi menjadi presiden?"

"Namanya juga politik. Sayangku, kau tak perlu pusing memikirkan hal ini. Ikuti saja apa yang papa inginkan. Toh, nanti kau akan mendapatkan keuntungan dari ini semua," ujar Ronald.

Windi kemudian berbalik. Ia merasa ini semua sinting. Kenapa tiba-tiba papanya berambisi ingin jadi presiden. Memang sih papanya tidak pernah terlihat di media masa terkena kasus atau skandal. Bahkan semenjak istrinya meninggal elektibitasnya di mata masyarakat makin tinggi. Berbagai pemberitaan tentang kedukaan keluarga Gubernur Ronald Wisnu Nugraha menghiasi layar kaca tv nasional hampir sebulan lamanya. Yang paling disorot adalah Windi tentu saja. Dalam waktu singkat gadis ini menjadi terkenal semua karena statusnya sebagai anak gubernur dan juga kecantikannya. Dia juga kemudian digeret oleh berbagai produk kecantikan untuk mengisi iklan-iklan mereka. Maka dari itulah terkadang Windi sangat sibuk pemotretan atau pun syuting iklan. Dan dari sini pula ia bisa berbelanja barang-barang mewah yang sekarang memenuhi lemarinya.

Gadis di Atas Air [completed]Where stories live. Discover now